Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
still cuts drama Pro Bono
still cuts drama Pro Bono (dok. tvN/Pro Bono)

Intinya sih...

  • Kasus Kaya di Pro Bono membuka dilema etika dalam hukum dan moralitas

  • Perlindungan korban kekerasan terancam oleh prosedur hukum yang kaku dan tidak adil

  • Sistem hukum seringkali menghukum korban daripada melindungi, menimbulkan pertanyaan tentang keadilan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kasus Kaya (Jung Heo Rin) di Pro Bono (2025) tidak hanya menyisakan pertanyaan hukum, tetapi juga membuka ruang perenungan etika yang jauh lebih rumit. Di balik persidangan yang panjang dan putusan yang sah secara hukum, ada keputusan-keputusan manusia yang terasa pahit ketika dilihat dari sudut pandang korban.

Melalui kisah Kaya, drama ini menempatkan penonton di area abu-abu, di mana tidak semua yang legal terasa adil, dan tidak semua yang manusiawi bisa dilindungi sistem. Berikut beberapa dilema etika yang muncul dari kasus Kaya.

1. Ketika yang sah secara hukum terasa tidak adil secara moral

still cuts drama Pro Bono (dok. tvN/Pro Bono)

Pembatalan pernikahan Kaya dinyatakan sah secara hukum karena Kaya dianggap berbohong atas masa lalunya, sebelum ia menikah. Namun secara moral, keputusan ini justru menghapus perlindungan terhadap korban kekerasan, menimbulkan pertanyaan apakah kepatuhan prosedur selalu sejalan dengan rasa keadilan.

2. Trauma korban diperlakukan sebagai bukti, bukan luka

still cuts drama Pro Bono (dok. tvN/Pro Bono)

Pengalaman Kaya sebagai korban pelecehan seksual anak dibuka di persidangan dan diperlakukan sebagai fakta hukum yang dinilai objektif. Dilema muncul ketika sistem menuntut transparansi, tetapi mengabaikan bahwa trauma bukan sesuatu yang bisa diceritakan dengan utuh dan rapi.

3. Diam demi melindungi orang lain dianggap sebagai kebohongan

still cuts drama Pro Bono (dok. tvN/Pro Bono)

Kaya menyembunyikan luka-lukanya karena tidak ingin suaminya dihukum dan ingin keluar dari pernikahan dengan tenang. Namun pilihan ini justru dibaca sebagai niat menipu, dimana kesaksiannya dianggap tidka konsisten dan mulai diragukan, memperlihatkan benturan antara empati manusia dan logika hukum yang kaku.

4. Korban harus membuktikan bahwa dirinya layak dilindungi

still cuts drama Pro Bono (dok. tvN/Pro Bono)

Alih-alih langsung mendapatkan perlindungan, Kaya justru diminta menjelaskan masa lalu yang menjadi traumanya selama ini. Hal ini dilakukan untuk membenarkan keputusannya dan mempertanggungjawabkan setiap detail hidupnya. Dilema ini muncul ketika beban pembuktian sepenuhnya diletakkan di pundak korban yang harusnya mendapat perlindungan.

5. Reputasi sosial pelaku lebih dipercaya daripada suara korban

still cuts drama Pro Bono (dok. tvN/Pro Bono)

Keluarga suami Kaya dikenal baik di mata lingkungan, sementara kesaksian Kaya kerap diragukan karena cara berpakaian dan tingkah lakunya yang dianggap kurang sopan. Secara etis, ini memunculkan pertanyaan besar tentang kenapa citra sosial sering kali lebih dipercaya daripada pengalaman kekerasan yang dialami korban.

6. Putusan hukum justru menghukum korban

still cuts drama Pro Bono (dok. tvN/Pro Bono)

Hasil akhir persidangan membuat Kaya terancam kehilangan status tinggal dan masa depanny. Sementara itu, pelaku kekerasan malah mendapatkan keringanan hukuman. Dilema etika muncul ketika sistem yang seharusnya melindungi justru memperparah penderitaan korban.

7. Negara sebagai pelindung berubah menjadi pihak yang mendorong korban pergi

still cuts drama Pro Bono (dok. tvN/Pro Bono)

Alih-alih menjadi tempat aman, negara berpotensi mendeportasi Kaya ke negara asalnya yang tidak menjamin keselamatan. Ini memunculkan dilema etika besar tentang sejauh mana tanggung jawab negara dalam melindungi individu yang mencari perlindungan.

Lewat kasus Kaya, Pro Bono memperlihatkan bahwa dilema etika sering muncul justru ketika hukum dijalankan dengan benar. Cerita ini mengajak penonton untuk mempertanyakan ulang, jika sistem telah bekerja sesuai aturan, tetapi korban tetap terluka, apakah keadilan benar-benar telah tercapai?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team