TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Alasan Mengapa Buku Bumi Manusia Karya Pram Begitu Melegenda

Buku ini ditulis saat Pram dalam penjara...

Berbagai Sumber

Bicara soal buku legendaris Indonesia, pasti pikiran kamu gak akan jauh-jauh dari Pramoedya Ananta Toer. Pasalnya, Pram memang terbukti memiliki kredibilitas yang tidak main-main soal sastra. Karyanya walau sempat dicekal bahkan tidak diakui, tetap enak dibaca sampai sekarang yang notabanenya sudah puluhan tahun.

Mari kita bicara soal salah satu tetralogi Buru yang ditulis Pram saat dia berada dalam tahanan karena dianggap komunis. Dalam keadaan tidak bebas saja, Bumi Manusia bisa hadir begitu mengesankan, tidak heran kalau buku ini akhirnya dipilih menjadi karya yang akan difilmkan.

Berikut IDN Times telah merangkum 7 alasan mengapa buku Bumi Manusia begitu melegenda. Seperti pada review biasanya, hal-hal di bawah ini mengandung spoiler akut, jadi yang belum baca sebaiknya skip saja sedang yang sudah bisa berkomentar di bawah.

1. Perjuangan terhormat yang dilakukan oleh pribumi

Unsplash.com/niu niu

Segala tentang Bumi Manusia adalah segala tentang perjuangan. Mulai dari perjuangan keadilan, kebenaran, cinta sampai hak asasi. Zaman Indonesia masih berada dalam pemerintahan Belanda, pribumi sama sekali tidak ada harganya, seperti bukan manusia, dan sama sekali tidak dipandang. Yang benar saja disalahkan, apalagi yang salah, begitulah pribumi pada zaman itu.

Namun perjuangan Minke yang sangat terhormat berhasil membungkam banyak pihak dengan latar belakang mahsyur malu. Dia mendobrak paradigma bahwa pribumi itu harus selalu menyembah Belanda, harus mau saja diatur apalagi diam saat diambil haknya.

Cucuran keringat, pikiran dan air mata dalam buku ini membuktikan bahwa ada harga yang harus dibayar untuk sebuah pertempuran. Tidak ada hidup yang mudah dan tidak ada perjuangan yang santai. Minke berhasil memperjuangkan, dan prosesnya tentu haruslah semua orang hargai.

2. Kisah cinta yang sakral

Unsplash.com/Filipe Maleida

Tidak menye-menye, apalagi cheesy. Mungkin kamu yang suka sekali dengan segala gombalan anak masa kini akan kecewa dengan sangat saat membaca buku ini karena kamu tidak akan menemukan romansa yang begitu banyak. Karena Bumi Manusia ini adalah buku tentang perjuangan, bukan kisah cinta, jadi wajar saja kalau bumbu Minke dan Annelies hanya sepenggal-sepenggal saja.

Namun, jangan terlalu sedih karena semua terbayar dengan penyampaian kisah cinta yang sakral. Minke punya caranya sendiri dalam mencintai Annelies, pastinya cinta yang dewasa, yang tidak terpikirkan oleh anak seusianya.

3. Stereotip gundik pribumi dan pembenarannya

Unsplash.com/Avic Saha

Zaman dulu, seseorang yang dipanggil nyai itu pasti seorang gundik alias simpanan alias tidak sah. Itulah yang digambarkannya dalam kehidupan Nyai Ontosoroh. Nyai ini hidup dalam stereotip masyarakat seumur hidupnya karena title nyai yang dikantonginya. Hal ini membuatnya bahkan tidak memiliki hak atas anak yang dia kandung dan besarkan sendiri. Jangankan bertetangga, keluar rumah saja jangan sampai.

Namun semua stereotip itu hancur lebur karena Ontosoroh ternyata adalah seorang terpelajar, berani, tegas dan berhati baja. Dia memang seorang nyai, tapi bukan nyai yang bodoh. Dia sangat mengerti buku, ilmu pengetahuan dan hukum. Sehingga dia jadi salah satu peran paling agung dalam Bumi Manusia ini.

4. Pendalaman karakter setiap tokoh yang jelas dan menarik

Unsplash.com/Oscar Keys

Jadi, dalam buku ini kamu bisa langsung mengenal banyak tokoh beserta latar belakangnya. Tidak hanya tokoh utama saja tapi semuanya. Sifatnya, perawakan, cara berpikirnya, keluarganya, bagaimana sikapnya bersosialisasi, peringai dan segala-galanya tentang semua tokoh dijelaskan secara jelas dan tidak berlebihan. Pram tidak membagikan yang tidak perlu dibagikan, semua tepat sasaran.

5. Diksi yang luas, alur yang mendebarkan dan bacaan yang tidak membosankan

goodreads.com

Buku tebal tidak melulu membosankan dan membuat lelah. Setidaknya untuk karya-karya Pram. Karyanya ini akan membuatmu jadi lebih cerdas, lebih berani berkata-kata dan lebih bebas, tentunya semuanya dalam arah yang positif, ya.

Ilmu pengetahuan yang kamu dapatkan juga banyak dari buku ini. Contohnya? Waktu Minke menjelaskan tentang bagaimana sebenarnya kehidupan Belanda dan pribumi. Dia tidak hanya menggambarkan isu sosial saja, bagaimana masyarakatnya, tapi juga hukum di dalamnya. Minke tahu benar, bagaimana nilai seorang pribumi zaman dulu.

Caranya menceritakan tentang hak asuh anak zaman pemerintahan Belanda membuatmu jadi berpengetahuan lebih luas. Ada lagi tentang segala macam benda yang Minke temukan dalam rumah seorang Belanda, mulai dari namanya, latar belakang benda tersebut sekaligus maknanya dijelaskan juga. Kurang cerdas apa coba?

6. Pemaparan beberapa tokoh sampingan yang juga punya peranan penting

goodreads.com

Ada banyak tokoh dalam film ini. Bukan hanya Minke, Annelies dan Nyai Ontosoroh,tapi ada juga tokoh lain yang juga penting seperti Magda Peters, Jean dan May Marais, Darsam, Herman dan Robert Mallema dan masih banyak lagi. Hebatnya, tokoh-tokoh tersebut tidak hanya ‘numpang lewat’ atau diciptakan karena kekurangan cerita, tapi mereka hadir karena memang ada makna dan tujuannya. Semuanya berhubungan satu sama lain, berkesinambungan dan membawa dampak.

Dari segi penokohan ini, jelas sekali bahwa Pram tidak pernah main-main dalam karyanya. Dia sanggup menghubungan begitu banyak orang dengan berbagai macam karakteristik, budaya, ideologi dan latar belakang menjadi satu kesatuan yang menimbulkan pergesekan satu sama lain. Tidak ada tokoh terbuang dalam film ini.

Kami contohkan saja dua tokoh lain diantaranya, Magda Peters, adalah guru H.B.S tempat Minke bersekolah. Dia adalah guru yang sangat diagungkan oleh Minke, berbudi, berpengetahuan luas dan patut dikagumi. Cerita semakin kompleks saat ada indikasi bahwa Magda Peters bukan sebaik yang semua orang kira.

Lalu ada Jean Marais, sahabat Minke, adviser, penolong spiritual Minke, tempat Minke berkeluh kesah. Dari mulut seorang Jean Maraislah, lahir banyak petuah Pram yang sampai sekarang masih diingat orang;

“Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran – apalagi perbuatan.”

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya