Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
tigongdoso.com

Di bulan Ramadan satu hal yang cukup legendaris bagi Millennials dan GenZ adalah buku catatan yang harus diisi dengan rangkuman tausyiah sebelum salat tarawih. Bahkan, sampai saat ini hal itu masih berlangsung di sejumlah masjid di Indonesia.

Bila dikenang, prosesnya waktu itu cukup menggelitik dan rasanya ingin kembali ke masa itu. Padahal, waktu itu inginnya tidak bertemu lagi buku catatan yang merepotkan itu. Kira-kira, apa saja proses mencatat buku tersebut yang masih terkenang hingga sekarang?

1. Selalu semangat di awal ketika penceramah menyampaikan judul

Survincity.com

Yang namanya anak-anak, semangat masih sangat menggebu-gebu dan mudah tertantang oleh sesuatu. Termasuk memulai mencatat rangkuman tausyiah sebelum salat tarawih. Ketika penceramah sudah naik mimbar, kita sudah siap dengan buku catatan terbentang di depan, serta tangan menggenggam alat tulis untuk segera mencatat.

Tantangan pertama ialah ketika penceramah membacakan judul tausyiah, yang harus disimak baik-baik untuk kemudian kita catat. Bila terlewat atau kurang paham, biasanya melirik catatan teman dan suasana jadi sedikit berisik.

Tantangan berikutnya tentu saja isi ceramah, yang prosesnya kemudian tidak menentu. Kadang terus semangat, kadang menyerah di tengah jalan karena tertinggal jauh dari penyampaian penceramah.

2. Harus fokus walaupun ada saja teman yang mengajak bercanda

Editorial Team

Tonton lebih seru di