11 Rahasia di Balik Kedekatan Putri Diana dan Anak-anaknya

Putri Diana tak mau bergantung pada pengasuh untuk mengurus anak-anaknya. Bahkan dia menjadi ibu pertama di keluarga kerajaan yang menyusui anaknya sendiri. Hal tersebut pun menjadi rutinitas yang sangat menyenangkan karena bisa memeluk anaknya setiap pagi.

FYI, putra pertama Putri Diana, Pangeran William, menjadi pewaris tahta pertama yang dilahirkan di rumah sakit dan bukan di Istana Buckingham.

Salah seorang temannya menuturkan bahwa Putri Diana sebenarnya ialah seorang ibu yang sangat "normal". Hanya saja apa yang ditangkap oleh media selalu mengasumsikan bahwa dia memanjakan dan mengasihi kedua putranya sepanjang waktu.

Padahal seperti kebanyakan ibu-ibu pada umumnya, Putri Diana terkadang juga bisa bersikap keras, menegur, meneriaki, hingga menggebuk mereka. 

Pangeran Charles diketahui sangat vokal mengenai keinginannya untuk punya anak perempuan. Dia bahkan sempat melontarkan komentar sesaat usai kelahiran Harry, "Oh ya Tuhan, dia cowok lagi. Rambutnya merah pula."

Namun Putri Diana tampak tak terpengaruh dengan komentar suaminya tersebut. Dan bahkan tak menyetujui nama utama yang disodorkan oleh Charles untuk kedua putranya karena dianggap "terlalu kuno". Tak hanya itu, dia juga semakin bersikap protektif terhadap William dan Harry.

Menurut pakar dari Good Housekeeping, Putri Diana terlihat sangat protektif terhadap anak-anaknya. Hal tersebut terlihat dari tindak-tanduknya yang selalu mengawasi dan mencegah keduanya agar tak cedera karena hal-hal kecil.

Tak hanya itu, Putri Diana mencoba agar selalu terhubung secara fisik dengan anak-anaknya. Seperti saat berjalan beriringan, dia akan meletakkan tangannya pada punggung sang anak untuk memberikan rasa aman bagi mereka. Atau berbicara eye-to-eye untuk menunjukkan kesetaraan dan bahwasanya dia mendengarkan mereka.

Semasa Pangeran William masih berusia balita, Putri Diana kembali melanggar tradisi kerajaan. Yakni dia tak mau meninggalkan si William kecil dan bersikeras membawanya selama dia melakukan tur/kunjungan resmi ke negara-negara Persemakmuran.

Hidup dalam lingkungan bangsawan besar membuat setiap gerak-gerik mereka selalu disorot oleh awak media. Putri Diana menyadari betapa sorotan media secara terus-menerus sering membuatnya tertekan sehingga dia mencoba mempersiapkan anak-anaknya dengan sebaik mungkin.

Dan dia pun memberikan wejangan pada mereka agar menjaga tingkah laku yang baik didepan para awak media sekalipun mereka tak menyukainya.

William dan Harry menuturkan sendiri bahwa sebenarnya sang ibu adalah sosok yang lucu dan menyenangkan. Sebuah kebiasaan perayaan Natal dari Putri Diana rupanya turun temurun kepada  William dan putra pertamanya, George. Yakni suka-cita saat tak sabar membuka kado hari raya Natal. Jadi, bisa dipastikan tak akan ada kado yang tak terbongkar sebelum waktunya nih.

Putri Diana seringkali memilihkan busana dengan warna yang sama untuk dirinya, William dan Harry. Pada saat itu merebak tren mode 1980an dan 1990an dimana anak kecil bersaudara saling berbusana sama. Tentu saja, diam-diam keduanya merasa malu sekaligus tertawa ketika mengenang masa kecil tersebut melalui foto lawas. 

Meskipun kelihatannya bepergian dengan anak-anak itu ribet, sepertinya Putri Diana bisa mengatasi hal tersebut. Terbukti dia berkali-kali mengajak William dan Harry berlibur bersama. Seperti bermain ski salju di gunung Alpen Swiss, menikmati destinasi tropis di pulau British Virgin, hingga ke pulau Karibia.

Putri Diana tak ingin William dan Harry tumbuh terisolasi hanya di dalam istana melulu. Dia ingin mereka melihat, mengetahui, dan mengenal secara langsung bagaimana dunia luar itu yang sebenarnya. 

Secara tak langsung dia membentuk kepribadian anaknya agar tidak sombong, rendah hati, dan baik kepada orang lain. Di samping itu dia ingin agar mereka bisa merasakan kehidupan normal layaknya anak sebaya mereka. Seperti nonton film di bioskop, mengantri di McD, bermain ke taman hiburan, dan sebagainya.

Seiring William dan Harry tumbuh dewasa, Putri Diana berusaha menunjukkan bahwa mereka itu istimewa. Karena keistimewaan itulah dia ingin agar mereka memanfaatkannya untuk berbuat kebaikan kepada sesama. Maka dari itu dia pun biasanya membawa keduanya berkunjung ke rumah sakit dan tempat penampungan tuna wisma.

Cara tersebut digunakannya untuk mengenalkan mereka pada aksi peduli kemanusiaan yang selama ini dia cintai. Pada suatu saat nanti pun keduanya berkewajiban melayani dan mengayomi rakyat. Jadi hidup sebagai bangsawan tak hanya sekedar bertahta dan bertitel, but there is so much more than "that".