TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

9 Dongeng yang Membenarkan Perilaku Jahat di Dalamnya, Sangat Amoral!

Berani membaca semuanya?

Ilustrasi orang membaca dongeng (unsplash/Annie Spratt)

Sebelum Disney mengemasnya dengan akhir yang bahagia, pada awalnya dongeng-dongeng dan cerita rakyat yang mereka adaptasi sangatlah gelap. Sebagian besar dari dongeng ini penuh dengan kekerasan dan justru dapat memberikan pelajaran yang buruk kepada anak-anak, karena pada awalnya memang tidak dibuat untuk anak-anak.

Selain tidak ramah keluarga, terkadang dongeng-dongeng ini justru membenarkan perilaku amoral — seperti pembunuhan — di dalamnya. Berikut 9 dongeng yang penuh dengan kekerasan dan justru memberikan kita pelajaran moral yang mengerikan.

1. The Shadow

Ilustrasi dongeng The Shadow (visithcandersen.dk)

Pesan: kejahatan akan selalu menang.

The Shadow (Skyggen) adalah kisah buatan penulis Denmark, Hans Christian Andersen. Kisah ini bercerita tentang seorang penulis baik hati yang kehilangan bayangannya. Bertahun-tahun kemudian, bayangannya muncul kembali setelah berkeliling dunia. Singkat cerita, sang bayangan memutuskan untuk menjadi jahat. 

Pada bulan-bulan berikutnya, keduanya hidup bersama. Sang penulis menjadi semakin baik, tetapi sayangnya ia juga menjadi semakin miskin dan sakit-sakitan. Sebaliknya, bayangannya justru menjadi bajingan yang kaya dan gemuk. 

Akhirnya, bayangan itu menawarkan penulis untuk pergi ke resor kesehatan asalkan penulis setuju untuk berganti tempat dan menjadi bayangannya. Ketika sampai di resor, mereka bertemu dengan seorang putri. Bayangan itu pun langsung merayunya, lalu membuat sebuah plot agar ia dapat bertukar posisi secara permanen dengan sang penulis.

Sang bayangan pun menemukan solusi final untuk masalah ini, yakni mengeksekusi penulis. Ketika menyadari rencana bayangannya, penulis mencoba untuk menghentikannya. Namun sayang, ia justru tertangkap sementara sang bayangan menikahi sang putri.

Si penulis menghilang dan kemudian disiratkan bahwa dia telah dieksekusi. Pada akhirnya, si penulis yang baik mati dan sang bayangan yang jahat justru berhasil menikahi putri bangsawan.

2. The Storks

Ilustrasi dongeng The Storks (hans-christian-andersens.blogspot.com)

Pesan: balas dendam juga butuh kesabaran.

Selain membuat kisah di mana bayangan jahat menang atas majikannya yang baik, Hans Christian Andersen juga pernah membuat sebuah kisah tentang pembunuhan bayi. Bangau (Storkene) dimulai dengan sekelompok bayi bangau yang baru belajar terbang sementara anak-anak manusia di sekitarnya mengejek mereka.

Untuk mengatasi hal ini, ibu bangau terus menghibur anak-anaknya sampai mereka dapat terbang dengan benar. Setelah dapat terbang, mereka mengingat kembali tentang anak-anak yang telah mengejek mereka. 

Mereka pun menculik saudara anak-anak tersebut (yang masih bayi) dan memainkan "permainan bangau." Sedangkan untuk anak yang paling keras mengejek mereka, mereka membawakan mayat adiknya ke hadapannya. Namun, ada satu anak baik yang tidak mau mengejek para bangau ketika teman-temannya yang lain melakukannya.

Anak itu bernama Peter dan para bangau itu menghormatinya dengan memberinya adik perempuan dan laki-laki (jangan ditanya darimana mereka mendapatkannya). Sejak saat itu, semua bangau diberi nama Peter untuk menghormati anak tersebut.

Baca Juga: 8 Buku Sejarah Ini Memiliki Dampak yang Signifikan di Masa Depan

3. How Abu Hasan Brake Wind

Ilustrasi dongeng How Abu Hasan Brake Wind (amazon.es)

Pesan: penghinaan akan berlangsung selamanya.

Dalam kisah 1001 malam ini, diceritakan kalau Abu Hasan bersiap untuk menikah dengan istri keduanya. Namun saat malam perayaannya, ia mabuk dan secara tidak sengaja buang angin dengan sangat keras. Merasa malu, ia pun melarikan diri.

Satu dekade kemudian, ia keluar dari persembunyiannya dan kembali ke rumahnya. Namun saat di perjalanan pulang ke arah kampung halamannya, ia mendengar seorang wanita yang berkata kepada putrinya sendiri, "Wahai putriku, engkau lahir di malam ketika Abu Hasan buang angin."

4. The Good Bargain

Ilustrasi dongeng The Good Bargain (commons.wikimedia.org)

Pesan: orang-orang Yahudi pantas dihukum.

The Good Bargain adalah salah satu kisah yang dikumpulkan oleh Grimm bersaudara. Kisah ini dimulai dengan menceritakan seorang petani yang menjual sapinya. Singkat cerita, setelah mendapatkan beberapa kesialan, si petani ini akhirnya mendapatkan keberuntungan setelah berhasil membuat putri raja tertawa.

Petani ini pun diberikan hadiah sebanyak 500 koin, yang akan diberikan raja tiga hari kemudian. Ketika sampai di gerbang, si penjaga istana meminta bagiannya, dan petani menjanjikannya 200 koin. Mendengar transaksi ini, seorang Yahudi langsung mendekatinya dan menawarkan mantelnya. Petani pun memberinya 300 koin.

Tiga hari kemudian, si petani bercerita pada raja bahwa ia tidak mendapat hadiahnya sepeserpun karena telah "dipalak" oleh sang penjaga dan orang Yahudi tersebut. Marah, raja memerintahkan agar penjaga dan orang Yahudi tersebut dipukuli, sedangkan si petani dibiarkan untuk mengambil emas sepuasnya dari gudang harta di istana.

Tidak terima, orang Yahudi ini melaporkan kepada raja kalau petani itu sudah menipunya. Ketika diminta untuk menjelaskan peristiwa yang sebenarnya, petani itu menjawab, "Apa yang dikatakan orang Yahudi selalu bohong. Tidak ada kata yang benar yang keluar dari mulutnya. Bajingan itu bahkan mengklaim kalau aku memakai mantelnya."

Sekali lagi, orang Yahudi ini kembali mendapatkan pukulan alih-alih mendapatkan hadiah dari raja.

5. How Some Children Played at Slaughtering

Ilustrasi dongeng How Some Children Played at Slaughtering (talesofbedlam.com)

Pesan: kalian bisa lolos dari hukuman setelah melakukan pembunuhan.

Kisah dari Grimm bersaudara ini memuat dua versi, di mana kedua kisahnya dimulai ketika beberapa anak menonton babi yang disembelih, lalu memutuskan untuk bermain sebagai tukang daging. Kedua kisah ini kemudian melibatkan adegan di mana seorang anak menggorok leher anak lainnya sebagai bagian dari permainan. 

Satu versi mengisahkan kalau sang ibu yang anaknya telah dibunuh berencana untuk membunuh si anak yang telah membunuh anaknya, tetapi secara tidak sengaja malah membunuh anak yang salah dan kemudian bunuh diri. Sementara versi yang lain mengisahkan kalau si pembunuh cilik ini akhirnya ditangkap, hanya untuk dilepaskan tanpa hukuman.

Terlepas dari perbedaannya, kedua versi cerita ini sempat dilarang di Jerman setelah Perang Dunia II karena takut akan menciptakan sosok Hitler yang baru.

Dalam penelitiannya tentang Nasionalisme Jerman, Louis Snyder berpendapat bahwa kisah-kisah amoral seperti ini sering kali bersifat nasionalistis, otoriter, rasis dan kejam. Penulis Jerman, Gunter Birkenfeld, bahkan mengklaim kalau benih-benih kekejaman yang terjadi di kamp Auschwitz mungkin terinspirasi dari kisah ini.

Sekarang, kebanyakan dari kita mungkin meragukan tentang efek cerita fiksi terhadap kekerasan yang terjadi di dunia nyata. Namun tetap saja, kita tidak boleh meremehkan hal ini karena nyatanya efek tersebut telah terbukti beberapa kali.

6. Molly Whuppie

Ilustrasi dongeng Molly Whuppie (abebooks.com)

Pesan: membalas air susu dengan air tuba.

Molly Whuppie adalah cerita rakyat Skotlandia yang menceritakan seorang anak bernana Molly dan saudarinya yang mencari perlindungan di sebuah rumah setelah ditinggalkan oleh orang tuanya. 

Wanita yang tinggal di rumah itu pun setuju untuk memberi mereka makan, selama mereka makan dan keluar dari rumah sebelum suami raksasanya kembali. Namun, Molly justru berkeliaran dan masih ada di sana ketika raksasa itu kembali ke rumahnya. Mengetahui hal ini, sang istri pun memohon kepada suaminya untuk mengampuni Molly dan saudarinya.

Namun, Molly justru mengambil alih rumah itu, menipu si raksasa untuk membunuh anak-anaknya dan akhirnya membunuh istrinya sendiri. Secara tidak langsung, Molly telah membunuh wanita yang telah menolongnya dan menyelamatkan hidupnya.

7. Janggut Biru

Ilustrasi dongeng Janggut Biru (annebean.com)

Pesan: selalu lakukan apa yang diperintahkan oleh suami kalian.

Bluebeard atau Janggut Biru bercerita tentang seorang gadis yang menikahi seorang pria bangsawan. Setelah menikah, pria ini mengatakan kepadanya bahwa dia bisa pergi ke mana saja di rumahnya, kecuali ke dalam ruangan yang terkunci. Sayangnya, si gadis tidak mendengarkan perkataan suaminya.

Ketika si gadis membuka ruangan tersebut, ia menemukan kerangka dari istri-istri sebelumnya. Mengetahui hal ini, Bluebeard kemudian mencoba untuk menambahkannya ke dalam koleksinya, tetapi gagal karena saudara-saudara di gadis tiba tepat waktu untuk menyelamatkannya.

Apa yang menyeramkan tentang Bluebeard adalah bahwa pesannya identik dengan seorang suami yang kejam dan suka berkata: "Lakukan seperti yang diperintahkan, dan kamu tidak akan terluka."

8. Little Claus dan Big Claus

Ilustrasi dongeng Little Claus dan Big Claus (literature.fandom.com)

Pesan: necrophilia dapat menyelamatkan hidup kalian.

Little Claus dan Big Claus adalah kisah ketiga Hans Christian Andersen yang ada di dalam daftar ini. Selain mengandung kekerasan dan pembunuhan, kisah ini juga mengandung hal lain yang lebih menjijikkan, yakni necrophilia.

Pada satu desa, dikisahkan ada dua petani yang bernama Claus. Untuk membedakannya, mereka dijuluki Little Claus dan Big Claus. Singkat cerita, mereka bertikai karena Little Claus selalu mengklaim kuda yang dipinjam dari Big Claus. Marah karena hal ini, Big Claus pun berencana untuk membunuh Little Claus.

Agar tujuannya berhasil, dia menunggu sampai tengah malam, memanjat melalui jendela dan langsung menghantamkan kapaknya ke tempat tidur Little Claus. Sayangnya, Little Claus ternyata tidak ada di tempat tidur, melainkan neneknya yang sudah mati.

Meskipun pada awalnya ditujukan untuk anak-anak, dongeng Little Claus dan Big Claus mengandung beberapa elemen yang cukup brutal di dalamnya. Tiga orang terbunuh dalam kisah itu, termasuk seorang wanita tua yang dibunuh demi keuntungan semata.

Selain itu, lima hewan terbunuh, satu mayat dinodai (necrophilia) dan ada kemungkinan tersirat bahwa seorang wanita berselingkuh. Akibatnya, banyak orang tua modern yang menganggap kalau cerita Little Claus dan Big Claus tidak cocok untuk anak-anak mereka.

Baca Juga: 7 Dongeng Menyeramkan Ini Wajib Kamu Baca, Bikin Merinding!

Verified Writer

Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya