Ani Fanelli remaja dalam Film Luckiest Girl Alive (dok. Netflix/Luckiest Girl Alive)
Kembali ke karakter utama, Ani Fanelli, yang selepas mengalami pemerkosaan ia justru disalahkan oleh banyak orang. Salah satunya adalah ibunya sendiri.
Hal ini selaras dengan fenomena yang kerap terjadi, di mana korban kejahatan justru disalahkan atas apa yang menimpanya. Terutama dalam kasus pelecehan seksual, reaksi umum masyarakat menganggap korban sebagai pihak yang mengundang.
Hal tersebut digambarkan dalam film ini tanpa banyak efek dramatis karena karakter utama yang mengalaminya merupakan karakter yang dinilai "sempurna" secara umum. Dengan begitu, ia memberikan sudut pandang baru atas fenomena tersebut.
Dari film ini, kita bisa belajar bahwa tidak ada yang sempurna. Sebab, di balik sesuatu yang terlihat sempurna sekalipun terdapat cerita yang tak jarang mengandung sisi kelam.
Isu-isu yang diangkat dalam film Luckiest Girl Alive sudah seharusnya menjadi perhatian bersama. Meski dinilai dapat memicu trauma korban, isu-isu tersebut juga menjadi representasi atas realitas kelam yang kerap terjadi. Gimana, kamu sudah nonton?