cuplikan film Panggil Aku Ayah (Instagram.com/visinemaid)
Pembawaan akting dari para aktor film ini juga patut diapresiasi. Meski baru berusia 7 tahun, Myesha Lin mampu menampilkan layer emosi yang sampai ke hati penonton. Tak perlu menampilkan banyak dialog atau gerakan, Ringgo Agus Rahman bahkan sukses menciptakan koneksi emosional lewat tatapan matanya saja.
Biasa bermain di film komedi, kali ini Boris Bokir juga tampak totalitas memerankan karakter Tatang, si mamang-mamang Sunda yang polos, tetapi juga hangat. Karakternya yang memiliki banyak ide selalu sukses memecah gelak tawa penonton di bioskop.
Pada akhirnya, film Panggil Aku Ayah ini tidak hanya hadir sebagai sebuah tontonan yang mengundang tawa dan air mata saja, tetapi juga menyentuh sisi humanis, yang menggambarkan tentang arti keluarga sesungguhnya. Meski tidak terhubung oleh ikatan darah, keluarga juga bisa tercipta dari kehadiran, empati, serta ketulusan karena keluarga adalah mereka yang paling dekat, yang membuat kita selalu merasa aman ketika pulang.
Secara keseluruhan, rasanya tidak ada yang kurang dari film ini. Elemen-elemen pendukungnya pun juga menciptakan suasana dramatis, termasuk juga pemilihan soundtrack-nya. Meski sudah dirilis sejak 1999, kehadiran lagu “Tegar” dari Rossa dan dinyanyikan ulang oleh Tissa Biani bersama Sita Nursanti menambah kedalaman emosi film. Sementara lagu “Senandung Bahagia” dari Rizky Febian yang mengiringi kebersamaan karakter Dedi dan Intan justru terasa seperti sebuah penggerak emosi yang membuat mata semakin berkaca-kaca.
Jadi, buat yang sudah bersiap-siap menonton film Panggil Aku Ayah di bioskop, jangan lupa siapin tisu!