7 Isu Sosial yang Ditampilkan di Drakor The Price of Confession

Drama Korea The Price of Confession mengangkat kasus pembunuhan sebagai masalah utamanya. An Yun Su (Jeon Do Yeon), karakter utamanya diceritakan mempunyai keluarga kecil yang bahagia lalu tragedi datang saat ia menemukan suaminya dalam kondisi tak bernyawa.
Jika diulik lebih dalam lagi, masalah yang diangkat di drama ini ternyata mencakup konteks sosial yang lebih luas. Mulai dari pembunuhan, virus yang mewabah menjadi pandemi, hingga plagiarisme, berikut adalah beberapa isu sosial yang ditampilkan di drakor The Price of Confession.
1. Pembunuhan

An Yun Su diceritakan menemukan suaminya, Lee Ki Dae (Lee Ha Yul), dalam keadaan sekarat. Tak lama setelah suaminya dipastikan meninggal dunia, ia ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan. Ia gak bisa membuktikan bahwa alibi yang ia miliki benar adanya. Selain pembunuhan yang terjadi pada suami An Yun Su, di drama ini ada pula pembunuhan terhadap pasangan suami istri berprofesi dokter. Mereka dibunuh oleh Mo Eun (Kim Go Eun) atas dasar dendam.
Dengan motif misterius, Mo Eun menawarkan bantuan kepada An Yun Su. Ia akan mengaku sebagai pembunuh suami An Yun Su, tetapi saat An Yun Su keluar dari penjara, An Yun Su harus membunuh seseorang yang belum sempat ia bunuh.
2. Pandemi

Mo Eun pernah bekerja sebagai relawan di Thailand beberapa tahun yang lalu. Ia menjadi tenaga medis yang selalu siaga mengobati warga di tempat tersebut. Selama di sana, ia menjadi saksi menyebarnya wabah COVID-19. Banyak pasien yang berguguran, termasuk teman dekatnya. Ia sendiri sempat terjangkit, tetapi ia masih bisa bertahan.
3. Bunuh diri

Di drama ini, Mo Eun mempunyai keluarga, yaitu adik bernama Kang So Mang (Hong Hwa Yeon) dan ayah bernama Kang Ji Seok (Kim Jae Man). Kang So Mang sering menghubungi Mo Eun, tetapi Mo Eun kerap mengabaikan karena terlalu sibuk mengurus pasien. Hingga akhirnya saat ia terjangkit COVID-19, ia mendapat kabar bahwa adik dan ayahnya tewas akibat bunuh diri. Ia bersikeras pulang ke Korea, tetapi tidak diperbolehkan karena pandemi yang masih berlangsung.
4. Pelecehan

Bukan tanpa alasan, Kang So Mang melakukan bunuh diri karena merasa sangat putus asa. Perempuan yang masih remaja itu pernah dilecehkan oleh beberapa laki-laki seusianya. Nahasnya, perilaku bejat tersebut divideokan dan videonya disebarluaskan. Ia berpikir hidupnya sudah hancur karena aibnya tersebar. Ia lalu bunuh diri dan tak lama setelah itu, ayahnya menyusulnya.
5. Pemalsuan identitas

Mo Eun sebenarnya menggunakan identitas orang lain selama ini. Nama aslinya adalah Kang So Hae. Mo Eun merupakan orang yang pernah ia selamatkan saat ia menjadi relawan dan ia ajak untuk bergabung dengannya. Mo Eun terjangkit COVID-19 tak lama setelah merawat Kang So Hae. Merasa dirinya gak akan bisa bertahan, Mo Eun menyuruh Kang So Hae untuk membunuhnya dan memanfaatkan identitasnya untuk balas dendam. Kang So Hae lalu membakar Mo Eun yang sudah dalam keadaan sekarat di dalam mobil dan mulai sejak itu ia melenyapkan paspornya sendiri agar bisa menggunakan milik Mo Eun.
6. Penyekapan dan penculikan

An Yun Su ternyata gak membunuh Ko Se Hun (Nam Da Reum) seperti yang diperintahkan Mo Eun. Ia hanya menyekap Ko Se Hun di basemen rumah karena tak sampai hati menghabisi nyawa remaja tersebut. Sementara itu, kasus penculikan sempat dialami oleh anaknya, Lee Sop (Lee Chae Yoo). Penculikan tersebut dilakukan oleh kakek Ko Se Hun, yaitu Ko Dong Uk (Lee Gyu Hoe) yang gak terima atas kematian Ko Se Hun.
7. Plagiarisme

Meskipun gak dibahas secara mendetail, drama ini juga mengangkat isu plagiarisme. Lee Ki Dae merupakan seniman yang sering diminta untuk menilai sebuah karya yang ada di pameran. Di salah satu episode, ia datang ke pameran Jin Young In (Choi Young Joon) yang beberapa waktu kemudian menjadi pengacara Mo Eun.
Salah satu lukisan di pameran itu disebut oleh Lee Ki Dae sebagai hasil plagiat. Lee Ki Dae berani mengatakan begitu karena ia mengetahui cerita di balik tulisan tersebut. Jin Young In lantas mendapat pandangan negatif dari orang-orang penting yang datang ke pamerannya karena isu plagiarisme itu.
Beberapa isu sosial di atas bisa dilihat lebih lengkap di drakor The Price of Confession. Isu-isu tersebut mungkin relatable karena bisa benar-benar terjadi di dunia nyata.


















