TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tak Lekang Waktu, 5 Pasar di Jakarta Ini Sudah Ada Sejak Zaman Belanda

Masih eksis hingga kini!

wikipedia.org

Selama 350 tahun menjajah Indonesia, tentu Belanda meninggalkan jejak peninggalan seperti gedung, jalanan maupun infrastuktur lainnya. Termasuk di Jakarta terdapat bukti jejak peninggalan di antaranya adalah pasar-pasar besar di Jakarta sudah berdiri dari zaman Belanda.

Beberapa di antaranya masih menggunakan bangunan aslinya. Namun, tentu sudah banyak dilakukan renovasi di beberapa area. Nah, berikut 5 pasar besar di Jakarta yang sudah ada sejak zaman Belanda. Kamu sering ke sini gak?

1. Pasar Baru

megapolitan.kompas.com

Kalian pasti tahu dengan pasar yang satu ini yaitu, Pasar Baroe. Pasar tertua di Jakarta yang terletak di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat. Pasar ini di bangun pada 1820 di bangun untuk melengkapi dua pasar besar yang sebelumnya ada, yakni Pasar Senen dan Pasar Tanah Abang yang sudah terlebih dahulu dibangun pada 1730.

Dahulu pasar ini di gunakan sebagai tempat penduduk pribumi berjualan hasil panennya. Lalu para penduduk Tionghoa juga ikut menjajakan dagangannya di pasar tersebut lantaran pasar ini di bangun di kawasan penduduk Tionghoa. Pasar ini semakin berkembang sejak di kembangkan oleh penduduk Hindia Belanda.

Pasar Baru dikenal sebagai daerah pertokoan elit karena lokasinya yang berdekatan dengan kawasan Rijswijk yang sekarang Jalan Veteran, Jakarta Pusat, sebuah kawasan orang-orang kaya di Batavia. Jika dibandingkan, kawasan ini pada zaman dahulu mungkin ibarat daerah Pondok Indah saat ini.

Baca Juga: 6 Cara Habiskan Liburan Anak di Jakarta, Gak Melulu Belanja di Mall!

2. Pasar Jatinegara

capangker.com

Pasar Jatinegara yang pada zaman Belanda bernama Meester. Pasar yang terletak di kawasan Jakarta Timur ini dahulu juga disebut Pasar Kamis karena hanya dibuka pada hari Kamis.

Pada zaman Belanda, Jatinegara merupakan pusat dari kabupaten yang dikenal sebagai Meester Cornelis yang meliputi Bekasi, Cikarang, Matraman dan Kebayoran. Nama Meester Cornelis diganti menjadi Jatinegara pada masa pendudukan Jepang sekitar tahun 1942.

Walau begitu, nama Jatinegara yang berarti ‘negara sejati’ itu sudah dipopulerkan oleh Pangeran Ahmad Jayakarta saat dia mendirikan perkampungan Jatinegara Kaum di wilayah Pulo Gadung, Jakarta Timur.

Pada pertengahan abad ke-17, Belanda memberikan izin pembukaan hutan di sebuah kawasan yang jaraknya kira-kira 15-20 kilometer dari Batavia kepada Cornelis Senen (seorang guru agama Kristen). Cornelis Senen adalah seorang keturunan Portugis yang juga fasih berkhotbah dalam bahasa Melayu maupun Portugis. Hutan yang dia buka sekarang menjadi daerah padat penduduk yang dikenal sebagai Jatinegara.

3. Pasar Senen

jakartakita.com

Pasar Senen di bangun pada 30 Agustus 1735 oleh tuan tanah yang juga seorang arsitek bernama Yustinus Vinck. Pasar tersebut di bangun dari lahan milik anggota Dewan Hindia bernama Corrnelis Chasteleindan dan dinamakan Vinck passer, karena berdasarkan nama arsiteknya yaitu Vinck Passer.

Pada awalnya pasar ini hanya dibuka pada hari Senin dan didominasi oleh masyarakat Tionghoa. Karena itulah pasar ini di namakan Pasir Snees yang lalu bernama Pasar Senen, Namun pada tahun 1766 pasar ini di buka selain hari senin.

4. Pasar Tanah Abang

thejakartapost.com

Pasar Tanah Abang juga termasuk pasar yang di bangun pada zaman Belanda, Pasar ini di bangun pada 1735. Yustinus Vinck, yang juga membangun pasar Senen atas izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patramini. Pasar ini juga di kenal sebagai Pasar Sabtu.

Nama Tanah Abang sendiri berasal dari kata De Nabang oleh pemerintah Belanda. Sebab, di tempat tersebut banyak pohon nabang atau pohon palem yang tertanam di sekitar kawasan tersebut. Kemudian masyarakat Batavia mulai merubah panggilan pasar tersebut menjadi Tenabang lalu menjadi Tanah Abang.

Pada tahun 1648, seorang kapitan China bernama Phoa Beng Gam meminta izin VOC untuk membuka lahan di Tanah Abang untuk dijadikan kebun tebu. Perekonomian di kawasan tersebut sempat terhenti sekitar abad 18-19 disebabkan oleh peristiwa kerusuhan yang mengakibatkan banyak kaum Tionghoa di bunuh oleh kaum Belanda.

Lalu, perekonomian kembali bangkit pada abad ke-20 dikarenakan banyak saudagar Arab dan Tionghoa yang mendiami wilayah tersebut dan Pasar Tanah Abang buka setiap hari Sabtu dan Rabu.

Baca Juga: Wajib Mampir, 6 Pasar Ini Jadi Surganya Kuliner di Jabodetabek

Verified Writer

Amanda R Putri

23. Part time content writer and legal

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya