7 Kebiasaan Unik Myungsoondang di Would You Marry Me

Di dunia korporasi yang keras dan penuh persaingan, budaya perusahaan sering kali jadi aspek yang terabaikan. Namun dalam drama Would You Marry Me, Myungsoondang hadir sebagai contoh perusahaan dengan tradisi hangat, humanis, dan penuh sentuhan personal. Bukan sekadar tempat bekerja, Myungsoondang terlihat seperti rumah kedua bagi karyawannya. Kehadiran Go Pil Nyeon (Jung Ae Ri) sebagai pimpinan yang dekat, tegas, tapi lembut, membuat tradisi perusahaan ini layak banget jadi sorotan.
Melalui berbagai kebiasaan yang ia bangun, Myungsoondang menunjukkan bahwa perusahaan bisa sukses tanpa kehilangan sisi kemanusiaannya. Tradisi makan bersama, kunjungan sosial, hingga menyentuh sisi emosional karyawan, semuanya punya tujuan: membentuk bonding yang kuat dan rasa memiliki terhadap perusahaan. Penasaran, bagaimana budaya kerja unik dan ideal Myungsoondang yang ditampilkan dalam Would You Marry Me?
1. Setahun sekali, tiap divisi mendapat giliran makan di rumah Go Pil Nyeon. Tradisi ini bikin hubungan atasan-bawahan jadi lebih dekat dan natural

2. Tidak cuma karyawan internal, ia juga mengundang mitra perusahaan. Makan siang sederhana ini jadi momen membangun jaringan dan kepercayaan

3. Di momen pribadi itu, ia mendengar keluhan, ide, dan kebutuhan tim. Ini bikin staf merasa didengar, bukan sekadar roda organisasi

4. Setiap tahun, Myungsoondang rutin datang ke panti asuhan. Kegiatan sosial ini mengingatkan karyawan bahwa bisnis juga harus bermanfaat

5. Bukan cuma datang membawa sumbangan, mereka masak langsung. Ada nilai ketulusan dan kerja bersama dalam setiap hidangan yang dibuat

6. Go Pil Nyeon ikut menguleni dan melipat pangsit bersama tim. Kebersamaan sederhana ini memperkuat rasa kompak serta rendah hati

7. Perayaan ulang tahun perusahaan selalu diadakan. Momen ini jadi ajang mengenang perjalanan, berterima kasih, dan saling menyemangati

Kebiasaan-kebiasaan Myungsoondang dalam Would You Marry Me menggambarkan bahwa perusahaan yang sehat bukan hanya soal angka dan target, tetapi juga tentang rasa hormat, kebersamaan, dan saling peduli. Melalui budaya yang hangat dan penuh perhatian, drama ini memberi gambaran ideal bagaimana seorang pemimpin bisa membangun ikatan emosional dengan karyawannya tanpa kehilangan profesionalisme. Pada akhirnya, Would You Marry Me mengingatkan kita bahwa tempat kerja terbaik bukan hanya yang memberi gaji dan bonus, tetapi juga ruang untuk tumbuh sebagai manusia, merasa dihargai, dan merayakan kebersamaan dengan tulus.



















