Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ozzy Osbourne, Perpisahan Epik Sang Pangeran Kegelapan

Ozzy Osbourne (instagram.com/ozzyosbourne)
Ozzy Osbourne (instagram.com/ozzyosbourne)

Ozzy Osbourne, vokalis band legendaris Black Sabbath yang juga dedengkot heavy metal, telah meninggal dunia pada usia 76 tahun, Selasa, 22 Juli 2025, waktu Inggris. Kepergiannya hanya berselang beberapa minggu setelah pertunjukan "Back to the Beginning" di Villa Park, Birmingham pada 5 Juli 2025. Konser reuni ini adalah penampilan pamungkas kuartet metal asal Birmingham tersebut dan kini akan dikenang sebagai salam perpisahan emosional dari Ozzy "sang Pangeran Kegelapan" kepada dunia musik.

Perayaan di Villa Park menjadi panggung epik terakhir Ozzy. Layaknya ekshibisi "all-star" mempertemukan para raksasa metal dan rock untuk memberi penghormatan kepada empat musisi, yang disebut-sebut sebagai pencipta genre ini. Sekitar 40 ribuan penggemar metal memadati Villa Park, dengan puncaknya 5,8 juta lainnya menyaksikan melalui siaran langsung secara daring, lapor The Guardian. Nama-nama besar di dunia rock, termasuk Metallica, Guns N’ Roses, Slayer, Pantera, Alice in Chains, Anthrax, Mastodon, Tool, dan Steven Tyler dari Aerosmith, hadir untuk memberikan penghormatan. Bahkan Jason Momoa, aktor Hollywood, bertindak sebagai master of ceremonies hari itu. James Hetfield dari Metallica secara sederhana bilang, "Tanpa Sabbath, tidak akan ada Metallica," sebuah sentimen yang digaungkan oleh banyak artis lain di panggung.

Mengutip laporan Sky News, set Black Sabbath sendiri merupakan puncak emosional malam itu. Formasi asli yang terdiri dari Ozzy Osbourne, Bill Ward (drum), Tony Iommi (gitar), dan Geezer Butler (bass) bersatu kembali, menampilkan kekuatan cadas dari lagu-lagu seperti "War Pigs," "NIB," "Iron Man," dan "Paranoid". Bill Ward memberi style pukulan yang khas, berbeda dengan drumer Sabbath lainnya. Jemari Tony Iommi--baik yang asli maupun yang palsu--mengeluarkan riff-riff dahsyat, dan Geezer Butler bergerak liar di spektrum suara low. Bass Butler bahkan dihiasi dengan warna merah marun dan biru khas Aston Villa dengan moto klub tercetak di-body-nya, menunjukkan ikatan yang kuat antara kota Birmingham dengan empat putra daerahnya yang sudah go-internationally-legendary.

Ozzy Osbourne tampil duduk di atas singgasana hitam yang dihiasi tengkorak (sudah pasti), di mana ia hampir tidak bergerak sepanjang penampilannya. Meskipun harus duduk karena kondisi kesehatannya, suara Ozzy tetap bergema di seluruh Villa Park, dan ia mampu memberikan sosok "Prince of Darkness" kepada penonton. Selama lagu "Mama, I'm Coming Home," perjuangannya mencapai nada sangat menyentuh. Tampak ia di ambang air mata saat penonton membantunya bernyanyi, mengantarnya "pulang".

Kondisi kesehatan Ozzy Osbourne sudah menurun selama bertahun-tahun. Dalam sebuah wawancara pada Mei 2025 lalu, ia menyebut kondisinya beberapa tahun terakhir sebagai yang terburuk. Diagnosa parkinson, pneumonia berulang, infeksi, dan serangkaian operasi akibat jatuh pada tahun 2019 hanya memperburuk cedera leher lama, semuanya sudah menggerogoti tubuhnya. Ia bahkan sempat berdoa agar bisa meninggal selagi tidur karena sakit yang luar biasa. “Bangun besok pagi dan kamu menemukan pasti ada yang salah. Kamu mulai berpikir sakit ini tidak akan berakhir".

Akan tetapi, gagasan Sharon Osbourne (istri sekaligus manajer Ozzy) untuk mengadakan konser perpisahan di kota kelahirannya, Birmingham, memberinya kekuatan untuk bangkit di pagi hari. Meskipun hanya akan menampilkan beberapa lagu dan dalam posisi duduk, Ozzy menjalani pelatihan fisik dan vokal untuk memastikan dia bisa melakukan yang terbaik. Tekadnya untuk tampil satu kali lagi berarti ia bisa menjadi bintang dan memimpin penghormatan terakhirnya sendiri. Seperti yang diungkapkan Ozzy, "Aku tidak ingin mati di kamar hotel di suatu tempat. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersama keluargaku".

Konser ini juga menggarisbawahi koneksi spesial Black Sabbath dengan Birmingham, kota yang dengan bangga menyebut dirinya "Rumah Metal". Kota ini mendeklarasikan Musim Panas Sabbath dengan berbagai acara, memberikan penghargaan kota kepada para anggota band, dan bahkan mendedikasikan jembatan serta bangku untuk menghormati mereka.

Pada akhirnya, malam itu, dengan segala sentimen dan tribut, bukan hanya untuk empat pria asal Birmingham yang mengubah musik rock selamanya. Lebih khusus bagi Ozzy yang tak bisa berkata-kata banyak kepada penonton. "Aku sudah terbaring selama 5-6 tahun terakhir, jadi kalian gak tahu bagaimana perasaanku," dengan haru.

Perpisahan di Villa Park adalah bab penutup yang layak untuk warisan Ozzy dan kawan-kawan. Dan ketakutannya untuk pergi dalam keadaan sepi dan tidak dikenang, tidak terjadi karena dia meninggalkan dunia musik dengan panggung meriah bersama keluarga dan rekan sejawatnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triadanti N
EditorTriadanti N
Follow Us