Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Cuplikan film Abadi Nan Jaya
Cuplikan film Abadi Nan Jaya (Dok. Netflix/Abadi Nan Jaya)

Intinya sih...

  • Penyebab terjadinya zombie sangat dekat dengan masyarakat Indonesia

  • Visual sosok zombie terinspirasi dari tanaman Kantong Semar

  • Menyuguhkan cerita dengan kearifan lokal, termasuk minuman jamu sebagai bagian dari budaya Indonesia

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Magelang, IDN Times - Netflix Indonesia resmi merilis film original zombie lokal pertama yang berjudul Abadi Nan Jaya. Film garapan sutradara Kimo Stamboel ini membawa teror zombie dalam sebuah keluarga pengusaha jamu.

Lantas, apa yang membedakan Abadi Nan Jaya dengan film zombie lainnya? Dalam wawancara eksklusif bersama awak media, Kimo Stamboel menjawab pertanyaan tersebut. Berikut informasi selengkapnya!

1. Penyebab terjadinya zombie sangat dekat dengan masyarakat Indonesia

Cuplikan film Abadi Nan Jaya (Dok. Netflix/Abadi Nan Jaya)

Kimo Stamboel sebut penyebab teror zombie dalam Abadi Nan Jaya berasal dari kebiasaan yang kerap dilakukan orang Indonesia. Menurutnya, kebiasaan tersebut bisa membawa dampak besar jika terus dibiarkan.

“Sebabnya ini, menurut gue, itu sangat sering dilakukan sama orang Indonesia. Sebab inilah yang membuat, menurut gue, kayak sebenernya, 'lu tau gak sih, lu kalau melakukan hal itu tuh bisa efeknya gede banget'. Cuma kalau perilaku ini kita taruh di situ gitu, dan kita biarkan saja, itu akan menjadi kekacauan sebenarnya. Bisa jadi kekacauan,” ungkap sang sutradara dalam wawancara eksklusif di lokasi syuting film Abadi Nan Jaya, Magelang, pada 14 Juni 2024 lalu.

2. Visual sosok zombie terinspirasi dari tanaman Kantong Semar

Cuplikan film Abadi Nan Jaya (Dok. Netflix/Abadi Nan Jaya)

Dari segi visual, zombie dalam Abadi Nan Jaya memiliki tampilan berbeda dari film zombie lainnya. Kimo Stamboel menghadirkan kengerian melalui karakter zombie dengan luka berlubang berpola tripofobia, yang memicu rasa tidak nyaman.

Menurut Kimo, inspirasinya adalah tanaman kantong semar. Ia berkata, “Dari kantong semar itu karnivora. Kalau kantong semar itu gelap dalamnya, itu ada kayak kotol-kotol, gorong-gorong gitu. Ya, orang-orang tipe trypophobia. Konsepnya simple aja sih. Dia (tanaman Kantong Semar) tuh pemakan daging."

3. Menyuguhkan cerita dengan kearifan lokal

Cuplikan film Abadi Nan Jaya (Dok. Netflix/Abadi Nan Jaya)

Bukan hanya dari visual karakter zombie saja yang berbeda, film Abadi Nan Jaya juga menghadirkan sentuhan kearifan lokal yang membuat semakin dekat dengan penonton Indonesia. Mulai dari konflik yang disuguhkan, pakaian para pemain, hingga latar tempat di sebuah desa.

“Dengan kearifan lokal, ya, lo pasti melihat sesuatu yang lo familiar banget. Orang-orang akan familiar banget, dan lo pasti bisa identifikasi dengan pakaiannya, dengan look-nya, semuanya yang ada di situ. Itu kita infuse sama virusnya kita ini, menjadi sesuatu hal yang semoga baik, vibea zombie Indonesia,” ungkap sang sutradara.

Donny Damara pemeran Pak Sadimin juga menggambarkan film Abadi Nan Jaya yang memadukan teror zombie dengan budaya lokal Indonesia, yakni minuman jamu. Hal tersebut menjadi salah satu keunikan dari Abadi Nan Jaya dan berbeda dengan film zombie lainnya.

“Saya begitu ngelihat, bagaimana ini cerita agak aneh nih. Maksudnya bagaimana genre zombie secara universal kemudian dikawinkan dengan kearifan lokal budaya. Dalam hal ini kita punya lokal herbal, di mana jamu ini terus dibawakan dengan karakter zombie ini. Kemudian bagaimana itu ter-deliver ke dalam layar,” tambahnya.

Itulah perbedaan Abadi Nan Jaya dengan film zombie lainnya. Tak hanya menyuguhkan teror yang mematikan, tetapi juga mengangkat budaya dan tradisi Indonesia.

Editorial Team