3 Kompetisi Paralel Cannes Film Festival yang Bisa Kamu Simak

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Cannes Film Festival diadakan Mei ini. Sebagai salah satu festival film paling bergengsi di dunia, film-film yang bakal tayang di sana jelas dinantikan. Apalagi, semua karya yang diputar di Cannes dijamin belum pernah tayang di mana pun alias tayang perdana.
Selain kompetisi utama yang memperebutkan Palem Emas dan beberapa piala lain, akan ada tiga festival independen yang bakal berlangsung bersamaan. Meski tidak satu penyelenggara dengan Cannes Film Festival, ketiganya diakui secara resmi sebagai festival paralel dan tak kalah strategis bagi sineas untuk meraih eksposur. Buat menambah wawasan, berikut beberapa kompetisi paralel Cannes yang penulis maksud.
1. La Semaine de La Critique

La Semaine de La Critique atau yang dikenal pula dengan International Critics' Week adalah kompetisi paralel Cannes yang diinisiasi The French Union of Film Critics (beranggotakan kritikus, jurnalis, dan penulis film). Kompetisi ini khusus menyasar sutradara-sutradara pendatang baru dan sudah diselenggarakan rutin sejak 1962. Hanya film debut dan kedua yang boleh tayang dalam Semaine de La Critique.
Sama seperti festival induknya, ada beberapa kategori penghargaan yang bisa diperebutkan. Selain itu, semua film pendek maupun fitur yang diajukan harus belum pernah tayang di mana pun. Aftersun (2022), Tiger Stripes (2023), The Tribe (2014), dan I Lost My Body (2019) adalah beberapa jebolan prominen festival ini. Ada juga dua film tanah air, seperti Prenjak (2016) dan Tjoet Nja' Dhien (1988).
2. Director's Fortnight

Kalau Semaine de La Critique didesain untuk para debutan dan pendatang baru, Director's Fortnight spesial mewadahi film-film arthouse alias independen. Segmen ini diadakan pertama kali pada 1969 oleh Société des réalisatrices et réalisateurs de films (SRF). Menariknya, ia tidak berformat kompetisi, hanya berupa penayangan dan diskusi.
Panitia secara khusus memilih film-film dengan jalan cerita bold alias berani. Tak heran kalau banyak film jebolan Director's Fortnight yang nyentrik dan menawarkan perspektif alternatif. Beberapa film Indonesia yang berhasil tayang di Director's Fortnight ada Daun di Atas Bantal (1998), Kara, Anak Sebatang Pohon (2008), dan Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017).
3. ACID Cannes

ACID Cannes mungkin festival paralel Cannes yang paling tak populer. ACID sendiri adalah singkatan dari Association for the Distribution of Independent Cinema. Sesuai namanya, segmen paralel Cannes ini dibuat khusus untuk mendorong geliat distribusi film independen. Tak heran kalau mereka fokus pada film debut yang belum punya distributor.
Ada beberapa sutradara tersohor pernah menayangkan karya debut mereka pada segmen ini. Sebut saja ada Kaouther Ben Hania (Challat Tunes), Justine Triet (Age of Panic), dan Jude Radu (The Happiest Girl in the World). Kebanyakan film-film dalam ACID Cannes memang kurang menarik secara komersial, tetapi terbukti memperkenalkan kita pada sineas-sineas berbakat yang siap lepas landas beberapa tahun kemudian.
Ketiga kompetisi paralel Cannes di atas sepertinya memang didesain buat penggemar film arthouse. Ketiganya juga bisa ditonton untuk menemukan referensi sutradara pendatang baru favorit.