cuplikan film Tukar Takdir (youtube.com/StarvisionPlus)
Salah satu kekuatan Tukar Takdir ada di pilihan temanya. Film ini mengangkat trauma dan perasaan bersalah yang timbul setelah selamat dari kecelakaan, isu yang jarang diangkat dalam film Indonesia. Alurnya bikin penasaran, membuat saya bertanya-tanya sepanjang film, kenapa tokoh utama bisa selamat? Kenapa bukan orang lain? Premis ini membuat saya ikut merenung soal nasib, rasa syukur, dan beban moral yang menyertainya.
Namun, sayangnya hubungan antara Rawa dan Zahra justru jadi bagian yang terasa paling lemah. Interaksi mereka membingungkan, dan kehadiran karakter Zahra terasa seperti kosong. Saya masih belum bisa memahami apa tujuan Mouly Surya memberikan loveline di antara Zahra dan Rawa.
Menuju akhir, film ini memilih menyisakan satu pertanyaan besar soal penerbangan yang jadi akar konflik. Saya gak bisa spoiler lebih lanjut. Tapi bagi saya ada bagian yang jadi sedikit 'kentang' dari cerita yang dibangun sedemikian rupa sejak awal.
Untungnya, film menutup dengan adegan Marsha Timothy yang sangat kuat hingga meninggalkan bekas mendalam dalam hati saya. Emosi yang ditahan sejak awal akhirnya dilepas dalam satu momen diam yang intens dan menyentuh. "Gong banget," kalau kata bahasa anak sekarang.
Pada akhirnya, Tukar Takdir menawarkan kisah orang-orang menghadapi trauma dengan berbagai cara. Mengingat mewahnya suara dan detail yang perlu kamu perhatikan, sayang untuk melewatkan film ini yang sudah tayang di bioskop sejak 2 Oktober 2025.