cuplikan adegan Aragorn dalam film The Lord of the Rings (dok. WingNut Films/The Lord of the Rings)
Dalam banyak film fantasi, para pahlawan atau protagonis harus menggulingkan raja atau ratu jahat yang memerintah secara gak adil. Contohnya saja dalam remake Snow White versi live action Disney (2025), di mana Snow White berperan sebagai orang baik yang memimpin revolusi melawan ratu jahat. Namun, kiasan ini paling terlihat dalam film The Lord of the Rings, trilogi Peter Jackson yang didasarkan dari buku-buku karya J R R Tolkien.
Pada akhir trilogi film Peter Jackson ini, Aragorn, putra Arathorn, telah menggantikan Denethor, mendiang Pelayan Gondor, ke atas takhta. Hal ini dirayakan masyarakat, meskipun kehadiran Aragorn ini dipertanyakan oleh beberapa orang, termasuk penulis A Song of Ice and Fire bernama George R R Martin. "Memerintah itu sulit," kata Martin kepada Rolling Stone.
Rupanya, menjadi orang baik saja gak cukup untuk bisa memerintah suatu kerajaan. Jadi pertanyaannya, apakah kebijakan pajak Aragorn gak membebani rakyatnya? Apa yang dia lakukan pada masa banjir dan kelaparan melanda? Apa semua itu berhasil ditangani Aragorn?
Sejujurnya, ada banyak hal yang lebih penting dalam memimpin negara selain menjadi orang baik dan terampil berperang. Nah, kenyataan ini sering kali diabaikan dalam film fantasi. Meskipun menjadi orang baik sangat diperlukan bagi seorang pemimpin, tetapi menjadi orang yang baik bukanlah satu-satunya hal yang diperlukan dalam hal memerintah.