Pengalaman seru kelas akting (IDN Times/Ahmad Fauzi Zein)
Setelahnya, materi yang diajarkan adalah aksi-reaksi dan olah tubuh. Kami pun mendengarkan beberapa lagu lalu kemudian diminta untuk menerjemahkan rasa dalam musik tersebut menjadi gerakan-gerakan tubuh.
Ketika lagu tersebut diputar, kami diminta meresapi setiap iramanya. Lalu dengan arahan Ben Bening, kami kemudian mengekspresikannya dalam bentuk gerakan-gerakan. Ada kalanya kami hanya boleh menggerakkan wajah dan kepala saja, sementara anggota tubuh lain harus diam. Namun, ada kalanya pula ketika kami harus menggunakan seluruh tubuh, dari wajah, tangan, hingga kaki.
Terdengar mudah, tapi kenyataannya cukup sulit untuk dilakukan. Sebab salah satu tantangannya adalah ketika tubuh bergerak mengikuti irama lagu, sering kali ekspresi wajah terlewatkan. Para peserta justru tampak fokus pada gerakan tubuh dengan mata terpejam. Menurut Ben Bening, seharusnya mimik wajah dapat bermain dan memberikan ekspresi dari lagu yang diputar. Hal tersebut menjadi tantangan bagi seorang aktor karena harus memainkan gerakan tubuh dan ekspresi wajah harus tetap berirama dalam satu waktu.
Selanjutnya kami diminta untuk merasakan dan mengelola sebuah sentuhan. Semua peserta diminta berpasangan, lalu saling menyentuh secara gantian, dan menjelaskannya lewat gerakan tubuh. Kata Ben Bening, olah rasa ini memiliki power dan vibrasinya sendiri di mana aktor bisa mengontrolnya.