5 Alasan Kenapa Smile 2 Lebih Menyeramkan dari Film Pertamanya

Artikel ini mengandung spoiler bagi yang belum menonton Smile dan Smile 2!
Selepas Smile (2022) yang sukses besar, tak butuh waktu lama bagi Paramount Pictures untuk kembali menghadirkan teror senyuman lewat Smile 2 (2024). Film ini melanjutkan kisah horor Smile Entity dengan sentuhan baru yang lebih mencekam. Kali ini, cerita berfokus pada Skye Riley (Naomi Scott), seorang bintang pop yang harus menghadapi kutukan senyuman tersebut.
Smile 2 mendapat sambutan positif di Rotten Tomatoes, sama seperti pendahulunya. Namun, di kalangan penggemar, banyak yang menilai bahwa sekuelnya ini jauh lebih menyeramkan. Adegan-adegan yang penuh ketegangan dan visual yang lebih brutal menjadi alasan mengapa penonton merasa lebih terintimidasi.
Bagi kamu sudah menonton, mari kita lihat lebih dekat apa saja yang membuat Smile 2 lebih seram dibandingkan film pertamanya. Lima poin berikut akan memberikanmu pandangan yang lebih jelas tentang peningkatan atmosfer horor dan elemen cerita yang lebih gelap dalam sekuelnya ini. Simak baik-baik, ya!
1. Opening yang lebih meninggalkan "dampak" kepada penonton
Dua tahun lalu, Smile dibuka dengan adegan ketika sang protagonis, Dr. Rose Cotter (Sosie Bacon), yang merupakan seorang psikiater, kedatangan seorang pasien bernama Laura (Caitlin Stasey). Laura terlihat sangat ketakutan dan tidak stabil. Alih-alih merasa lega setelah berbicara dengan Rose, ia tersenyum secara aneh dan sejurus kemudian menggorok lehernya sendiri di hadapan Rose.
Pembuka ini memang mengerikan. Namun, sekadar mengerikan tak cukup membuat penonton langsung peduli dengan karakter-karakternya. Terlebih Laura, yang hanya muncul selama sebelas menit dalam film pendeknya, Laura Hasn't Sleep.
Dalam Smile 2, Parker Finn mengakali hal ini dengan melanjutkan kisah dari ending film pertamanya. Kita diajak melihat Joel (Kyle Gallner), mantan pacar sekaligus polisi yang tertular kutukan dari Rose, yang kini mencoba memindahkan kutukan tersebut kepada dua kriminal. Nahas, di tengah upayanya, Joel harus mati terbelah dua karena terlindas sebuah mobil.
Opening ini jelas meninggalkan dampak yang lebih besar dari film pertamanya. Bagi penggemar Smile, tentu tahu seberapa besar peran Joel dalam membantu Rose menyelidiki Smile Entity. Melihat sang protagonis mati secara brutal di awal film tentu memberikan kejutan emosional yang teramat menyesakkan.
2. Hadirnya karakter protagonis yang lebih relevan
Konsep mengenai seorang psikiater yang diuji kewarasannya adalah salah satu elemen yang membuat film pertamanya begitu unik. Sebagai Rose, Sosie Bacon mencurahkan seluruh kemampuannya untuk memberikan penampilan yang autentik. Namun, semakin lama, penonton semakin menyadari bahwa karakter seperti Rose hanya eksis dalam dunia fiksi.
Seolah memahaminya, dalam Smile 2, Parker Finn menghadirkan sosok protagonis baru bernama Skye Riley (Naomi Scott). Skye adalah seorang superstar yang sedang membangun kembali kariernya setelah mengalami kecelakaan mobil yang hampir merenggut nyawanya. Namun, di tengah persiapannya untuk tur dunia, ia malah berurusan dengan Smile Entity setelah kontak dengan seorang teman lamanya.
Sekilas, apa yang terjadi dengan Skye memang identik dengan teror yang dialami Rose. Namun, coba kamu lucuti elemen horornya. Kecelakaan di bawah pengaruh narkoba, tekanan mental dari ketenaran, sampai skandal viral yang dihadirkan dalam sekuelnya ini sejatinya adalah cerminan dari realitas yang sering terjadi di industri hiburan.
Apalagi, dengan fenomena idol yang sangat digandrungi oleh anak muda zaman sekarang. Hal ini membuat Skye tak hanya relevan, tetapi juga lebih mudah dihubungkan dengan kehidupan nyata. Di sisi lain, penampilan Naomi Scott sebagai Skye juga berhasil membuat penonton merasakan ketakutan dan keputusasaan yang dialami karakternya secara nyata.
3. Terornya dikemas secara lebih kreatif, bikin nahan napas!
Seperti yang telah disinggung di atas, teror yang disajikan dalam Smile 2 memang terasa seperti pengulangan dari film pertamanya. Dalam Smile, Rose secara konsisten dihantui oleh figur orang-orang dengan senyum mengerikan sampai ia menemui ajalnya di ending. Smile 2 pun demikian, bedanya, Parker Finn tahu bagaimana cara memanfaatkan dunianya kali ini.
Alih-alih muncul secara random seperti di film pertama, sosok dengan senyum menyeramkan muncul di saat-saat yang tepat. Misalnya, saat Smile Entity menjelma menjadi salah satu fans Skye di sesi tanda tangan dan foto bersama sang superstar. Atau ketika Finn menampilkan sekelompok penari dengan senyum mengerikan di apartemen Skye, yang menjadi salah satu adegan horor terbaik dalam film ini.
Selain deretan jump scare yang sukses membuat jantung copot, Smile 2 juga memaksimalkan elemen gore yang menjadi ciri khasnya. Finn dengan cerdik menggunakan benda-benda yang tak terduga oleh penonton untuk menjadi senjata, seperti pemberat gym atau mikrofon. Hasilnya bikin syok!
4. Bujet yang semakin besar mendukung tema yang ditampilkan
Sebelum Smile 2 dirilis, banyak fans yang khawatir kalau latar belakang Skye sebagai bintang pop hanya akan berakhir sebagai gimmick untuk menarik penonton. Untungnya, hal tersebut tak terbukti. Dengan bujet yang lebih besar dari film pertamanya, yakni sekitar 28 juta dolar AS, Smile 2 berhasil menampilkan visual yang glossy—sesuatu yang tak ditemukan dalam Smile.
Parker Finn benar-benar memperhatikan berbagai detail, seperti wardrobe, pencahayaan, hingga efek khusus di klimaks. Bahkan, beberapa adegan di film ini terlihat layaknya video klip mahal dengan sinematografi yang benar-benar memukau. Selain berbagai aspek tersebut, keautentikan ini juga ditunjang oleh lagu-lagu orisinal yang dinyanyikan sendiri oleh Naomi Scott.
“Grieved You”, “New Brain”, sampai “Blood On White Satin” sempurna sebagai lagu-lagu yang menggambarkan kegelapan dan ketegangan yang dialami Skye. Tak tanggung-tanggung, dalam pembuatan soundtrack ini, Finn sampai menggandeng sejumlah nama populer. Dua di antaranya yakni pop princess saat ini, Tate McRae, dan Idarose, yang melejit setelah ikut menulis “Glimpse of Us” milik Joji.
5. Smile 2 ditutup dengan klimaks yang lebih mengguncang
Sejujurnya, penulis merasa sedikit tak adil untuk membandingkan klimaks kedua film ini. Smile sendiri ditutup dengan sangat menegangkan, saat Smile Entity menampakkan wujudnya di depan Rose dalam bentuk yang mengerikan. Adegan tersebut berakhir dengan Rose yang membakar dirinya sendiri, meninggalkan penonton dalam ketakutan dan kebingungan.
Namun, melihat apa yang ditampilkan dalam Smile 2, sulit untuk tak mengakui kalau klimaks dalam sekuelnya ini jauh lebih traumatis. Setelah sederet halusinasi, Skye tiba-tiba tersadar kalau dirinya tengah berada di panggung konser. Smile Entity muncul, dalam sebuah adegan body horror yang mengganggu, dan membuat Skye menghancurkan matanya sendiri dengan mikrofon di tengah jutaan pasang mata.
Klimaks ini tak hanya mengejutkan, tetapi juga secara tak langsung membentuk ekspektasi penonton tentang sekuelnya kelak. Apakah Smile Entity bisa merasuki semua orang sekaligus? Jika terbukti benar, apakah film ketiganya akan menghadirkan tema—nuansa post-apocalyptic, mungkin?—yang jauh lebih ekstrem? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Tak bisa dimungkiri, Smile 2 memang menghadirkan teror yang lebih menegangkan dibanding film pertamanya. Dengan karakter yang lebih relevan dan pengemasan cerita yang kreatif, sekuel ini sukses membawa genre horor ke level yang lebih tinggi. Kalau kamu berani, segera tonton Smile 2 dan alami pengalaman yang lebih menyeramkan sendiri!