Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
film Never Been Kissed
film Never Been Kissed (dok. 20th Century Studios/Never Been Kissed)

Intinya sih...

  • Forrest Gump (1994) - Film ini terlalu sentimental dan terasa seperti propaganda tentang Amerika.

  • Sixteen Candles (1984) - Terdapat adegan-adegan yang kini terasa sangat tidak pantas, seperti humor soal pelecehan seksual dan penggambaran rasis.

  • Scary Movie (2000) - Humornya penuh dengan lelucon misoginis, homofobik, dan ableist yang sekarang sangat tidak nyaman ditonton.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ada banyak film yang menemani masa kecil kita, film yang dulu terasa menyenangkan, lucu, bahkan menginspirasi. Namun ketika kita menontonnya kembali sebagai orang dewasa, perspektif pun berubah. Adegan-adegan yang dulu tak kita sadari kini tampak problematik, atau cerita yang dulu terasa menyentuh kini terkesan klise dan penuh pesan yang membingungkan.

Bukan berarti film-film ini tidak layak dikenang, tapi nostalgia sering kali menyamarkan kekurangan. Kali ini, kita akan membahas lima film populer yang dulu kita cintai sebagai anak-anak, tapi ternyata tak seindah yang kita bayangkan saat dewasa.

1. Forrest Gump (1994)

cuplikan film Forrest Gump (dok. Paramount Pictures/Forrest Gump)

Waktu kecil, Forrest Gump terasa seperti film yang penuh keajaiban. Kisah pria baik hati yang tanpa disengaja menjadi bagian dari berbagai momen penting sejarah Amerika. Film ini menang banyak penghargaan dan dianggap sebagai karya ikonik, terutama karena peran Tom Hanks yang menawan.

Namun saat ditonton ulang sebagai orang dewasa, banyak yang mulai menyadari betapa film ini terlalu sentimental dan terasa seperti propaganda tentang Amerika. Filmnya terlalu panjang, terlalu manis, dan terlalu menyederhanakan isu-isu besar. Ceritanya minim nuansa dan penuh pilihan naratif yang bisa dibilang membingungkan.

2. Sixteen Candles (1984)

film Sixteen Candles (dok. 20th Century Fox/Sixteen Candles)

John Hughes adalah pionir film remaja Amerika, dan Sixteen Candles dulu dianggap lucu serta relatable bagi banyak anak muda. Film ini menggambarkan kegelisahan masa puber, cinta pertama, dan kekonyolan di sekolah dengan gaya khas Hughes yang ringan.

Namun di balik semua itu, ada adegan-adegan yang kini terasa sangat tidak pantas. Dari humor soal pelecehan seksual hingga penggambaran rasis terhadap karakter Asia, film ini menyimpan banyak masalah yang dulu tidak kita sadari. Kini, Sixteen Candles lebih cocok dikenang sebagai bagian dari masa lalu, bukan diputar ulang dengan bangga.

3. Scary Movie (2000)

film Scary Movie (dok. Miramax/Scary Movie)

Siapa yang tidak pernah menonton Scary Movie saat tidur bareng teman? Film parodi ini dulu sukses bikin kita tertawa karena kebodohannya dan referensi ke film-film horor populer. Bahkan kalau belum nonton film aslinya pun, kita tetap bisa menikmati humornya.

Sayangnya, humor Scary Movie tidak bertahan dengan baik. Komedinya penuh dengan lelucon misoginis, homofobik, dan ableist yang sekarang sangat tidak nyaman ditonton. Film ini menjadi contoh dari masa di mana, asal lucu bisa mengorbankan empati, dan kini lebih layak disimpan dalam kotak kenangan daripada ditonton ulang.

4. Never Been Kissed (1999)

film Never Been Kissed (dok. 20th Century Studios/Never Been Kissed)

Romcom remaja seperti Never Been Kissed dulu terasa manis dan romantis. Drew Barrymore memerankan seorang jurnalis yang menyamar menjadi murid SMA, lalu jatuh cinta pada guru menawan di sekolah tersebut. Ceritanya tampak seperti kisah cinta klasik hingga kita menontonnya lagi sebagai orang dewasa. 

Ternyata kisahnya cukup mengkhawatirkan. Guru tersebut menyukai seorang murid, yang ia pikir benar-benar masih di bawah umur. Meskipun si jurnalis sebenarnya sudah dewasa, tetap saja, dinamika ini sangat problematik. Apalagi akhir film memperlihatkan mereka berciuman di depan murid-murid lain, kesannya seperti melegitimasi hubungan yang tidak pantas.

5. Grease (1978)

film Grease (dok. Paramount Pictures/Grease)

Saat kecil, Grease terasa seperti musikal paling seru yang pernah ada. Lagu-lagunya catchy, karakternya keren, dan kisah cintanya tampak menggemaskan. Namun ketika kita menontonnya ulang setelah dewasa, banyak hal yang terasa tidak masuk akal dan bahkan sedikit mengganggu.

Pertama, para pemeran remajanya terlihat seperti orang dewasa yang sudah punya cicilan rumah. Kedua, banyak nilai dalam film ini yang terasa keliru, seperti saat Sandy mengubah dirinya menjadi seksi demi menarik perhatian Danny. Lagu 'Summer Nights' bahkan menyisipkan kalimat ambigu soal consent dalam hubungan, yang bikin heran, “kok bisa lolos sensor, ya?”

Masa kecil memang memberi kita kacamata yang berbeda saat menonton film. Tapi seiring bertambahnya usia, kita jadi lebih jeli menangkap pesan, nilai, dan konteks di balik cerita. Dari semua film ini, mana yang paling bikin kamu tercengang saat ditonton ulang?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team