Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
still cut drakor Typhoon Family
still cut drakor Typhoon Family (dok. tvN/Typhoon Family)

Kang Tae Poong (Lee Junho) di drakor Typhoon Family mulai bekerja di Typhoon Trading setelah ayahnya meninggal dunia. Ia benar-benar belajar dari nol karena memang tidak pernah bekerja. Sebelumnya ia hanya bersenang-senang dengan selingan merawat bunga mawar cangkok di sebuah nurseri.

Kang Tae Poong memang belum memiliki pengetahuan atau pengalaman dalam berdagang. Namun ia tampaknya memiliki mata yang jeli. Sebab, ia bisa mendeteksi kejanggalan di area Daebang Textile, rekan bisnis Typhoon Trading, saat mengirim pesanan kain mereka. Enam faktor berikut ini menyebabkan kecurigaannya tumbuh.

1. Area kerja di dalam kantor tidak memiliki noda waktu

still cut drakor Typhoon Family (dok. tvN/Typhoon Family)

Kang Tae Poong mengingat ucapan sang ibu tentang noda waktu. Tempat yang digunakan untuk waktu yang lama oleh seseorang atau perusahaan tidak mungkin serapi Daebang Textile yang dilihatnya. Tidak ada berkas menumpuk di sana. Fakta bahwa kantornya tidak pernah pindah sudah menjadi sinyal yang patut dicurigai.

2. Suasananya terlalu sunyi untuk ukuran pabrik besar

still cut drakor Typhoon Family (dok. tvN/Typhoon Family)

Kang Tae Poong sudah merasa janggal saat baru sampai di Daebang Textile. Ia tidak melihat kesibukan di pabrik tersebut. Suasana di kantornya pun sangat sunyi. Mengingat bahwa ini bukanlah pabrik kecil, apalagi mereka memesan kain dalam jumlah besar ke Typhoon Trading, suasananya cukup janggal.

3. Mesin faksimile rusak ternyata dari pihak Daebang Textile

still cut drakor Typhoon Family (dok. tvN/Typhoon Family)

Oh Mi Seon (Kim Min Ha), akuntan Typhoon Trading awalnya berkata bahwa ia tidak bisa mengirim laporan detail terkait transaksi dengan Daebang Textile. Ia mengira bahwa mesin faksimile di kantor Typhoon Trading yang rusak.

Namun, Kang Tae Poong menduga bahwa kerusakan tidak terjadi di pihak mereka, melainkan Daebang Textile. Sebab, kantor di pabrik Daebang Textile terlihat bersih tanpa ada tanda pengiriman faksimile yang pernah dilakukan di sana. Tong sampah yang kosong memperkuat dugaannya.

4. Kantor tampak sengaja tidak mau menerima telepon

still cut drakor Typhoon Family (dok. tvN/Typhoon Family)

Kang Tae Poong menemukan kesamaan antara kondisinya dan Daebang Textile. Mereka sama-sama mencabut kabel saluran komunikasi. Artinya, kondisi Daebang Textile bisa jadi sama seperti dirinya yang sering dihubungi oleh pihak yang merasa dirugikan. Tindakan tersebut mencerminkan bahwa Daebang Textile sedang di ambang kehancuran.

5. Suhu di dalam ruangan dingin hingga karyawan memakai mantel

still cut drakor Typhoon Family (dok. tvN/Typhoon Family)

Indikasi lain yang meningkatkan kecurigaan Kang Tae Poong adalah pakaian pegawai di kantor Daebang Textile. Meskipun saat itu memang musim dingin, tapi mengenakan jaket tebal saat bekerja tampak aneh baginya. Hal itu menunjukkan kalau pemanas ruangan dimatikan yang menjadi salah satu tanda bahwa Daebang Textile sedang kesulitan finansial.

6. Kondisi Daebang Textile sangat berbeda dengan Typhoon Trading

still cut drakor Typhoon Family (dok. tvN/Typhoon Family)

Daebang Textile dan Typhoon Trading bukanlah perusahaan yang baru berdiri. Daebang Textile telah dibangun lebih dulu dan sudah memasuki usia ke-30 tahun, sementara Typhoon Trading beroperasi sejak 26 tahun yang lalu. Terlepas dari usia perusahaan, Daebang Textile terlihat lebih mengkhawatirkan dibanding Typhoon Trading setelah krisis moneter melanda.

Dugaan Kang Tae Poong terkait Daebang Textile di Typhoon Family ternyata memang benar. Pabrik itu ternyata bangkrut dan sudah gagal membayar para pegawainya. Aksi tersebut menjadi gebrakan yang tidak terduga dari Kang Tae Poong yang selama ini diremehkan karena masa lalunya oleh para pegawai Typhoon Trading.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team