3 Realitas Peneliti Kentang di Drakor The Potato Lab, Diremehkan!

Drakor The Potato Lab (2025), mengisahkan tentang perjuangan peneliti kentang di sudut desa. Mereka berusaha menemukan bibit kentang unggul yang akan dijadikan bahan baku produksi cemilan. Meskipun berkantor di desa kecil, tim penelitian ini pantang menyerah dengan pekerjaan mereka, lho.
Gak lama setelah itu, mereka akhirnya diakuisisi sebuah perusahaan besar dengan keuntungan beberapa milyar pertahun, Wonhan Retail. Untuk mempertahankan pekerjaan mereka, para peneliti ini berusaha bekerja keras menunjukkan perkembangan proses penelitian mereka selama ini. Namun, seperti pengusaha lainnya, Wonhan cukup punya ekspektasi tinggi tanpa kegagalan pada proyeknya tersebut.
Sebagai peneliti, pekerja di Potato Lab ini jelas gak bisa mewujudkan ekspektasi tersebut. Lalu, apa saja realitas yang dihadapi peneliti kentang di drakor The Potato Lab?
1. Para peneliti jelas merasakan banyak kegagalan
Seperti peneliti lainnya, mereka juga menguji coba berbagai variabel yang dipraktekkan di bibit kentang tersebut. Namun, prinsip peneliti adalah kegagalan termasuk sebuah perkembangan. Mereka gak menganggap kegagalan sebagai titik henti penelitian.
Bagi mereka, kegagalan bisa jadi pembuktian mengenai salah satu variabel yang mereka gunakan gak bisa diterapkan di bibit tersebut. Bisa jadi mereka mendapatkan kombinasi yang lebih baik untuk didapatkan dalam kegagalan tersebut. Makanya, para peneliti biasanya menerapkan berbagai komponen berbeda di beberapa bibit kentang dalam satu waktu.
Jadi, gak heran jika di tempat penelitian Potato Lab banyak ditemukan ribuan bibit berbeda yang menggunakan kombinasi senyawa yang berbeda pula. Hal ini menandakan jika para peneliti kentang sangat serius dalam melakukan penelitian mereka.