Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Review Film A Writer's Odyssey 2, Sekeren Film Pertamanya?

Review Film A Writer's Odyssey 2, Sekeren Film Pertamanya.jpg
A Writer's Odyssey 2 (dok. China Film Group/A Writer's Odyssey 2)

Setiap penulis pasti takut akan datangnya hari di mana karakter mereka punya kesadaran sendiri, lalu keluar dari halaman untuk membunuh penciptanya. A Writer’s Odyssey 2 mengambil kecemasan itu dan membangunnya menjadi semesta baru yang ambisius. Sekuel ini mengisahkan kembali pengarang Lu Kongwen yang kini berhadapan dengan dunia nyata dan dunia fantasi sekaligus.

Jika film pertama fokus pada kisah keluarga dan balas dendam, kali ini sutradara Lu Yang mengarahkan narasi ke ranah yang lebih dalam: pergulatan seorang kreator melawan ciptaannya sendiri. Film ini menggabungkan banyak hal dalam level yang belum pernah dicoba di perfilman Tiongkok modern. Lalu, apakah hasil akhirnya sekeren film pertamanya? Simak ulasannya di bawah!

1. Memperluas Cloud City dengan visual indah nan megah

Memperluas dunia Cloud City dengan visual yang megah.jpg
A Writer's Odyssey 2 (dok. China Film Group/A Writer's Odyssey 2)

Satu hal yang tidak bisa disangkal dari A Writer’s Odyssey 2 adalah keindahan visualnya. Lu Yang dan tim produksinya menolak standar visual global yang homogen dan memilih estetika yang berakar kuat pada tradisi Tiongkok. Hasilnya adalah tampilan dunia yang terasa kuno sekaligus segar.

Cloud City kini berkembang 10 kali lipat dari film pertama, memperkenalkan lanskap baru: rawa, padang salju, jurang, hingga "Alam Rahasia Primordial" yang digambarkan bak lubang cacing menuju dunia para dewa. Semua ini dirancang dengan kombinasi efek visual dan konstruksi praktis yang membuatnya terasa seperti lukisan tiga dimensi.

Seni dan mitologi berpadu dengan cara yang sangat khas sinema Timur. Kekuatan para tokoh seperti "Lima Harimau Langit" tidak ditampilkan sebagai ledakan CGI, melainkan sebagai simbol kondisi batin mereka. Bahkan sosok antagonis Iblis Berambut Merah pun bukan sekadar monster, melainkan representasi fisik dari ambisi dan kekacauan batin sang penulis.

2. Kesenjangan naratif, realitas dan fiksi semakin kabur

Kesenjangan naratif, realitas dan fiksi semakin kabur.jpg
A Writer's Odyssey 2 (dok. China Film Group/A Writer's Odyssey 2)

Jika film pertama menampilkan dua dunia yang berjalan paralel, kali ini batas di antara keduanya benar-benar dihapus. Dunia nyata dan dunia "Godslayer" kini saling memengaruhi. Bahkan, melebur menjadi satu kesatuan naratif yang rumit tapi menarik.

Kisah Lu Kongwen di dunia nyata berkelindan dengan konflik batin di novel ciptaannya. Iblis Berambut Merah yang dulu hanya karakter fiksi kini hidup sebagai manifestasi sisi gelap dirinya. Sementara sosok Jiu Tian menjadi simbol hati nurani dan stabilitas moralnya. Film ini memaksa penonton bertanya: sejauh mana seorang pencipta bertanggung jawab atas ciptaannya sendiri?

Sayangnya, kompleksitas ini juga menjadi pedang bermata dua. Di paruh kedua, struktur film mulai kehilangan keseimbangannya. Plot yang awalnya rapi menjadi terlalu padat dan berbelit, dengan konsep yang membingungkan alih-alih bermakna.

Meski demikian, kekacauan itu terasa seperti bagian dari niat Lu Yang untuk menggambarkan kebingungan eksistensial sang penulis. Ketika realitas dan fiksi menelan satu sama lain, film ini berubah menjadi refleksi tentang kehilangan kendali atas dunia yang diciptakan sendiri.

3. Apakah A Writer's Odyssey 2 recommended untuk ditonton?

Apakah A Writer's Odyssey 2 recommended untuk ditonton.jpg
A Writer's Odyssey 2 (dok. China Film Group/A Writer's Odyssey 2)

Sebagai sekuel, A Writer’s Odyssey 2 berhasil memperluas semestanya dan menawarkan skala yang lebih besar serta tema yang lebih filosofis. Film ini berani, baik dalam visual, ide, maupun eksekusi. Namun, ambisinya yang besar juga membuatnya tersandung di beberapa titik.

Sinematografinya terkadang terasa terlalu terang dan datar untuk dunia seindah itu, sementara ritme penyuntingannya yang terbagi-bagi membuat emosi penonton sulit terikat. Namun begitu, ide besar dan pencapaian estetiknya tetap membuat film ini layak diapresiasi.

Jika kamu mencari film fantasi Tiongkok dengan visual megah, tema eksistensial, dan eksplorasi antara realitas serta imajinasi, A Writer’s Odyssey 2 wajib kamu tonton. A Writer’s Odyssey 2 tayang di Indonesia mulai 15 Oktober 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zahrotustianah
EditorZahrotustianah
Follow Us

Latest in Hype

See More

45 Pantun Buat Pacar Salting yang Lucu, Bikin Doi Makin Sayang

15 Okt 2025, 13:31 WIBHype