Mengapa Typhoon Trading Mengalami Kebangkrutan di Typhoon Family?

Drakor Typhoon Family menceritakan proses jatuh bangun Kang Tae Poong (Lee Junho) dalam mempertahankan Typhoon Trading. Perusahaan itu telah beroperasi selama 26 tahun dari jerih payah ayahnya, Kang Jin Young (Sung Dong Il), bersama para karyawan di dalamnya. Bisa dikatakan kalau nilai perusahaan itu setara dengan 26 tahun hidup mendiang ayahnya bagi Kang Tae Poong.
Typhoon Trading dulu sangat berjaya dalam persaingan industri impor yang begitu ketat. Kesejahteraan karyawan perusahaan ini begitu terjamin karena Kang Jin Young juga sering memberi bonus jika laba yang diperoleh besar dalam suatu transaksi. Namun, ketika sang pemimpin menghembuskan napas terakhir di tengah krisis IMF, kondisi perusahaan ikut goyah hingga bangkrut. Mengapa Typhoon Trading bisa sampai di titik terendah tersebut?
1. Hanya memikirkan keuntungan saat mengambil kesepakatan berisiko tinggi

Typhoon Trading mendapat pesanan kain dari Italia untuk Daebang Textile. Tidak tanggung-tanggung, nilainya mencapai 100 juta won. Kesepakatan itu terlalu berisiko bagi Kang Jin Young. Namun, seluruh karyawannya kecuali Oh Mi Seon (Kim Min Ha) mendorong Kang Jin Young itu untuk mengambil pesanan tersebut.
Sejak pesanan masuk, para karyawan sudah memproyeksikan keuntungan yang besar. Harapannya adalah agar perusahaan bisa berkembang dengan peningkatan kapasitas mereka dalam berbisnis. Namun, mereka tidak begitu memerhatikan risiko yang ada karena rekan bisnis di Italia meminta uang di muka.
2. Gagal bayar dari klien lain terdahulu

Kang Jin Young akhirnya mengikuti pendapat mayoritas pegawainya. Ia berniat membayar uang muka kepada rekan bisnis di Italia dengan uang dari klien terdahulu yakni Giseong Chemical. Perusahaan itu memberi surat sanggup bayar dari transaksi mereka sebelumnya.
Namun, bank menolak surat sanggup bayar igu. Alhasil, pemilik Typhoon Trading itu harus menalangi uang muka menggunakan dana pribadinya. Semua sumber dayanya habis demi memesan kain untuk Daebang Textile. Bukan cuma Kang Jin Young, finansial Typhoon Trading secara keseluruhan juga sedang sulit sampai tidak bisa membayar gaji karyawan.
3. Krisis IMF yang bikin seluruh negeri kesulitan

Kejadian tidak terduga lain yang bikin Typhoon Trading merosot adalah krisis IMF. Seluruh negeri terkena dampak krisis tersebut, tidak hanya Typhoon Trading. Daebang Textile pun hampir berhasil menipu mereka untuk tetap melanjutkan transaksi padahal sudah bangkrut. Mencari klien lain yang mau membeli seluruh kain mereka menjadi tantangan besar bagi Typhoon Trading.
4. Tidak teliti dalam mengecek kontrak sewa gudang

Batalnya kesepakatan dengan Daebang Textile menambah masalah lain untuk Typhoon Trading. Mereka tak punya gudang untuk menyimpan kain yang jumlahnya tidak sedikit. Akhirnya menyewa gudang milik Pyo Bak Ho (Kim Sang Ho) karena hanya mereka yang menyewakan secara kredit.
Namun, benar bahwa kebaikan secara tiba-tiba dalam dunia bisnis bukanlah kebaikan yang sesungguhnya. Mereka masuk ke dalam jebakan. Namun, kesalahan juga tidak bisa dilimpahkan sepenuhnya kepada Pyo Bak Ho. Pihak Typhoon Trading juga bersalah karena tak membaca isi kontrak dengan teliti.
5. Keputusasaan bikin proses pengambilan keputusan tergesa-gesa

Karyawan Typhoon Trading mau tidak mau harus bekerja tanpa mendapat gaji. Mereka hanya menaruh harapan pada kesepakatan dengan Daebang Textile untuk menerima hak sebagai karyawan. Transaksi yang terbengkalai membuat mereka putus asa.
Saat hal baik menghampiri, karyawan Typhoon Trading menganggap kalau keberuntungan masih berada di pihak mereka. Keputusan pun dibuat dengan tergesa-gesa tanpa menyadari klausul kontrak yang akan menghancurkan Typhoon Trading karena berpikir kesempatan tidak akan datang dua kali. Dalam kondisi itulah mereka dimanfaatkan oleh Pyo Bak Ho hingga kain yang akan dikembalikan ke Italia pun dilenyapkan.
6. Karyawan kehilangan harapan akan kebangkitan perusahaan

Typhoon Trading tidak lagi memiliki barang yang bisa diperdagangkan. Harapan para karyawan untuk bisa mendapatkan upah mereka akhirnya lenyap. Typhoon Trading tampak tidak memiliki harapan untuk bangkit lagi. Akhirnya para karyawan undur diri untuk mencari nafkah di tempat lain karena itu adalah prioritas mereka. Tanpa karyawan yang tersisa, tentu aktivitas bisnis tidak dapat dilanjutkan yang pada akhirnya menghantarkan Typhoon Trading menuju kehancuran.
Nasib Typhoon Trading di Typhoon Family benar-benar memprihatinkan setelah krisis IMF. Namun, Kang Tae Poong menolak untuk mengajukan formulir penutupan usaha. Ia masih bertekad untuk mempertahankan perusahaan ayahnya dan mengajak Oh Mi Seon untuk kembali ke sana.