Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
poster KDrama Spring of Youth (dok.SBS/Spring of Youth)

Drama Korea Spring of Youth sempat mencuri perhatian publik saat diumumkan pertama kali. Mengusung konsep segar yang memadukan romansa remaja dengan dunia musik, drama ini dibintangi oleh aktor-aktor muda seperti Ha Yoo Joon, Park Ji Hu, dan Lee Seung Hyub. Harapannya, drama ini bisa menjadi hiburan ringan sekaligus penuh warna untuk penonton muda. Namun, setelah tiga episode tayang sejak 6 Mei 2025, ekspektasi tersebut justru mulai dipertanyakan oleh banyak penonton.

Episode pertama masih mencatat rating 1,4 persen, namun angka itu langsung anjlok jadi 0,7 persen di episode kedua dan ketiga. Fenomena penurunan rating ini membuat Spring of Youth jadi bahan diskusi hangat di media sosial. Banyak yang bertanya-tanya, “Apa sih yang salah dari drama ini?” Jika kamu juga penasaran mengapa drama yang terlihat menjanjikan ini gagal mencuri hati penonton, yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!

1. Cerita yang terlalu ringan dan minim konflik

cuplikan KDrama Spring of Youth (instagram.com/sbsdrama.official)

Konsep drama remaja memang identik dengan cerita ringan, namun Spring of Youth tampaknya terlalu bermain aman. Alur cerita yang ditawarkan tidak punya kejutan berarti dan terkesan datar. Konflik utama yang berkaitan dengan masa lalu karakter Sa Gye (Ha Yoo Joon) sebenarnya punya potensi besar untuk dikembangkan, tapi tidak diolah dengan cukup mendalam. Akibatnya, drama ini terasa seperti kumpulan adegan indah tanpa tujuan yang jelas. Penonton pun kesulitan merasakan keterikatan emosional dengan karakter maupun cerita yang sedang berlangsung.

Selain itu, ritme cerita yang lambat membuat banyak penonton kehilangan minat sejak awal. Tidak ada titik klimaks yang cukup kuat untuk membuat penonton penasaran dengan episode berikutnya. Drama ini seolah hanya mengandalkan estetika visual dan soundtrack yang menyenangkan telinga. Sementara aspek naratif yang kuat justru diabaikan. Hal ini membuat Spring of Youth sulit bersaing dengan drama lain yang menawarkan konflik lebih kompleks dan karakter yang berkembang.

2. Akting pemain yang belum sepenuhnya matang

Ha Yoo Joon dan Park Ji Hu di KDrama Spring of Youth (dok.SBS/Spring of Youth)

Ha Yoo Joon memang tampil cukup natural sebagai Sa Gye, namun sebagai pemeran utama, ia belum memiliki aura kuat yang bisa menghidupkan keseluruhan drama. Sebagai aktor pendatang baru, ekspresi dan emosi yang ditampilkan masih terasa terbatas di beberapa adegan penting. Di sisi lain, Park Ji Hu dan Lee Seung Hyub juga belum mampu menciptakan chemistry yang kuat, padahal hubungan antar karakter sangat penting dalam drama remaja seperti ini. Akting yang setengah matang ini membuat hubungan antar tokoh terasa kurang hidup dan kurang menggugah.

Banyak penonton merasa bahwa para aktor muda ini sebenarnya punya potensi besar. Namun, minimnya bimbingan dan pengarahan akting yang kuat mungkin jadi penyebab performa mereka kurang maksimal. Dalam industri drama Korea yang sangat kompetitif, kekuatan aktor utama sering kali menjadi kunci daya tarik utama, lho. Ketika wajah-wajah baru belum mampu menyampaikan emosi secara maksimal, penonton pun cenderung beralih ke drama lain yang diperkuat oleh bintang papan atas.

3. Pacing tidak konsisten bikin penonton bingung

cuplikan KDrama Spring of Youth (dok.SBS/Spring of Youth)

Salah satu masalah yang paling sering dikeluhkan penonton adalah pacing atau ritme cerita yang tidak konsisten. Di satu sisi, ada adegan yang terlalu cepat dilompati, sehingga terasa terburu-buru. Di sisi lain, beberapa momen justru terlalu lama ditampilkan tanpa urgensi yang jelas. Inkonsistensi ini membuat penonton merasa jenuh dan kesulitan memahami arah cerita. Drama yang seharusnya menyenangkan untuk diikuti justru menjadi membingungkan karena transisi adegan yang tidak mulus.

Ketiadaan keseimbangan dalam membangun emosi penonton membuat banyak momen yang seharusnya mengharukan terasa hambar. Konflik yang ada tidak berkembang dengan baik dan penyelesaiannya terlalu instan. Penonton pun merasa kurang puas dan kehilangan ketertarikan untuk mengikuti episode berikutnya. Tanpa pacing yang rapi, drama dengan tema semenarik apa pun akan sulit untuk bertahan dalam persaingan rating.

4. Slot tayang tidak ramah untuk target penonton

Park Ji Hu dan Lee Seung Hyub di KDrama Spring of Youth (instagram.com/sbsdrama.official)

Drama ini tayang setiap Rabu malam pukul 22:40 waktu Korea, yang merupakan jam cukup larut untuk penonton remaja sebagai target utamanya. Waktu tayang ini membuat penonton muda kesulitan menyaksikan episode secara langsung. Akibatnya, buzz yang dihasilkan pun minim karena tidak banyak yang langsung membahas episode terbaru setelah tayang. Padahal, drama remaja biasanya sangat bergantung pada percakapan online untuk membangun popularitas.

Di sisi lain, Spring of Youth juga harus bersaing dengan drama-drama lain yang lebih kuat secara cerita dan pemain. Ketika jadwal tidak mendukung dan persaingan makin ketat, drama ringan seperti Spring of Youth pun kesulitan untuk mendapat tempat di hati pemirsa. Penempatan slot waktu yang kurang strategis jelas menjadi tantangan besar yang ikut andil dalam turunnya rating drama ini.

5. Ekspektasi tinggi tidak dibayar tuntas

poster KDrama Spring of Youth (dok.SBS/Spring of Youth)

Saat pertama kali diumumkan, banyak yang berharap Spring of Youth akan jadi kombinasi segar antara Dream High dan Reply 1988. Konsepnya yang mengangkat kisah persahabatan, musik, dan cinta masa muda membuat banyak penonton berharap menemukan nostalgia dan semangat positif dari drama ini. Namun sayangnya, ekspektasi itu belum terwujud dalam tiga episode awal. Cerita yang seharusnya membangkitkan semangat malah terasa biasa saja tanpa emosi yang membekas.

Kekecewaan muncul karena promosi awal terlalu menjanjikan, namun hasilnya belum mampu mengimbangi ekspektasi. Jika tidak segera melakukan perbaikan dari segi cerita dan pengembangan karakter, drama ini akan terus mengalami penurunan minat dari penonton. Penonton sekarang sangat selektif dan cepat dalam menilai sebuah drama. Jika dalam tiga episode awal belum ada hook yang kuat, besar kemungkinan mereka akan berpindah ke tontonan lain yang lebih menjanjikan.

Spring of Youth sebenarnya punya modal kuat dari segi konsep dan suasana yang ditawarkan. Namun sayangnya, drama ini belum mampu menyatukan semua elemen tersebut menjadi tontonan yang solid. Meski begitu, masih ada harapan jika tim produksi segera memperbaiki kelemahannya sebelum terlambat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team