Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
cuplikan drakor Don't Call Me Ma'am
cuplikan drakor Don't Call Me Ma'am (Instagram.com/tvchosuninsta)

Intinya sih...

  • Na Jeong merasa kehilangan identitas diri setelah melepas masa lajang, iri dan sedih melihat teman yang aktif bekerja.

  • Tekanan memenuhi ekspektasi sebagai ibu dan istri membuat Na Jeong merasa stuck di dua dunia berbeda.

  • Membandingkan pencapaian diri dengan orang lain menyebabkan rasa minder dan cemburu terselubung, menggerogoti kepercayaan dirinya.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Don't Call Me Ma'am dalam ceritanya menampilkan kehidupan tiga perempuan usia 40-an yang diam-diam punya harapan sendiri. Termasuk Joo Na Jeong (Kim Hee Sun), seorang ibu rumah tangga yang suatu ketika merasa ingin kembali bekerja sebagai host.

Perjalanan Na Jeong mengejar impiannya tidak mulus-mulus saja. Meski tahu sulitnya bersaing di dunia kerja setelah jeda karier panjang, ia tidak menyerah sebelum mencoba. Berikut kelelahan emosional Na Jeong yang ternyata turut memengaruhi setiap keputusannya.

1. Merasa kehilangan identitas diri setelah melepas masa lajang

cuplikan drakor Don't Call Me Ma'am (Instagram.com/tvchosuninsta)

Sebelum menikah, Na Jeong pernah berada di puncak karier sebagai host home shopping terkenal. Setelah memutuskan berhenti bekerja demi membangun keluarga, ia mengalami kekosongan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Ia merasa kehilangan dan bingung dengan dirinya sendiri. Setiap melihat teman atau mantan rekan kerjanya yang aktif bekerja, rasa iri dan sedih itu muncul. Namun, Na Jeong terlihat denial soal perasaannya. Hingga kelelahan emosional menumpuk dan membuat ia merasa stuck dengan posisinya sekarang.

Ada konflik batin seperti apakah ia masih punya tempat di dunia kerja, atau mungkin ia hanya cocok sebagai ibu rumah tangga seumur hidupnya. Kelelahan ini muncul dari pergulatan antara sosoknya dulu, perannya sekarang, dan siapa dirinya yang ingin dibangun kembali.

2. Tekanan memenuhi ekspektasi sebagai ibu dan istri

cuplikan drakor Don't Call Me Ma'am (Instagram.com/tvchosuninsta)

Na Jeong ingin kembali bekerja, tapi di sisi lain, ia merasa bersalah meninggalkan tanggung jawab keluarga, termasuk dalam hal menjaga kedua putranya yang masih kecil. Ia takut nantinya dianggap egois ketika kembali meneruskan karier.

Lingkungan sekitar, termasuk suami Na Jeong secara tidak sadar menebarkan ekspektasi bahwa ibu usia 40-an tidak seharusnya bekerja atau mengejar ambisinya di luar lingkup keluarga. Bagi mereka, seorang ibu hanya perlu mengurus pekerjaan rumah.

Sejak Na Jeong dipanggil wawancara kerja, ia mulai kelelahan secara emosional. Lantaran dalam satu waktu ia harus menyeimbangkan peran di rumah dan ranah pekerjaan. Dilema ini membuat Na Jeong terus merasa berada di dua dunia berbeda, di mana banyak tuntutan dan ekspektasi yang membebaninya.

3. Membandingkan pencapaian diri dengan orang lain

cuplikan drakor Don't Call Me Ma'am (Instagram.com/tvchosuninsta)

Sebagai seseorang yang pernah bersinar dalam karier, Na Jeong merasa terancam oleh mereka yang lebih muda dan up to date ketika ia kembali ke dunia kerja. Ia merasa hidup orang-orang terus bergerak maju, sementara dirinya hanya diam di tempat yang sama setelah menikah dan punya anak.

Ia sering membandingkan dirinya dengan host lain yang aktif bekerja dan masih muda. Rasa minder selalu muncul, padahal pengalaman dan keahliannya juga tidak kalah bagus. Pertemanannya dengan Ju Young (Han Hye Jin) dan Il Ri (Jin Seo Yeon) pun kadang menimbulkan cemburu terselubung.

Perbandingan pencapain dirinya dengan orang lain menjadi sumber kelelahan yang menggerogoti kepercayaan dirinya. Bila tidak segera disadari, maka rasa lelah itu bisa menyebabkan rasa rendah diri yang berlanjut hingga membatasi diri. Bahkan bisa menahan impian-impian besar lainnya terwujud.

Bentuk kelelahan emosional di atas adalah gambaran Na Jeong sebagai karakter yang realistis bagi perempuan 40-an. Lantaran di luar sana mungkin banyak yang mencoba menata kembali hidupnya dan meyakinkan diri bahwa masih ada waktu untuk mewujudkan mimpi yang sempat terjeda.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorInaf Mei