Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kenapa Zoro Sekarang Tidak Seceria Dulu, Apa yang Terjadi?
Zoro sebelum timeskip dan setelahnya (dok. Toei Animation/One Piece)

Intinya sih...

  • Zoro mengalami kekalahan telak pertamanya di Baratie (episode 24)

  • Zoro mengalami rasa gagal dan hancur di Thriller Bark (episode 377)

  • Zoro mengalami kekalahan telak di Sabaody dan berita kematian Ace

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kalau kamu ngikutin One Piece dari awal banget, pasti ngerasa ada yang beda sama Zoro, kan? Coba deh inget-inget Zoro pas di East Blue atau awal-awal Grand Line. Dia emang udah keren dan serius soal jadi pendekar pedang terkuat. Namun, kita juga sering banget lihat dia ketawa lepas, adu mulut konyol tiada akhir sama Sanji, atau pasang muka panik pas lagi nyasar bareng Luffy. Dia terasa lebih "manusiawi" dan sering bercanda.

Bandingin banget sama Zoro yang sekarang, apalagi setelah timeskip. Dia jadi serius, stoik banget, ngomongnya dikit, dan kayaknya hampir lupa caranya senyum atau ketawa gitu. Ke mana perginya Zoro yang dulu? Nah, perubahan drastis ini ternyata bukan terjadi gitu aja tanpa sebab. Perjalanan di Grand Line itu keras. Ada beberapa momen penting penuh kegagalan yang pelan-pelan "menampar" dan ngebentuk dia jadi sedingin sekarang. Yuk, kita beda alasan Zoro yang sekarang tidak seperti yang dahulu!

1. Zoro mengalami kekalahan telak pertamanya di Baratie (episode 24)

Zoro berjanji ke Luffy (dok. Toei Animation/One Piece)

Ini adalah titik balik pertama dan paling krusial yang bikin Zoro jadi lebih serius. Inget kan, sebelum momen ini, Zoro itu ibarat pendekar yang nggak terkalahkan. Di East Blue, dia dijuluki "Demon", reputasinya bikin semua bajak laut ciut, dan dia belum pernah kalah duel. Dia punya arogansi dan kepercayaan diri yang tinggi banget, mungkin dia mikir mimpinya jadi Pendekar Pedang Terkuat di Dunia itu udah di depan mata.

Lalu, datanglah Dracule Mihawk, si pemegang gelar yang lagi dia cari. Pertarungannya bahkan nggak bisa dibilang pertarungan yang adil. Zoro yang udah serius pakai tiga pedang, dihajar habis-habisan sama Mihawk yang cuma pakai pisau kalung sekecil mainan itu. Kekalahan telak dan memalukan ini bener-bener "menampar" Zoro sampai sadar. Kesombongannya hancur lebur. Dia akhirnya tahu betapa jauh jarak antara dia dan tujuannya. Sejak momen ikonik dia nangis sambil ngangkat pedang, ia bersumpah ke Luffy kalau dia tidak akan kalah lagi dan prioritas Zoro berubah.

2. Zoro mengalami rasa gagal dan hancur di Thriller Bark (episode 377)

Zoro (dok. Toei Animation/One Piece)

Kalau kekalahan dari Mihawk itu bikin dia sadar jarak kekuatannya, insiden di akhir Thriller Bark ini bikin dia sadar betapa lemahnya dia saat harus melindungi kru. Inget kan, pas mereka udah capek-capek ngalahin Moria, tiba-tiba Shichibukai Bartholomew Kuma datang buat nangkep Luffy. Zoro dan Sanji yang udah sisa tenaga jelas nggak ada apa-apanya di depan Kuma. Zoro harus terima kenyataan pahit lagi, yaitu sumpahnya buat "nggak akan kalah lagi" ternyata belum cukup kuat buat ngelindungin kaptennya dari musuh level Shichibukai.

Puncaknya tentu aja momen legendaris "Nothing Happened" itu. Kuma setuju buat nggak ngebunuh Luffy, asalkan Zoro mau nanggung semua rasa sakit dan penderitaan fisik yang udah diterima Luffy selama berantem ngelawan Moria. Sebagai wakil kapten yang super loyal, Zoro tanpa ragu ngambil semua beban kaptennya itu sendirian. 

Pas Sanji menemukan dia, Zoro masih berdiri tegap berlumuran darah dan cuma bilang "Nggak terjadi apa-apa." Momen ini pasti membekas banget di mentalnya. Dia jadi makin sadar betapa beratnya beban seorang kapten, dan dia pasti makin nyalahin dirinya sendiri karena lemah dan nggak bisa berbagi rasa sakit itu sama kaptennya. Beban mental tentang gagal melindungi inilah yang bikin dia makin serius.

3. Zoro mengalami kekalahan telak di Sabaody dan berita kematian Ace

Zoro diterbangkan Kuma (dok. Toei Animation/One Piece)

Kalau Thriller Bark itu tamparan secara mental, Insiden Sabaody ini adalah pukulan yang bikin mereka sadar penuh. Di sini, Roronoa Zoro dan seluruh kru Topi Jerami bener-bener dihajar habis-habisan sampai nggak berdaya. Nggak tanggung-tanggung, lawannya Admiral Kizaru. Zoro, yang udah merasa lebih kuat, ternyata nggak ada apa-apanya di depan kecepatan Kizaru. Dia dikalahkan dengan gampang banget dan hampir tewas. Fakta bahwa dia dan krunya selamat bukan karena kekuatan mereka, tapi murni karena "ditolong" sama Kuma yang misahin mereka. Hal itu pasti bikin harga dirinya sebagai wakil kapten hancur banget.

Pukulan mentalnya nggak berhenti di situ. Pas lagi terdampar sendirian di pulaunya Mihawk, Zoro dapet kabar yang menghancurkan, yaitu berita kematian Ace di Perang Marineford. Ini adalah "tamparan" terakhir yang paling keras. Dia sadar dua hal. Pertama, New World itu beneran berbahaya, orang sekuat Ace bisa ditangkap dan dieksekusi. Kedua, dan yang paling penting, kaptennya harus melewati semua trauma dan penderitaan kehilangan kakaknya itu sendirian, tanpa ada satupun kru yang bisa menemani atau melindungi dia. Rasa "nggak berdaya" dan "gagal" sebagai wakil kapten, di sini udah mentok banget!

4. Zoro mengalami latihan berat bersama Mihawk

Zoro bersujud ke Mihawk (dok. Toei Animation/One Piece)

Rentetan kegagalan di Sabaody dan berita kematian Ace tadi jadi pukulan pamungkas yang bikin Zoro benar-benar sadar. Dia tahu kalau cuma latihan sendirian kayak biasa, dia nggak akan pernah bisa survive di New World, apalagi ngelindungin Luffy dan kru. Akhirnya, Zoro ambil keputusan paling gila dan paling "malu-maluin" buat harga dirinya. Dia berlutut, nundukkin kepala, dan memohon sama Mihawk buat ngajarin dia jadi lebih kuat. Ini nunjukkin kalau prioritasnya udah geser, egonya soal "Pendekar Pedang Terkuat" udah dia buang, diganti sama kebutuhan mendesak buat ngelindungin kaptennya.

Nah, latihan dua tahun di pulau Kuraigana yang suram bareng Mihawk jelas bukan main-main. Latihannya pasti brutal banget, sampai-sampai kita lihat sendiri dia kehilangan satu matanya. Namun, yang dilatih Mihawk itu bukan cuma otot dan teknik pedang. Mihawk pasti juga maksa Zoro buat menguasai emosinya. Hasilnya adalah Zoro versi post-timeskip yang jauh lebih tenang, dingin, terkendali, dan stoik. Tawa lepas dan sifat konyolnya kayaknya ikut "ditinggal" di pulau latihan itu.

5. Zoro punya rasa tanggung jawab besar

Zoro (dok. Toei Animation/One Piece)

Pada akhirnya, semua tamparan keras dari Mihawk, Kuma, dan Kizaru itu ngebentuk Zoro jadi sosok yang sekarang. Dia sadar kalau perjalanannya ini bukan cuma soal mimpinya sendiri. Tugas utamanya, yang dia ambil dengan serius, adalah jadi sayap atau tangan kanan yang bakal mastiin kaptennya bisa jadi Raja Bajak Laut. Dia ngerti banget kalau Raja Bajak Laut itu nggak bisa punya kru yang "biasa-biasa aja", apalagi wakilnya.

Beban tanggung jawab inilah yang jadi alasan utama kenapa dia seperti kehilangan sisi cerianya. Dia sadar betul kalau kaptennya itu Luffy, orang yang santai, konyol, dan sering nggak mikir panjang. Karena kaptennya kayak gitu, Zoro ngerasa dialah yang harus jadi sosok pilar yang serius, dingin, dan bisa diandalkan pas situasi genting. 

Jadi, rasanya sudah jelas banget kenapa Zoro yang sekarang jadi serius dan irit senyum itu, ya. Ia tuh bukannya lupa cara ketawa, tapi dia seperti milih buat menahan emosinya itu. Retetan tamparan dari kenyataan memaksanya sadar kalau New World itu bukan tempat main-main. Zoro versi “stoik” ini tuh adalah hasil dari evolusi dan beban tanggung jawab besar yang dia pikul di One Piece.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team