5 Hal Bikin Lee Il Ri Frustrasi di Don’t Call Me Ma’am

- Menopause dini membuat emosi tidak stabil dan harga diri terganggu
- Tekanan kerja yang tak kenal ampun membuatnya sering tidur larut dan lewat makan
- Konflik personal dengan rekan kerja memperburuk kondisi emosionalnya
Di balik sosoknya yang tegas, mandiri, dan terlihat selalu tegar, Lee Il Ri (Jin Seo Yeon) ternyata menyimpan banyak pergulatan batin yang jarang disadari orang lain dalam drakor Don’t Call Me Ma’am. Perempuan yang bekerja keras di dunia kreatif itu harus berulang kali berhadapan dengan tekanan hidup yang datang bukan hanya dari lingkungan kerja, tetapi juga dari tubuh dan kehidupannya sendiri yang terus berubah. Tidak heran jika ia kerap terlihat mudah meledak, sensitif, atau tampak membawa beban berat yang tidak pernah ia ceritakan.
Perjalanan Lee Il Ri di Don’t Call Me Ma’am menjadi potret perempuan dewasa yang harus menanggung ekspektasi, biologi, dan persoalan emosional yang rumit. Semua ini membuat dilema yang ia hadapi terasa sangat manusiawi dan relatable. Berikut lima hal yang bikin Lee Il Ri frustrasi, lengkap dengan penjelasannya.
1. Menghadapi menopause dini yang datang lebih cepat dari usia sepantarannya

Menopause dini menjadi pukulan besar bagi Lee Il Ri, karena kondisinya datang terlalu cepat dan tidak memberi waktu untuk mempersiapkan diri secara mental maupun fisik. Perubahan hormon membuat emosinya tidak stabil, tubuh cepat lelah, dan pikirannya sering melayang ke hal-hal negatif yang bahkan tidak pernah ia pikirkan sebelumnya.
Lebih dari itu, menopause dini juga menyentuh sisi sensitif tentang harga diri sebagai perempuan dewasa yang masih ingin memiliki pilihan untuk membangun keluarga. Beban psikologis inilah yang perlahan membuatnya merasa “berkurang”, meski ia berusaha keras menutupinya agar tidak terlihat rapuh di depan siapa pun.
2. Tekanan pekerjaan yang tidak pernah memberi ruang bernafas

Sebagai perempuan yang kompetitif di industri penuh tekanan, Lee Il Ri dituntut untuk selalu sempurna dan tidak boleh melakukan kesalahan. Setiap proyek harus sukses, setiap ide harus tepat, dan setiap langkah pekerjaannya diawasi banyak orang. Tekanan inilah yang membuatnya sering tidur larut, melewatkan makan, atau menunda waktu istirahat sampai tubuhnya benar-benar lelah.
Bahkan ketika ia sedang mengalami kondisi emosional yang tidak stabil akibat menopause dini, ia tetap dipaksa tampil profesional. Ketegangan antara tuntutan kerja dan kondisi pribadi inilah yang membuat frustrasinya semakin menumpuk.
3. Konflik dengan Jo Na Jeong gara-gara Song Ye Na yang memanas

Hubungan Lee Il Ri dengan Jo Na Jeong (Kim Hee Seon) sebenarnya bisa berjalan baik, namun kehadiran Song Ye Na (Go Won Hee) menjadi pemantik konflik yang tidak terduga. Kesalahpahaman kecil berkembang menjadi pertengkaran besar ketika Song Ye Na mempengaruhi situasi hingga Lee Il Ri dan Jo Na Jeong saling salah paham.
Lee Il Ri merasa lelah karena konflik ini muncul di saat ia sedang rapuh, tetapi ia tidak bisa menunjukkan kelemahannya di depan rekan kerja. Ia ingin dianggap sebagai mentor yang kuat, tetapi situasinya membuat ia justru tampak sebagai sosok yang mudah tersulut emosi. Kombinasi antara tekanan kerja dan konflik personal seperti ini membuat frustrasinya semakin sulit dikendalikan.
4. Kesulitan menyimpan sel telur karena risiko tinggi dan jumlah folikel minim

Ketika Lee Il Ri berusaha mempertahankan masa depannya dan masih ingin memberi kesempatan bagi dirinya untuk punya anak suatu hari nanti, ia dihadapkan pada kenyataan pahit, yakni proses penyimpanan sel telur sangat sulit untuknya. Folikelnya sedikit, tubuhnya tidak merespons dengan baik, dan kemungkinan keberhasilan prosedur itu sangat rendah.
Setiap kali mendapatkan kabar buruk dari dokter, Lee Il Ri merasa seakan dunia menjatuhkan satu beban baru lagi ke pundaknya. Ia ingin tetap optimistis, tetapi tubuhnya justru memberi batasan yang tidak bisa ia lawan. Ini menjadi salah satu faktor frustrasi terbesar sekaligus luka batin yang sulit ia ceritakan pada siapa pun.
5. Tidak ada pasangan yang benar-benar memahami kebutuhan batin dan emosinya

Lee Il Ri pernah mencoba menjalin hubungan, tetapi hubungan itu justru berakhir toksik dan penuh manipulasi. Ketika ia membutuhkan dukungan emosional, mantan kekasihnya justru memanfaatkan dan menurunkan harga dirinya.
Saat ia berharap ada seseorang yang mau memahami pergulatannya sebagai perempuan karier, pasangan itu malah menjadikan kelemahannya sebagai alat untuk menekan atau mengontrol. Kini, ketika ia berdiri sendirian lagi, Lee Il Ri sering merasa kosong karena tidak ada yang benar-benar memahami kebutuhan batinnya. Kesepian inilah yang diam-diam membuat frustrasinya semakin dalam, meski ia terlihat kuat di luar.
Perjalanan Lee Il Ri dalam Don’t Call Me Ma’am menunjukkan betapa beratnya perjuangan seorang perempuan dewasa yang dihadapkan pada tuntutan karier, perubahan tubuh, dan relasi yang rumit. Semua beban itu tidak pernah terlihat di permukaan, tetapi perlahan menggerus ketenangannya dari dalam.



















