Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
still cut drama Korea Taxi Driver 3
still cut drama Korea Taxi Driver 3 (dok. SBS/Taxi Driver 3)

Intinya sih...

  • Kang Ju Ri melihat peserta didik sebagai media balas dendam pribadi, bukan individu yang perlu dilindungi atau dibimbing.

  • Ia mereduksi peserta didik menjadi komoditas hiburan bagi klien tertentu, menghapus batas antara pelatihan dan eksploitasi.

  • Mimpi yang didekatkan sengaja untuk dihancurkan, kepolosan dianggap kelemahan yang layak dieksploitasi, penderitaan mereka adalah validasi luka masa lalunya.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Taxi Driver 3 kembali menyoroti sisi tergelap dunia hiburan melalui karakter Kang Ju Ri (Jang Na Ra), sosok yang tampil tenang di permukaan, tetapi menyimpan pola pikir yang dingin dan manipulatif terhadap para peserta didiknya. Di balik citra sebagai pembimbing dan figur otoritas, Kang Ju Ri justru memandang anak-anak yang ia latih bukan sebagai manusia dengan mimpi, melainkan sebagai alat untuk memenuhi hasrat balas dendam dan kepuasan batinnya sendiri.

Cara pandangnya ini membuat kasus yang melibatkan para calon idol terasa jauh lebih kejam, karena kekerasan tidak selalu hadir dalam bentuk fisik, melainkan melalui perampasan harapan secara sistematis. Berikut lima perspektif Kang Ju Ri atas peserta didiknya di Taxi Driver 3 yang memperlihatkan betapa rusaknya relasi kuasa yang ia bangun.

1. Peserta didik hanyalah media balas dendam pribadi

still cut drama Korea Taxi Driver 3 (dok. SBS/Taxi Driver 3)

Bagi Kang Ju Ri, peserta didik bukan individu yang perlu dilindungi atau dibimbing. Mereka hanyalah medium untuk menyalurkan dendam pribadinya terhadap industri hiburan yang pernah melukainya. Setiap latihan, evaluasi, dan janji debut bukan ditujukan untuk masa depan anak-anak ini, melainkan sebagai bagian dari skema besar pelampiasan emosinya.

Dalam Taxi Driver 3, perspektif ini membuat Ju Ri sama sekali tidak memiliki empati ketika peserta didiknya menderita. Ia justru merasa puas ketika melihat mereka terjebak semakin dalam, karena baginya, penderitaan orang lain adalah harga yang pantas untuk membayar luka masa lalunya.

2. Mereka bukan idola, melainkan 'penghibur' klien

still cut drama Korea Taxi Driver 3 (instagram.com/sbsdrama.official)

Salah satu perspektif paling mengerikan Kang Ju Ri adalah caranya mereduksi peserta didik menjadi komoditas hiburan bagi klien tertentu. Mereka tidak pernah benar-benar dipersiapkan sebagai idol dengan karier jangka panjang. Sejak awal, mereka sudah ditempatkan sebagai “penghibur” yang nilai jualnya ditentukan oleh kepolosan dan ketundukan.

Taxi Driver 3 dengan gamblang memperlihatkan bagaimana bahasa yang digunakan Kang Ju Ri sengaja dibuat ambigu, seolah profesional, padahal sarat objektifikasi. Perspektif ini menghapus batas antara pelatihan dan eksploitasi, membuat peserta didik tidak sadar bahwa mereka sedang dipersiapkan untuk peran yang sama sekali tidak mereka impikan.

3. Mimpi yang didekatkan sengaja untuk dihancurkan

still cut drama Korea Taxi Driver 3 (instagram.com/leejehoon_official)

Kang Ju Ri memahami betul bahwa mimpi adalah alat kontrol paling efektif. Ia mendekatkan para peserta didik pada bayangan debut, popularitas, dan pengakuan publik, bukan untuk diwujudkan, melainkan untuk dihancurkan di saat paling menentukan. Bagi Kang Ju Ri, kehancuran mimpi adalah bentuk hukuman yang paling menyakitkan.

Perspektif ini membuat setiap janji yang ia ucapkan terasa manipulatif. Taxi Driver 3 menunjukkan bahwa Kang Ju Ri menikmati proses membangun harapan palsu, karena semakin tinggi mimpi yang ditanamkan, semakin besar kepuasan batin yang ia rasakan ketika semuanya runtuh.

4. Kepolosan dianggap kelemahan yang layak dieksploitasi

still cut drama Korea Taxi Driver 3 (dok. SBS/Taxi Driver 3)

Alih-alih melihat kepolosan sebagai sesuatu yang harus dijaga, Kang Ju Ri justru memaknainya sebagai celah. Peserta didik yang masih polos dianggap mudah diarahkan, ditakut-takuti, dan dikendalikan. Perspektif ini membuat Kang Ju Ri tidak ragu menggunakan tekanan psikologis, ancaman, dan manipulasi emosional.

Dalam Taxi Driver 3, kepolosan para peserta didik menjadi alasan utama mengapa kejahatan bisa berlangsung lama tanpa perlawanan. Kang Ju Ri memanfaatkan ketidaktahuan mereka tentang dunia dewasa untuk menormalisasi situasi yang sebenarnya tidak manusiawi.

5. Penderitaan mereka adalah validasi luka masa lalunya

still cut drama Korea Taxi Driver 3 (dok. SBS/Taxi Driver 3)

Perspektif terakhir dan paling berbahaya adalah keyakinan Kang Ju Ri bahwa penderitaan peserta didiknya merupakan pembenaran atas luka yang pernah ia alami. Ia merasa apa yang ia lakukan adil, karena dunia pernah bersikap kejam padanya. Dengan kata lain, rasa sakit orang lain menjadi alat validasi bahwa dirinya bukan satu-satunya korban.

Taxi Driver 3 memperlihatkan bagaimana pola pikir ini membuat Kang Ju Ri tidak pernah merasa bersalah. Setiap air mata peserta didik justru menguatkan narasi internalnya bahwa dunia memang pantas dihancurkan balik, meski harus mengorbankan generasi yang sama sekali tidak bersalah.

Kelima perspektif Kang Ju Ri ini menjadikan Taxi Driver 3 lebih dari sekadar drama balas dendam. Ia menjadi cermin tentang bagaimana trauma yang tidak disembuhkan dapat melahirkan pelaku baru, bahkan lebih kejam dari sistem yang pernah menyakitinya. Dalam lingkaran ini, peserta didik hanyalah korban yang terjepit di antara mimpi dan ambisi gelap orang dewasa yang seharusnya melindungi mereka.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorInaf Mei