Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pengalaman seru kelas akting (IDN Times/Ahmad Fauzi Zein)
Pengalaman seru kelas akting (IDN Times/Ahmad Fauzi Zein)

Jakarta, IDN Times - Menjadi seorang aktor ternyata bukan hanya soal menghafal naskah. Lebih dari itu, seorang aktor yang baik juga harus bisa memahami, mengelola, dan menggali emosi serta perasaannya untuk menjadi modal dasar dalam menjiwai sebuah karakter. Salah satu cara untuk mempelajarinya adalah melalui kelas akting.

IDN Times mencoba mengikuti secara langsung kelas akting yang dipandu oleh aktor Ben Bening pada Kamis (20/2/2025). Mengusung tema “Empowerment Method Aku Aktor Intensive Acting Class,” kelas ini memberi kesempatan saya untuk belajar memahami diri sendiri yang ternyata dibutuhkan untuk seorang aktor. Berikut reportasenya.

1. Pengalaman menyenangkan mengikuti kelas akting bersama Ben Bening

Pengalaman seru kelas akting (IDN Times/Ahmad Fauzi Zein)

Ini merupakan sebuah pengalaman baru bagi saya sebagai jurnalis untuk mencoba mengikuti kelas akting. Dalam kesempatan ini, saya berlatih bersama beberapa orang lainnya, termasuk aktor Gabriel Prince dan Gritte Irene. 

Sebelum memasuki materi, kami melakukan sesi pemanasan terlebih dahulu. Mulai dari melatih kekuatan kaki, tubuh, ekspresi wajah, hingga mengatur pernapasan. Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk membuat badan aktor menjadi lebih rileks yang juga sangat berguna ketika berakting. Ben Bening sebagai pelatih kelas ini mengatakan, seorang aktor harus memiliki tubuh yang seimbang demi kelancaran syuting.

"Kasihan DOP-nya kalau aktornya goyang-goyang," kata Ben saat itu.

2. Mengolah musik dan sentuhan menjadi gerakan tubuh

Pengalaman seru kelas akting (IDN Times/Ahmad Fauzi Zein)

Setelahnya, materi yang diajarkan adalah aksi-reaksi dan olah tubuh. Kami pun mendengarkan beberapa lagu lalu kemudian diminta untuk menerjemahkan rasa dalam musik tersebut menjadi gerakan-gerakan tubuh. 

Ketika lagu tersebut diputar, kami diminta meresapi setiap iramanya. Lalu dengan arahan Ben Bening, kami kemudian mengekspresikannya dalam bentuk gerakan-gerakan. Ada kalanya kami hanya boleh menggerakkan wajah dan kepala saja, sementara anggota tubuh lain harus diam. Namun, ada kalanya pula ketika kami harus menggunakan seluruh tubuh, dari wajah, tangan, hingga kaki. 

Terdengar mudah, tapi kenyataannya cukup sulit untuk dilakukan. Sebab salah satu tantangannya adalah ketika tubuh bergerak mengikuti irama lagu, sering kali ekspresi wajah terlewatkan. Para peserta justru tampak fokus pada gerakan tubuh dengan mata terpejam. Menurut Ben Bening, seharusnya mimik wajah dapat bermain dan memberikan ekspresi dari lagu yang diputar. Hal tersebut menjadi tantangan bagi seorang aktor karena harus memainkan gerakan tubuh dan ekspresi wajah harus tetap berirama dalam satu waktu.

Selanjutnya kami diminta untuk merasakan dan mengelola sebuah sentuhan. Semua peserta diminta berpasangan, lalu saling menyentuh secara gantian, dan menjelaskannya lewat gerakan tubuh. Kata Ben Bening, olah rasa ini memiliki power dan vibrasinya sendiri di mana aktor bisa mengontrolnya. 

3. Ada sesi game untuk melatih ekspresi

Terakhir adalah sesi yang paling menyenangkan menurut saya, yaitu bermain permainan kartu angka. Mengapa begitu menyenangkan? Menurut saya, lewat permainan ini, kami juga dilatih untuk memperlihatkan ekspresi satu sama lain tanpa bicara.

Cara mainnya, peserta akan mendapatkan satu kartu yang berisikan angka antara 1 hingga 99. Peserta yang merasa memiliki angka paling kecil, harus mengeluarkan kartunya terlebih dahulu. Apabila peserta lain tidak ada yang memiliki angka lebih kecil dari itu, maka permainan berlanjut. Namun, jika ada, maka permainan harus diulang dari awal. Begitu seterusnya sampai peserta yang memiliki angka paling besar mengeluarkan kartunya.

Bukan sekadar permainan biasa, Ben Bening menyebut game kartu angka ini mengasah kepercayaan diri dan tim hanya lewat membaca ekspresi wajah saja. Kita semua saling tebak-tebakan lewat ekspresi satu sama lain, siapa yang memiliki kartu angka paling kecil dan selanjutnya sampai terbesar.

4. Menjadi aktor adalah menjadi manusia

Ben Bening (instagram.com/_benbening)Ben Bening (instagram.com/_benbening)

Ben Bening yang juga merupakan aktor menjelaskan, kelas akting ternyata bukan sekadar mengajarkan keterampilan teknis, melainkan juga belajar memahami secara mendalam soal karakter, emosi, dan dampak dari peran yang dimainkan. Proses ini sangat dibutuhkan, karena menjadi seorang aktor adalah sama dengan menjadi seorang manusia.

“Kelas akting macam apa kemudian yang penting? Apakah kelas akting yang sebatas mengajarkan soal teknik perannya? Atau kelas akting yang kemudian mengajarkan how to be empower as an actor? Terus juga punya kemampuan teknisnya? Jadi di satu sisi kelas akting penting, tapi bisa jadi tidak penting kalau yang diajarin cuman sekadar teknik-tekniknya aja. Karena akhirnya dia lebih mementingkan teknik daripada humanity-nya. Ingat bahwa dalam keaktoran itu empati tadi sangat penting. Menjadi manusianya itu sangat penting. Memahami manusianya itu sangat penting karena itu akan mendukung pekerjaan,” katanya setelah selesai kelas yang berlangsung kurang lebih 3 jam tersebut.

5. Empowerment method adalah metode untuk menjadi aktor yang lebih sehat secara mental

Pengalaman seru kelas akting (IDN Times/Ahmad Fauzi Zein)

Dalam sesi “Empowerment Method Aku Aktor Intensive Acting Class” yang digelar di Rumah Sraddha Semesta Creative Hub, Jakarta Selatan, ini kami sebagai peserta lebih belajar tentang metode pemberdayaan yang tidak hanya fokus pada kemampuan memainkan karakter, melainkan juga efek setelahnya.

Metode ini bertujuan untuk membuat aktor merasa lebih bernilai sebagai manusia setelah menyelesaikan peran tertentu. Dengan pendekatan ini, aktor tidak hanya belajar soal teknik akting, melainkan juga mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang dirinya sendiri. Tidak hanya mahir dalam seni peran, sang aktor juga bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.

Empowerment method adalah metode yang kurang lebih tujuan utamanya adalah bukan hanya membuat aktor mampu memainkan karakter, tapi setiap selesai memainkan satu karakter, si aktor jadi lebih berdaya sebagai manusia. Dia jadi lebih merasa bernilai sebagai manusia. Dia jadi lebih sehat secara mental. Jadi Empowerment Method itu memang metode yang khusus untuk itu tujuannya. Biar si aktornya begitu beres memainkan satu karakter, dia jadi manusia yang lebih berdaya lagi, dia gak kurang percaya diri, dia juga gak over confident, tapi dia sadar bahwa aku sudah menjadi manusia yang lebih baik,” tambah pemain film Budi Pekerti ini.

6. Tidak hanya aktor, semua orang juga boleh ikut kelas akting

Ben Bening (instagram.com/_benbening)

Menariknya, tidak hanya aktor saja yang bisa mengikuti kelas akting. Ben mengungkapkan beberapa latar belakang peserta di kelasnya, ada karyawan swasta hingga guru. Awalnya mereka mengikuti kelas akting karena ingin menjadi aktor. Namun, banyak yang kemudian menikmatinya saja, sebab terasa menenangkan, karena bisa lebih memahami nilai-nilai kemanusiaan.

“Ada yang pekerja kantoran, pegawai salah satu e-commerce, macem-macem, ada yang guru. Jadi ada yang pekerjaan sama sekali gak jadi aktor dan kadang-kadang memang tujuan mereka tuh awalnya mungkin pengin jadi aktor. Tapi kemudian ketika masuk kelasku jadi sadar bahwa 'gue gak harus jadi aktor kok ternyata yang gue butuhin tuh bukan itu, yang gue butuhin adalah sebuah ketenangan dan kebahagiaan. Berarti gue bisa jadi apa pun asal gue tenang dan bahagia'. Kayak ya udah gue pengin masuk ke kelas akting, tapi gue gak mau jadi aktor itu gak apa-apa. Karena menurutku akting tuh tools aja untuk jadi manusia yang lebih baik,” tambahnya.

Soal manfaat dari kelas akting ini pun, menurut Ben, bukan masalah berekspresi di berbagai situasi, melainkan meningkatkan kepercayaan diri. Peserta kelas akting akan lebih memahami, mengenal, dan menerima diri mereka sendiri.

"Jadi step terakhir dari fase keaktoran, dari teori keaktoran yang aku lakukan adalah kamu akhirnya akan menerima dirimu. Kalau ternyata ada kekurangan, ‘Oh aku menerima kekurangan itu, karena aku punya tujuan untuk jadi manusia yang lebih baik lagi,'" lanjut aktor yang pernah menjadi personal acting consultant Dian Sastrowardoyo dalam serial Ratu Adil tersebut.

6. Gambaran kelas akting di Indonesia

Pengalaman seru kelas akting (IDN Times/Ahmad Fauzi Zein)

Namun, keberadaan kelas akting di Indonesia belum merata, sebab industri filmnya masih terfokus di kota-kota besar saja, seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali. Kelas akting yang didirikan juga sebagian besar berasal dari usaha dan dana sendiri, belum ada dukungan resmi dari pemerintah. 

“Jakarta dan Jogja ada beberapa, aku gak tahu tepatnya berapa. Kalau gak salah di Bali juga ada, temanku yang pegang. Terus kalau gak salah di Surabaya juga ada,” katanya.

Selain belajar langsung sama aktor, kelas akting juga dilakukan di komunitas hingga sanggar. Gimana, kamu tertarik mencobanya?

Editorial Team