Chand Parwez di konferensi pers trailer dan poster film "Dopamin" di XXI Metropole, Jakarta, Selasa (14/10/2025) (dok. IDN Times/Shandy Pradana)
Produser Chand Parwez sendiri mengaku jatuh cinta saat pertama kali membaca naskah Dopamin. Namun masalahnya adalah, bagaimana mereka memberikan judul yang tepat untuk film ini.
"Pada waktu script-nya jadi, saya udah jatuh cinta. Pada waktu itu persoalannya adalah bagaimana kita ngelabel judul yang sesuai dengan apa yang kita mau sampaikan," ucapnya.
Ia kemudian menjelaskan bahwa pemilihan judul Dopamin, karena maknanya yang menggambarkan esensi film: cara manusia menemukan kebahagiaan di tengah dunia yang penuh tekanan.
"Dan justru pada saat orang ditekan seperti itu, mereka berekspresinya itu menjadi menemukan karakter-karakter aslinya. Ternyata Malik baru tahu kalau Alya bisa seperti ini dan Alya baru mengerti bahwa Malik bisa seperti itu," kata Parwez.
Menurut Parwez, penonton akan merasakan hal yang sama setelah menonton film ini.
"Saya rasa mungkin apa yang dialami oleh Malik dan Alya setelah kalian nonton film ini, kalian akan mengerti, itu dopaminnya. Kalian mungkin pengen ngalamin seperti mereka," jelasnya.
Ia pun menuturkan bahwa Dopamin menjadi simbol dari perasaan bahagia yang lahir bukan karena keadaan ideal, melainkan karena keberanian menghadapi kenyataan bersama orang yang dicintai.
"Jadi pada waktu kita mencari judul gak ketemu, sebenarnya saya punya satu judul dan saya ngomong, 'Apa Dopamin?' Akhirnya kita sepakat. Tetapi, kan khawatir juga ya orang sulit mengerti. Tapi kalau Anda mau tanya dopamin dari segi apa, artinya adalah 'Cara Bahagia di Dunia yang Semakin Gila,'" tutupnya.