7 Film Terbaik Eric Rohmer, Empunya Cerita Romantis asal Prancis

The Green Ray berkisah tentang perempuan muda bernama Delphine yang baru saja putus dari kekasihnya. Ia pun bingung harus menghabiskan liburan musim panasnya dengan siapa.

Ia kemudian memutuskan berpindah-pindah dari satu penginapan ke penginapan lain, rumah satu teman ke teman lainnya di sepanjang film. Film ini menjelajah perasaan bosan, alienasi, dan kesepian lewat sudut pandang Delphine.

Khas Rohmer, The Green Ray kaya akan dialog-dialog bermakna yang bikin kamu terkesima. Pengin nonton, kan?

Sesuai judulnya, film ini berlatarkan musim semi di Paris, Prancis. Rohmer meramu ceritanya lewat sosok Jeanne, guru yang terpaksa tak bisa pulang ke apartemennya dan akhirnya terdampar di sebuah pesta. 

Ia bertemu dengan seorang remaja, Natacha, yang memperbolehkannya menginap semalam di rumahnya. Natacha ternyata berencana menjodohkan Jeanne dengan sang ayah yang telah menduda selama beberapa tahun.

Kegigihan dan kepolosan Natacha membuat film ini jadi menarik. Banyak kutipan yang bisa kamu catat, deh!

Saat menonton film Rohmer, kamu akan dipertemukan dengan karakter yang realistis hingga kadang terasa menyebalkan. Tak jarang mereka terlalu relevan sampai membuatmu teringat pada seseorang atau kebodohan dirimu sendiri. 

Hal ini bisa kamu temukan pula dalam A Summer's Tale yang mengikuti waktu liburan musim panas seorang pemuda bernama Gaspard. Sang pemuda terlibat dalam cinta segi empat karena sifatnya yang oportunis dan enggan berkomitmen. 

Tidak semua film Rohmer bergenre romantis, beberapa lebih fokus ke hubungan antar manusia secara umum. Salah satunya pertemanan dua mahasiswi bernama Reine dan Mirabelle ini. 

Datang dari kota dan latar belakang ekonomi yang berbeda, keduanya sepakat menyewa apartemen bersama untuk menghemat biaya hidup selama kuliah. Selain dialognya yang mengena, kamu akan disuguhi lanskap menawan. 

The Aviator's Wife berfokus pada pertengkaran sepasang kekasih karena dugaan perselingkuhan yang dilakukan salah satu dari mereka. Sang pria pun memilih untuk menenangkan diri di luar rumah.  

Saat berniat merenung sendirian di taman, ia justru terlibat percakapan seru dengan seorang perempuan seusianya. Rohmer menggunakan teknik pengambilan gambar yang membuat karyanya ini terasa seperti film dokumenter.   

Agak beda dari film-film Rohmer biasanya yang mendapuk anak muda atau mahasiswa sebagai lakon, di The Tree, the Mayor and the Mediatheque, sang sutradara mencoba menggunakan sudut pandang seorang pejabat pemerintah. 

Latarnya adalah sebuah desa kecil yang menurut sang pemimpin bisa jadi tempat menarik membangun sebuah pusat edukasi teknologi. Namun, ia mendapat penolakan dari banyak pihak. 

Full Moon in Paris punya vibrasi yang hampir sama dengan A Summer's Tale, yaitu kecenderungan anak muda untuk enggan berkomitmen saat dihadapkan pada banyak pilihan. 

Rohmer mengajak kita mengikuti Louise, seorang desainer tekstil yang hidup di pinggiran Paris bersama kekasihnya. Suatu hari, ia memutuskan pindah ke apartemen di jantung Kota Paris dan untuk pertama kalinya ia merasakan sensasi hidup sendiri bagai lajang. 

Kepiawaian Rohmer menulis naskah dengan dialog-dialog filosofis ternyata tak lepas dari kecintaannya pada sastra. Seru banget buat kamu para sinefil atau penyuka sastra. Dijamin dapat banyak inspirasi dan pesan moral dari karya sang maestro.