Pertemanan bisa tampil dalam beragam rupa. Dinamikanya pun bergantung pada beberapa faktor. Bisa kelas sosial, ras, gender, sampai nilai/kepercayaan yang dianut. Gender adalah salah satu faktor yang cukup krusial dalam kasus ini. Sebab, gender memengaruhi pengalaman seseorang yang membuat orang yang berbagi gender sama akan lebih mudah menjalin koneksi.
Namun, mereka tak luput dari tekanan sosial. Pertemanan antarlelaki, misalnya, diwarnai tekanan untuk jadi maskulin, bahkan mengarah ke hipermaskulin dan misogini. Sementara itu, pertemanan antarperempuan beda lagi. Pertemanan antarperempuan biasanya terbentuk karena kebutuhan resiprokal untuk mendengar dan didengar.
Meski begitu, tekanan sosial tidak luput dari relasi itu. Kebiasaan masyarakat melihat perempuan sebagai saingan untuk sesamanya. Misalnya, sampai kesibukan di ranah domestik yang bikin perempuan terisolasi dan kehilangan koneksi dengan rekan-rekannya juga bisa terjadi.
Gak heran, kerumitan dan lapisan-lapisan dalam pertemanan perempuan tadi jadi materi yang ampuh untuk dikembangkan dalam film. Mau tahu bagaimana pertemanan perempuan digambarkan dalam sinema? Enam film klasik Amerika berikut bisa jadi jawabannya. Ceritanya beragam, bahkan ada yang thriller!