TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Kenangan Buku Kegiatan Ramadan Masa Kecil yang Tak Terlupakan

Nostalgia sedikit yuk #RamadanDiRumah tahun ini

tigongdoso.com

Di bulan Ramadan satu hal yang cukup legendaris bagi Millennials dan GenZ adalah buku catatan yang harus diisi dengan rangkuman tausyiah sebelum salat tarawih. Bahkan, sampai saat ini hal itu masih berlangsung di sejumlah masjid di Indonesia.

Bila dikenang, prosesnya waktu itu cukup menggelitik dan rasanya ingin kembali ke masa itu. Padahal, waktu itu inginnya tidak bertemu lagi buku catatan yang merepotkan itu. Kira-kira, apa saja proses mencatat buku tersebut yang masih terkenang hingga sekarang?

1. Selalu semangat di awal ketika penceramah menyampaikan judul

Survincity.com

Yang namanya anak-anak, semangat masih sangat menggebu-gebu dan mudah tertantang oleh sesuatu. Termasuk memulai mencatat rangkuman tausyiah sebelum salat tarawih. Ketika penceramah sudah naik mimbar, kita sudah siap dengan buku catatan terbentang di depan, serta tangan menggenggam alat tulis untuk segera mencatat.

Tantangan pertama ialah ketika penceramah membacakan judul tausyiah, yang harus disimak baik-baik untuk kemudian kita catat. Bila terlewat atau kurang paham, biasanya melirik catatan teman dan suasana jadi sedikit berisik.

Tantangan berikutnya tentu saja isi ceramah, yang prosesnya kemudian tidak menentu. Kadang terus semangat, kadang menyerah di tengah jalan karena tertinggal jauh dari penyampaian penceramah.

Baca Juga: Niat dan Tata Cara Salat Tarawih Sendiri Serta Berjamaah di Rumah

2. Harus fokus walaupun ada saja teman yang mengajak bercanda

pixabay/Pexels

Tertinggal jauh dari tausyiah penceramah ketika mencatat umumnya diakibatkan oleh hilangnya fokus dalam menyimak. Salah satu faktornya adalah teman-teman sebaya yang lebih dulu kehilangan fokus karena tak tahan ingin ngobrol, bermain dan bercanda.

Kita yang tadinya sudah mulai mengalir dalam menulis, mau tidak mau kadang harus terbawa arus teman-teman itu. Apa lagi kalau tidak kuat. Kalau masih kuat, ya terus saja menyimak dan mencatat. Bagaimana denganmu dulu?

3. Solusi: menyalin catatan teman atau senior ketika salat tarawih berjamaah sedang berlangsung

pixabay/Free-Photos

Kalau sudah ketinggalan, solusi terakhir adalah menyalin catatan teman yang berhasil fokus dalam proses pencatatannya. Biasanya, sih mereka memang anak-anak yang pintar, anak rajin, atau senior yang mulai tenang dan malu kalau masih banyak main.

Menyalin catatan ini pun tidak langsung dilakukan seketika penceramah turun mimbar, tapi ketika salat tarawih berjamaah berlangsung. Penyalinan catatan pun dilakukan berjamaah!

4. Tulisan atau spasi gede-gede biar halaman cepat terisi penuh

pixabay/StockSnap

Bagi yang masih ada semangat untuk benar-benar menyalin catatan tersebut, pastinya punyanya akan hampir sama persis dengan yang disalin. Tujuannya biar benar-benar terisi dengan baik, dan kalau bisa dengan tulisan yang rapi.

Namun, ada saja di antara kita yang tetap malas dan menyalin sekenanya saja dan asal penuh, dengan cara membesarkan tulisan atau spasi baris yang besar. Jadinya, catatan terlihat amburadul dan tidak jelas apa isinya. Kamukah itu?

5. Rebutan minta tanda tangan penceramah

Foto hanya ilustrasi. (pixabay/guvo59)

Banyaknya anak-anak yang ikut mencatat rangkuman isi tausyiah berdampak pada padatnya kondisi ketika meminta tanda tangan penceramah. Di sini, penceramah jadi seperti selebriti yang dimintai tanda tangan. Kurang foto selfie aja!

Biasanya, penceramah mengambil sikap agar penandatanganan catatan itu berjalan tertib. Salah satunya dengan menyusun buku dengan rapi, dan bertanya kepada masing-masing apakah ikut salat tarawih berjamaah atau tidak. Yang tidak ikut salat tarawih berjamaah, jadilah yang terakhir.

6. Wajib cap stempel dari masjid yang bisa diakali dengan minta terlebih dahulu ke panitia

pixabay/Brett Hondow

Setelah catatan ditandatangani, tugas terakhir agar catatan itu sah adalah dicap stempel oleh panitia Ramadan di masjid. Ini pun kadang rebutan. Solusinya, banyak yang mengakali dengan meminta cap stempel untuk seluruh halaman walaupun belum terisi rangkuman tausyiah. Tapi ini juga tricky, ada panitia yang mau, ada juga yang tidak mau. Yang mau pun itu biasanya terpaksa karena kasihan.

Baca Juga: 7 Manfaat Sahur sebelum Menjalankan Puasa, agar Lancar sampai Berbuka!

Verified Writer

Afif Permana

Hobi menulis, Menggambar, dan Desain Grafis.Twitter: @afif_permana

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya