Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Masalah Keluarga yang Diangkat di Film Dua Hati Biru

Film Dua Hati Biru (dok. Starvision Plus)

Jakarta, IDN Times - Gina S. Noer membawa konflik rumah tangga keluarga muda dalam film terbarunya yang berjudul Dua Hati Biru. Sang sutradara dan tim produksi sampai melibatkan psikolog agar isu yang diangkat dapat tersampaikan dengan baik kepada penontonnya.

Berikut adalah masalah-masalah keluarga dalam film Dua Hati Biru. Apa ada yang relate dengan hidupmu?

1. Perjuangan menyatukan keluarga

Konferensi pers Dua Hati Biru (IDN Times/Erfah Nanda)

Gina S. Noer ingin menunjukkan potret sebuah keluarga yang jauh dari kata sempurna, sebab perbedaan pandangan pasti terjadi di mana saja. Oleh karena itu, sang sutradara ingin membawa isu tersebut melalui film ini.

"Walaupun mereka tahu mereka gak sempurna, mereka itu amat sangat berjuang untuk menyatukan hubungan mereka untuk mengeratkan diri, untuk menjaga hubungan mereka," ucap Gina S. Noer dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.

2. ⁠Singgung isu fatherless di Indonesia

Film Dua Hati Biru (dok. Starvision Plus)

Tak hanya itu, Gina S. Noer juga menyinggung soal isu fatherless yang melekat di Indonesia. Selain itu, Gina juga menambahkan, berita buruk tentang pernikahan ramai di media sosial akhir-akhir ini yang membuat generasi muda takut menikah.

"Saya rasa kita berada di negara yang sering disebut fatherless nation, kayak bapak yang belum dibiasakan hadir. Kadang-kadang mau hadir dengan anak juga gak tahu caranya gimana," kata Gina.

"Kita setiap hari lihat social media lihat berita buruk tentang pernikahan, orang muda atau gen Z sampai di mana di titik mikir kayak ngapain nikah, ngapain sih punya anak," lanjutnya.

3. ⁠Banyak konflik dan percakapan sulit dalam rumah tangga

Film Dua Hati Biru (dok. Starvision Plus)

Selain perbedaan pandangan, film yang dibintangi Angga Yunanda ini juga menggambarkan konflik-konflik kecil dalam rumah tangga. Dari konflik tersebut, Gina S.Noer ingin menyampaikan pesan bahwa keluarga mana pun akan punya konflik, tetapi hanya kita yang bisa menjaganya.

"Banyak konflik-konflik kecil, percakapan-percakapan sulit. Maka dari itu, Dua Hati Biru ada, karena bagaimanapun kalau bukan kita, yang jaga keluarga kita siapa lagi," lanjut sang sutradara. 

Salman Aristo, produser film ini, juga melakukan riset dan diskusi dengan psikolog keluarga agar isu yang diangkat dapat tersampaikan kepada penonton. Proses tersebut membantu tim produksi dalam pengembangan cerita.

"Kegelisahan kami tuh ingin coba sinkronkan dengan berbagai macam cara, riset adalah salah satu yang bisa kami lakukan. Mendekatkan diri dengan bergelut dengan lembaga-lembaga di topik kami bicarakan, ada keluarga, dan berbicara dengan psikolog anak, psikolog keluarga pada saat riset pengembangan cerita," jelasnya.

Apakah kamu sudah nonton film Dua Hati Biru? Masih tayang di bioskop, lho!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zahrotustianah
Erfah Nanda
Zahrotustianah
EditorZahrotustianah
Follow Us