Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pangku
Pangku (dok. Gambar Gerak/Pangku)

Intinya sih...

  • Menghidupkan kembali era awal 2000-an yang otentik

  • Performa para aktornya yang tampil tanpa cela

  • Dibingkai oleh sinemografi apik

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Reza Rahadian menandai debut penyutradaraannya dengan cemerlang melalui Pangku (2025). Berkolaborasi dengan Felix K. Nesi dalam penulisan naskahnya, Reza dengan lihai merajut kisah perjuangan seorang pelayan kopi pangku demi memberikan kehidupan layak bagi anaknya. 

Sebelum tayang secara komersial, Pangku lebih dulu dipresentasikan di Marché du Film atau Cannes Film Market 2025 bersama empat proyek film lain yang menjadi pemenang HAF (Hong Kong - Asia Film Finacing Forum) Goes to Cannes ke-23. Pada September 2025, Pangku tayang perdana di Busan International Film Festival. Berkompetisi dalam program Vision Asia, film ini berhasil memenangkan penghargaan KB Vision Audience Award, FIPRESCI Award, Bishkek International Film Festival-Central Asia Cinema Award, dan Face of the Future Award.

Prestasi kembali ditorehkan dengan 7 nominasi Piala Citra Festival Film Indonesia 2025, termasuk Film Cerita Panjang Terbaik. Lantas, apa yang membuat Pangku begitu dicintai oleh kritikus? Simak beberapa kelebihan film Pangku berikut ini, ya!


1. Menghidupkan kembali era awal 2000-an yang otentik

Pangku (dok. Gambar Gerak/Pangku)

Intensi Reza Rahadian dalam menghidupkan kembali era awal 2000-an yang otentik tercermin dari desain produksinya. Dari wilayah pemukiman pesisir yang kumuh hingga bangunan semi permanen yang berjejer di sepanjang jalur Pantura dipersiapkan dengan matang.

Perhatian khusus turut diberikan pada dekorasi dan properti paling remeh sekali pun. Mulai dari keberadaan para pedagang dengan gerobak pikulan dan lampu cempornya hingga kaleng biskuit karatan tempat orang dulu menaruh uang mereka.

Pangku sukses membuai penontonnya, khususnya mereka yang tumbuh di awal 2000-an dari kalangan menengah ke bawah, menelusuri kembali kenangan masa kecil yang lama terkubur. Jadi, sudah sepatutnya kerja keras Eros Eflin dalam menghadirkan nuansa kehidupan pesisir yang realistis diganjar nominasi Penata Artistik Terbaik di FFI 2025.


2. Performa para aktornya yang tampil tanpa cela

Pangku (dok. Gambar Gerak/Pangku)

Sunyi dan mendayu adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan Pangku. Bukan tanpa sebab, hampir separuh dari durasi film kita disuguhkan dengan interaksi penuh emosi tanpa banyak dialog.

Sebagai aktor, Reza Rahadian paham betul soal bagaimana mengarahkan para aktor dalam membawakan karakter mereka tidak peduli sekecil apa pun perannya. Selain menggunakan dialog sederhana yang berbobot, Reza mengandalkan emosi yang tersirat pada ekspresi wajah dan gerak tubuh karakternya. Pendekatan ini begitu efektif dan menjadikan performa para aktornya yang tanpa cela sebagai nyawa dari film ini.

Claresta Taufan dan Christine Hakim mendapatkan nominasi Pemeran Utama Perempuan Terbaik dan Pemeran Pendukung Perempuan Terbaik di FFI 2025 untuk peran mereka sebagai Tika dan Mbok Maya. Gak heran, sih!


3. Dibingkai oleh sinemografi apik

Pangku (dok. Gambar Gerak/Pangku)

Bukan tanpa sebab Reza Rahadian mempercayakan visual film Pangku di tangan Teoh Gay Hian. Sinematografer asal Malaysia ini merupakan sosok jenius di balik apiknya visual Kucumbu Tubuh Indahku (2018), The Science of Fictions (2019), dan Yuni (2021).

Dalam Pangku, Teoh Gay Hian mengusung pendekatan realis. Untuk membingkai emosi sekaligus menegaskan keterbatasan hidup yang dialami oleh Tika, Hian memilih untuk tidak banyak bereksperimen dengan pergerakan kamera. Penggunaan wide, medium, dan close-up efektif untuk menangkap dinamika emosi dalam satu ruang yang sama. Pemanfaatan cahaya alami turut memperkuat kesan realis dan terasa lebih intim. 


4. Elemen suara dan musik yang memperkuat narasi

Pangku (dok. Gambar Gerak/Pangku)

Kerap luput dari sorotan, desain suara memegang peran penting dalam membangun suasana dan memperkuat atmoster cerita. Dalam Pangku, penata suara Sutrisno dan Akritchalerm Kalayanamitr menggunakan ambience atau suara latar dengan mendetail. Mulai dari deru mesin truk hingga kebisingan dari tempat karaoke tak jauh dari warung kopi tempat Tika bekerja, sangat efektif dalam memberikan konteks wilayah pesisir Pantura. 

Sementara itu komposer Ricky Lionardi memaksimalkan dampak emosional lewat scoring gubahannya. Dikombinasikan dengan pemilihan lagu seperti Ibu dan Rayuan Perempuan Gila, seluruh elemen berpadu harmonis dengan konflik yang dihadapi Tika sebagai karakter utama. 

Pangku saat ini sedang tayang bioskop. Kamu bisa mendukung kelangsungan sinema lokal dengan menonton langsung di bioskop terdekat.

Source:
https://www.tempo.co/teroka/daftar-nominasi-piala-citra-festival-film-indonesia-2025-2081213

https://www.tempo.co/teroka/film-pangku-raih-4-penghargaan-di-biff-2025-2073371#google_vignette

https://rri.co.id/hiburan/1825436/film-pangku-masuk-cannes-bukti-kualitas-film-nasional


This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team