cuplikan drakor Head Over Heels (x.com/CJnDrama)
Karakter utama pernah sengaja menunggu lebih lama di gerbang sekolah. Ia tak punya alasan penting, selain ingin melihat orang yang disukainya berjalan pulang. Deg-degan, penuh rasa takut ketahuan, tapi juga dipenuhi harap meski hanya untuk sapaan singkat.
Penonton ikut merasakan harap-harap cemas itu. Kita teringat masa saat hanya melihat punggung seseorang yang kita suka pun sudah cukup untuk membuat hari jadi lebih indah. Tidak ada hadiah atau kata cinta yang dalam, hanya diam dan senyum kecil yang disembunyikan.
Namun justru kesederhanaan itulah yang membuatnya berharga. Sekali lagi, Head Over Heels berhasil mengingatkan kita bahwa cinta pertama sering kali dimulai dari keberanian kecil ini. Dan meski sekarang semua hanya tinggal kenangan, rasanya tetap manis untuk diingat, bukan?
Head Over Heels bukanlah soal cinta dewasa yang penuh konflik, tetapi juga menyelipkan reminder perkara masa putih abu-abu yang polos dan tulus. Adegan-adegan sederhana itu membuat kita kembali merasakan debaran pertama, canggungnya mengakui rasa suka, dan hangatnya mimpi remaja. Dan mungkin, itulah alasan kita tak pernah bosan menontonnya.