Gal Gadot Dipilih Jadi Pemeran 'Cleopatra', Tuai Kontroversi
Antara konflik warna kulit dan asal usul negara
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kairo, IDN Times - Bintang film Hollywood Gal Gadot yang terkenal berkat perannya sebagai Wonder Woman, beberapa waktu lalu menjadi pembicaraan luas yang mengundang perdebatan tatkala dirinya mengumumkan akan 'menghidupkan' kembali tokoh wanita legendaris Mesir Cleopatra, dalam sebuah layar lebar.
Film di bawah rumah produksi Paramount tersebut, akan digarap oleh Patty Jenkins -sosok yang menyutradarai Wonder Woman, serta ditulis skenarionya oleh Laeta Kalogridis, yang pernah bekerja untuk film "Avatar" dan "Shutter Island". Dengan terlibatnya para wanita hebat, karya satu ini pun tentu mengundang perhatian yang sangat tinggi dan menjanjikan.
Tetapi sayangnya, bukan antusiasme positif melainkan badai kontroversi yang justru meliputinya sedari awal. Sebagian kecaman mempertanyakan mengapa orang 'berkulit putih', ditunjuk untuk merepresentasikan karakter yang berasal dari tanah Afrika. Sebagian lagi justru keberatan hanya karena Gadot merupakan orang Israel.
1. Pro kontra dari warga Mesir
"Cleopatra adalah cerita yang sudah lama ingin saya ceritakan," tulis Gadot di Instagram. “Dan kami sangat senang mengumumkan ini pada Hari Perempuan Internasional. Kami berharap wanita dan perempuan di seluruh dunia yang bercita-cita untuk bercerita, tidak akan pernah menyerah pada impian mereka dan akan membuat suara mereka didengar oleh dan untuk wanita lain," lanjutnya dalam cuitan di Twitter yang dituliskan pada 11 Oktober lalu.
Ketika unggahan itu dikeluarkan oleh Gadot, namanya langsung menjadi trending saat itu juga. Para fans tentu menyambut dan mengaku tidak sabar melihat imej kuat "Cleopatra" versinya. Tetapi, suara para fans tenggelam dalam protes lain yang lebih rumit dengan mengangkat identitas sebagai pembahasan.
"Orang tolol Hollywood mana yang mengira akan menjadi ide yang baik untuk memilih aktris Israel sebagai Cleopatra (yang tampak sangat hambar) daripada aktris Arab yang memukau seperti Nadine Njeim?" twit wartawan, Sameera Khan. “Dan sungguh memalukan, Gal Gadot. Negara Anda mencuri tanah Arab dan Anda mencuri peran film mereka."
Protes serupa juga banyak datang dari orang Mesir sendiri. Tidak hanya Gadot yang dianggap sebagai 'orang kulit putih', orang-orang juga tidak terima kenyataan bahwa wanita Israel-lah yang ditunjuk untuk memerankan karakter ikonik tersebut.
Mostafa El Fekki, seorang politisi Mesir dan direktur Perpustakaan Alexandria, menyebut casting Gadot sebagai "pencucian otak dan tipuan." Kepada Al Monitor ia berkata, “Israel mencoba menipu publik dengan mengklaim Cleopatra sebagai milik mereka. Pertama, mereka mengklaim bahwa falafel dan hummus adalah milik Israel; mereka tidak. Kemudian muncul tuduhan bahwa Israel membangun Piramida; mereka tidak. Dan sekarang, Cleopatra, selanjutnya apa?”
Arkeolog Mesir Monica Hanna juga mengungkapkan ketidaksetujuannya, dengan mengatakan, "Hollywood seharusnya menunjukkan kepekaan yang lebih besar ketika berhadapan dengan budaya dan peradaban lain."
"Selain politik, pemeran aktris Israel tidak menghormati orang Mesir, yang tidak diajak berkonsultasi tentang naskah atau pembuatan film. Mengatakan bahwa warisan kita adalah warisan global untuk dibagikan semua orang adalah ungkapan kolonialis yang sering digunakan untuk itu,” lanjutnya.
Warga Mesir banyak yang terang-terangan menyindir pengumuman Gadot. Sebagian lebih merasa bahwa aktris Mesir Sawsan Badr seharusnya dipilih untuk peran tersebut karena kemiripannya yang kuat dengan ratu kuno.
"Apakah [Gadot] pantas memainkan peran ini daripada aktris Mesir sendiri? Sejarah kita dicuri di depan mata kita," cuit lainnya.
Baca Juga: 5 Film & TV Series Gal Gadot yang Akan Segera Hadir, Gak Sabar Nih!
Baca Juga: Survei YouGov: Menteri Susi Kalahkan Popularitas Gal Gadot
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.