5 Film Nepal dan Bhutan Terbaik, Ada Nomine Oscar

Intinya sih...
Himalaya (1999): Film Nepal pertama yang dapat nominasi Oscar, memotret kehidupan penduduk desa di sekitar pegunungan Himalaya.
Lunana: A Yak in the Classroom (2019): Kisah pemuda kota bernama Uygen yang harus mengajar di desa terpencil sebelum pergi ke luar negeri.
The Monk and the Gun (2023): Berlatarkan Bhutan tahun 2006, film ini mengisahkan masa transisi dari monarki menuju demokrasi.
Jujur, Nepal dan Bhutan bukanlah negara yang kamu cek kalau mencari film. Mereka memang bukan Iran dan India yang industri filmnya terkenal sampai ke penjuru dunia. Padahal, tak jauh dari situ, ada Nepal dan Bhutan yang beberapa filmnya ternyata pernah dapat nominasi Oscar.
Buat kenalan dengan skena sinematik mereka, bolehlah mulai dengan nonton lima film terbaik dari Nepal dan Bhutan berikut ini. Dengan lanskap alam dan kultural yang menawan, bersiaplah bertualang bersama para karakter fiktif ini.
1. Himalaya (1999)
Himalaya adalah film Nepal pertama yang berhasil dapat nominasi Oscar. Berkolaborasi dengan rumah produksi Prancis, film ini sukses memotret kehidupan penduduk desa di sekitar pegunungan Himalaya.
Sebagian dari mereka bekerja sebagai penambang garam yang secara rutin akan mengangkut mineral berharga itu dari ketinggian menuju pasar untuk dijual. Mereka biasanya akan menggunakan karavan yang ditarik beberapa yak sekaligus. Saat salah satu tetua tewas ketika melakukan perjalanan, perebutan kepemimpinan pun terjadi dan jadi konflik utama film ini.
2. Lunana: A Yak in the Classroom (2019)
Jangan lewatkan kesempatan nonton nomine Oscar lain berjudul Lunana: A Yak in the Classroom. Kali ini lakonnya seorang pemuda kota bernama Uygen (Sherab Dorji) yang memimpikan kehidupan lebih baik di luar negeri layaknya banyak anak muda Bhutan.
Uygen berhasil mendapatkan visa ke Australia, tetapi sebelum itu, ia hendak melunasi tanggungannya mengajar di sebuah desa terpencil. Nama desa itu Lunana dan jaraknya bikin siapapun tergoda menyerah duluan. Uygen ditemani seorang penduduk lokal harus mendaki gunung selama beberapa hari untuk sampai ke sekolah tempatnya akan mengajar. Di sinilah, ia mulai meragukan keputusannya untuk pindah permanen ke luar negeri.
3. The Monk and the Gun (2023)
Datang dari sutradara yang sama dengan film sebelumnya, The Monk and the Gun berlatarkan Bhutan tahun 2006. Saat itu, mereka sedang dalam masa transisi dari sistem pemerintahan monarki menuju demokrasi. Pemilu akan diselenggarakan dan dunia bakal mengamatinya.
Namun, seiring dengan ketidakpastian dan minimnya pengalaman, berbagai kejadian ganjil terjadi. Seorang biksu meminta juniornya untuk mengumpulkan senjata guna berjaga-jaga bilamana terjadi kerusuhan atau revolusi. Di sisi lain, ada turis Amerika Serikat yang ternyata sedang memburu senjata langka untuk keperluan komersialnya.
4. Shambhala (2024)
Kembalilah ke Nepal bersama Shambhala. Film ini mengisahkan Pema (Thinley Lhamo), perempuan yang terlibat dalam pernikahan poliandri sesuai kultur yang berlaku di desanya. Ia punya 3 suami yang berstatus saudara kandung. Saat si kakak tertua, sekaligus suami pertama Pema, Tashi (Tenzin Dalha) tak kunjung pulang setelah bekerja, hidup Pema berubah.
Demi menjaga nama baiknya, ia memutuskan mencari keberadaan Tashi bersama salah satu suaminya, Karma (Sonam Topden). Ini jadi perjalanan yang mencerahkan buat Pema dan Karma. Selain isu emansipasi perempuan, tema maskulinitas juga ikut didiskusikan di sini.
5. I, The Song (2024)
I, The Song adalah film drama Bhutan yang mengikuti perjuangan Nima (Tandin Bidha) membersihkan namanya. Ini dilakukan setelah video tak senonoh yang menampilkan sosok mirip dirinya beredar di jagat maya. Nima tahu sosok di video itu, tetapi si target menghilang tanpa jejak saat ia memintanya melakukan klarifikasi. Sejak itu, orang jadi fokus pada kemiripan Nima dan perempuan di video tersebut. Jangan-jangan selama ini Nima adalah reinkarnasi perempuan itu?
Memadukan cerita rakyat, mitos, kepercayaan, dan isu sosial politik ekonomi yang membentuk Bhutan dan Nepal, kelima film tadi unik dan kontemplatif. Gak heran kalau beberapa berhasil tembus ketatnya persaingan nominasi Oscar. Sudah nonton yang mana saja, nih?