TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Penulis Kenamaan Indonesia yang Lahir di Bulan Februari

Selain Pramoedya, siapa lagi ya?

Berbagai Sumber

Mayoritas orang-orang hanya mengingat Februari dengan perayaan Hari Valentine saja. Padahal tak hanya itu, banyak peristiwa dan kejadian lain tak kalah penting yang terjadi di bulan ini. Mulai dari peringatan hari pers nasional, pelantikan Pangeran Mutsuhito sebagai kaisar Jepang ke 122, ditemukannya Planet Pluto termasuk kelahiran para penulis kenamaan Indonesia yang karyanya melegenda. Siapa saja mereka? 

1. Pramoedya Ananta Toer (6 Februari 1925)

Instagram.com/potolawas

Pengarang novel tahun 1940-an ini lahir di Blora, Jawa Tengah pada 6 Februari 1925. Pramoedya Ananta Toer meninggal di Jakarta, 30 April 2006 pada umur 81 tahun. Lebih dari 50 karyanya sudah diterjemahkan ke 42 bahasa asing. Pramoedya pernah dipenjara dan selama sepuluh tahun hidup dalam pengasingan di Pulau Buru. Selepas dari itu Pram menghasilkan banyak buku yang terbitannya dilarang beredar pada masa itu. Bumi Manusia (1980)merupakan novel pertama dari tetralogi Pulau Buru dan salah satu karya Pram yang begitu digemari hingga kini.

Buku-buku Pram lainnya adalah Anak Semua Bangsa (1980), Jejak Langkah (1985), Rumah Kaca (1988), Nyanyi Sunyi Seorang Bisu I (1995) Nyanyi Sunyi Seorang Bisu II (1996), Arus Balik (1995), Arok Dedes (1999), Larasati (2000), Mangir (2000), Cerita-Cerita dari Digul (2001), Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer (2001). Pram memperoleh 16 penghargaan, antara lain Penghargaan Balai Pustaka (1951), Penghargaan PEN International (1998), Gelar kehormatan Doctor of Humane Letters dari Universitas Michigan tahun (1999) dan penghargaan lainnya.

2. Sutan Takdir Alisjahbana (11 Februari 1908)

Instagram.com/tokohsastra

Penulis novel Tak Putus Dirundung Malang ini lahir di Natal Tapanuli Sumatra Utara pada 11 Februari 1908.  Sutan Takdir Alisjahbana meninggal 31 Juli 1993 dan dimakamkan di bukit sekitar. Ia meraih gelar Doctor Honoris Causa untuk Ilmu Bahasa dari Universitas Indonesia (1979) dan gelar Doctor Honoris Causa untuk Ilmu Sastra dari Universiti Sains Malaysia (1987).

Beberapa karyanya seperti novel Tak Putus Dirundung Malang (1929), Dian yang Tak Kunjung Padam (1932), Layar Terkembang (1937), Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940), Grotta Azzura, Kisah Cinta dan Cita (1970) dan Kalah dan Menang (1978). Ketua Akademi Jakarta pertama ini tercatat juga pernah mendapat anugerah dari Kaisar Jepang The Order of Sacred Treasure, Gold and Scheer untuk novel Kalah dan Menang.

Baca Juga: 7 Penulis Novel Historical Fiction yang Harus Masuk Radarmu 

3. Moammar Emka

Instagram.com/moammaremka

Moammar Emka dikenal sebagai penulis dengan isu-isu kontroversial. Laki-Laki kelahiran Tuban, 13 Februari 1974 ini sukses menggambarkan sisi lain Jakarta sebagai ibu kota lewat bukunya berjudul Jakarta Undercover (Sex in The City) yang tak hanya di cetak ulang hingga 55 kali namun juga difilmkan dengan judul serupa. Kesuksesan Jakarta Undercover (Sex in The City) dalam menembus pasar Asia dan Eropa tentu tak lepas dari investigasi mendalam selama bertahun-tahun yang Emka lakoni.

Emka melakukan pendekatan personal dari nongkrong bareng, curhat, wawancara sampai clubbing. Buku karya Emka yang lain yakni Ade Ape Dengan Mak Erot?, 3 Cinta 2 Selingkuhan, In Bed with Models, Maaf Saya Menghamili Istri Anda, Love is Cinta, Sang Dewi, Cinta Daur Ulang, Cinta itu Kamu, Dear You, I DO, Dear You Again dan judul lainnya.

4. Buya Hamka (17 Februari 1908)

taraamila.wordpress.com

Hamka atau Buya Hamka merupakan nama pena Prof. Dr. Hj. Abdul Malik Karim Amrullah. Sastrawan Indonesia kelahiran Maninjau Kabupaten Agam, Sumatra Barat pada 17 Februari 1908. Buya Hamka meninggal di Jakarta pada 24 Juli 1981 di usia 73 tahun. Selama hidup Hamka juga dikenal sebagai ulama, ahli filsafat, dan aktivis politik.

Pemerintah mengangkatnya sebagai pahlawan nasional Indonesia (Keppres No. 113/TK/Tahun 2011). Selain mengarang roman, beberapa novel Buya Hamka seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Ka’bah, dan Merantau ke Deli sukses menarik perhatian hingga kini. Ia mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar Cairo (1959) serta gelar Profesor dari Universitas Prof. Dr. Moestopo.

Baca Juga: 7 Penulis Novel Historical Fiction yang Harus Masuk Radarmu 

Writer

Imada Lubis

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya