behind the scene film Aquaman (dok. DC Studios/Aquaman)
Pesatnya perkembangan teknologi turut memberi kemudahan pada industri perfilman. Meskipun memakan ongkos yang tidak sedikit, setidaknya CGI dapat membuat adegan bawah air dalam skala dan durasi yang panjang terlihat lebih realistis dan efisien.
Sebut saja film Aquaman yang dirilis pada tahun 2018 silam. Hampir 70% set dibangun dalam blue screen dan green screen. Efek riak air dapat dibuat dengan bantuan CGI. Sementara untuk membuat adegan berenang atau mengambang di laut dalam, para pemain akan dipasang dalam alat khusus bernama tuning fork. Mampu bergerak hingga 360 derajat, tuning fork memiliki semacam lubang di mana aktor akan diikat dalam lubang khusus di satu sisi sementara di sisi lain terdapat semacam alat setir yang dikendalikan oleh kru dalam green suit.
Tracking marks juga digunakan untuk mempermudah tim VFX dalam melakukan proses editing menggunakan CG. Untuk membuat gerakan rambut yang mendayu dalam air, para aktor menggunakan tracking marks di kepala dan di beberapa bagian tubuh yang lain seperti bahu, lengan, pinggang, dan kaki.
Selain menerapkan teknik dan trik kamera di atas, para aktor dan kru yang terlibat harus melalui serangkaian persiapan terlebih dahulu. Mulai dari latihan blocking atau posisi pengambilan gambar hingga belajar menahan napas dalam waktu yang tidak sebentar, semuanya dilakukan untuk memuluskan proses pengambilan gambar di bawah air.