5 Alasan Da Wit Bisa Dongkrak Performa Tim PB di Pro Bono

Kang Da Wit (Jung Kyoung Ho) datang ke tim pro bono (pb) Oh and Partners bukan sebagai pengacara muda biasa, tetapi sebagai mantan hakim antikorupsi yang pernah berada di puncak karier dalam cerita drakor Pro Bono. Kejatuhannya memang tragis, tetapi kapasitasnya sebagai penegak hukum tidak pernah memudar sedikit pun. Ketika ia menerima tawaran untuk memimpin tim pro bono, ia tahu divisi ini berada pada titik paling rendah, persentase kemenangan hanya 20 persen, kondisi ruangan yang buruk, serta anggota tim yang berantakan secara ritme kerja maupun pengalaman. Namun, di saat banyak orang meragukan masa depan divisi ini, Kang Da Wit justru melihat peluang.
Sebagai sosok yang selalu berpikir strategis dan tidak mudah menyerah, Kang Da Wit memiliki keyakinan penuh bahwa ia bisa menaikkan performa tim pro bono hingga mencapai target ambisius, 70 persen kemenangan dalam satu tahun. Target itu bukan sekadar angka, itu adalah tiket untuk memulihkan kariernya, memenuhi ambisi menjadi hakim agung, sekaligus membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa ia masih bisa bangkit. Keyakinan itu bukan muncul dari harapan kosong, tetapi dari lima alasan kuat yang membentuk strategi dan tekadnya. Berikut lima alasan Kang Da Wit yakin bisa mengubah nasib tim pro bono (pb) di drama Korea Pro Bono.
1. Pengalaman sebagai hakim membuatnya paham celah hukum dengan sangat detail

Kang Da Wit bukan pengacara biasa. Selama menjadi hakim, ia telah menelaah ribuan dokumen, memimpin sidang-sidang berat, dan menghadapi berbagai kuasa hukum dari level pemula hingga kelas kakap. Pengalaman itulah yang membuatnya sangat memahami cara kerja pengadilan dari posisi paling strategis.
Ia tahu bagaimana hakim berpikir, bagaimana bukti harus dirangkai agar meyakinkan, serta bagaimana argumen hukum harus disusun agar tidak mudah dipatahkan. Pendalaman karakteristik sistem hukum ini membuatnya percaya diri bahwa ia bisa meningkatkan kualitas legal reasoning tim, bahkan ketika sumber daya mereka terbatas. Dengan pendekatan yang lebih terstruktur, ia yakin kemenangan bukan lagi sesuatu yang mustahil.
2. Strategi analisanya jauh melampaui pengacara muda biasa

Meski timnya diisi orang-orang penuh idealisme seperti Park Gi Ppeum (So Ju Yeon) dengan kecerdasan instingtifnya, Yoo Nan Hui (Seo Hye Won) dengan idealismenya yang berapi-api, Jang Yeong Sil (Yoon Na Moo) yang paling senior, hingga Hwang Jun U (Kang Hyoung Suk) yang gigih meski kurang pengalaman, mereka belum terbiasa membaca kasus dengan perspektif makro. Kang Da Wit hadir membawa pola analisis kelas hakim, bukan sekadar pembela.
Ia bisa melihat pola besar dalam sebuah kasus, memprediksi strategi lawan, dan menentukan mana bukti yang benar-benar krusial. Dengan kemampuan memecah masalah menjadi langkah-langkah kecil yang dapat dieksekusi, ia membawa peningkatan signifikan dalam cara tim mempersiapkan argumen. Bagi Kang Da Wit, kemenangan bukan soal keberuntungan, tapi soal membaca peta konflik hukum lebih cepat daripada pihak lain.
3. Kepribadiannya yang kompetitif membuatnya sulit menerima kekalahan

Kang Da Wit dikenal ambisius sejak muda. Ia pernah menjadi hakim termuda yang naik daun lewat jalur SMA, membuktikan bahwa dirinya bisa menembus dunia hukum tanpa latar belakang sarjana seperti rekan-rekannya. Kepribadian kompetitif ini melekat kuat bahkan setelah ia jatuh dari posisinya.
Baginya, target 70 persen bukan hanya syarat yang diberikan Oh Jung In (Lee Yoo Young), tetapi tantangan terhadap harga dirinya. Sikapnya yang tidak mau kalah membuat ia mendorong tim bekerja dalam ritme yang lebih cepat, lebih fokus, dan lebih efisien. Hasrat menang itulah yang menjadi bensin tak terbatas dalam perjalanan panjang memperbaiki reputasi tim pro bono.
4. Kemampuannya membaca karakter membuat koordinasi tim lebih efektif

Sebagai mantan hakim, Kang Da Wit sudah terbiasa menilai gestur, nada bicara, dan pola pikir orang lain. Kemampuan ini sangat berguna ketika ia harus memimpin tim dengan karakter yang sangat berbeda.
Ia bisa menempatkan Park Gi Ppeum pada kasus yang membutuhkan naluri investigatif, memanfaatkan keberanian Yoo Nan Hui untuk isu-isu hak perempuan, memberi ruang belajar bagi Hwang Jun U, dan menjadikan Jang Yeong Sil sebagai jangkar stabilitas tim. Pemahaman psikologis itu membuat ia mampu menyusun formasi yang tepat untuk setiap kasus, sehingga mereka bekerja lebih sinkron dan minim benturan internal.
5. Ia memimpin dengan keseimbangan antara idealisme dan realisme

Poin lain yang membuat Kang Da Wit ‘berbahaya’ adalah kemampuannya menyeimbangkan dua hal yang biasanya bertolak belakang, idealisme tim pro bono dan realitas dingin dunia hukum.
Ia memahami bahwa keadilan tidak selalu bisa diperjuangkan dengan semangat saja, tetapi membutuhkan strategi, kompromi, dan kemampuan membaca situasi politik di balik setiap kasus. Sikap realistis itu membuat para anggota tim lebih disiplin, sementara idealismenya memastikan mereka tidak kehilangan tujuan utama. Kombinasi dua hal ini menjadi fondasi kuat yang membuatnya yakin tim pro bono dapat bangkit dan mencapai prestasi yang selama ini dianggap mustahil.
Kang Da Wit bukan hanya pemimpin, tetapi juga kekuatan penggerak yang memberi arah baru bagi tim pro bono dalam drama Pro Bono. Dengan pengalaman, strategi, ambisi, dan pemahaman mendalam terhadap karakter manusia, ia membentuk tim kecil itu menjadi kelompok yang lebih tajam dan berani. Pada akhirnya, perjalanan mereka bukan hanya tentang memenangkan kasus, tetapi juga tentang membuktikan bahwa keadilan bisa diperjuangkan meski berasal dari ruang bawah tanah yang gelap dan berjamur dalam dunia Pro Bono.


















