Daftar yang harus dipenuhi untuk menjadi istri yang tepat di mata masyarakat seolah tak ada ujungnya. Segala urusan rumah tangga, mulai dari cucian kotor hingga lauk-pauk di meja makan, dianggap tanggung jawab istri. TIdak cukup sampai di situ, harga diri para istri kini diukur dari seberapa pintar mereka dalam mengelola uang belanja harian yang jumlahnya tidak seberapa.
Fenomena ini menjadi bukti nyata jika praktek patriaki dalam rumah tangga masih menjamur, bahkan di era modern sekali pun. Stigma kolot bahwa kunci keluarga sejahtera terletak pada perempuan yang pandai mengatur keuangan kadung mendarah daging, sehingga membuat narasi menyesatkan ini terlihat normal di mata masyarakat. Sementara mereka yang menjalankan prinsip keharmonisan rumah tangga sebagai tanggung jawab bersama justru dinilai banyak tingkah.
Ironisnya, jika ditelusuri lebih jauh, para pegiat glorifikasi “istri yang tepat” ini kerap datang dari latar belakang yang memprihatikan. Entah karena termakan doktrin atau sebagai bentuk pertahanan diri, mereka menutupi kenyataan pahit dengan meromantisasi keterbatasan finansial dan peran gender tradisional.
Sinema memiliki seribu satu cara dalam menyoroti fenomena satu ini. Dalam rekomendasi film berikut, para sineas mengajak kita untuk menilik kehidupan para istri yang menjalani hidup dalam represi, manipulasi, dan kehilangan jati diri. Di mana tuntutan untuk menjadi “istri yang tepat” dapat berubah menjadi sesuatu yang lebih mengerikan.