5 Pola Asuh yang Membentuk Karakter Gwang Jin di Taxi Driver 3

- Mengajarkan bahwa bertahan hidup lebih penting daripada kejujuran
- Menormalisasi kebohongan sebagai strategi
- Menanamkan ketidakpercayaan pada siapa pun di luar keluarga
Cheon Gwang Jin (Eum Moon Suk) tidak tumbuh dari ruang hampa. Karakter dingin, manipulatif, dan tanpa empati yang ia perlihatkan di Taxi Driver 3 adalah hasil dari proses panjang yang berakar pada masa kecilnya. Di balik sosok antagonis yang tampak begitu percaya diri dan kejam, ada jejak pola asuh sang nenek yang perlahan membentuk cara pandangnya terhadap dunia, manusia, dan moralitas.
Nenek bukan sekadar figur pengasuh bagi Cheon Gwang Jin, melainkan pusat nilai yang ia serap sejak dini. Namun alih-alih menjadi fondasi empati, pola asuh tersebut justru menanamkan logika bertahan hidup yang ekstrem. Ada lima pola asuh sang nenek yang secara nyata berdampak besar pada pembentukan karakter Cheon Gwang Jin dan menjelaskan mengapa ia tumbuh menjadi sosok berbahaya seperti yang ditampilkan dalam Taxi Driver 3
1. Mengajarkan bahwa bertahan hidup lebih penting daripada kejujuran

Sejak kecil, Cheon Gwang Jin dibesarkan dengan prinsip bahwa hidup adalah soal bertahan, bukan soal benar atau salah. Sang nenek menanamkan gagasan bahwa kejujuran hanya relevan bagi mereka yang berada di posisi aman. Bagi orang yang hidup di pinggiran, cara apa pun sah selama bisa menyelamatkan diri.
Nilai ini melekat kuat dalam diri Cheon Gwang Jin hingga dewasa. Ia tumbuh dengan keyakinan bahwa manipulasi adalah alat, bukan kejahatan. Inilah sebabnya ia mampu merancang kebohongan kompleks tanpa rasa bersalah, karena sejak awal ia diajarkan bahwa moral adalah kemewahan, bukan kewajiban.
2. Menormalisasi kebohongan sebagai strategi

Dalam pola asuh sang nenek, kebohongan bukanlah sesuatu yang harus dihindari. Sebaliknya, ia diposisikan sebagai kecerdikan. Cheon Gwang Jin kecil belajar bahwa berbohong dengan rapi adalah tanda kecerdasan, bukan kelemahan karakter.
Dampaknya terlihat jelas di Taxi Driver 3. Cheon Gwang Jin tidak sekadar berbohong, ia membangun narasi palsu yang solid, lengkap dengan alibi dan kambing hitam. Ia mampu memainkan peran korban maupun pelindung dengan sama meyakinkannya, karena sejak kecil kebohongan sudah menjadi bahasa sehari-hari dalam bertahan hidup.
3. Menanamkan ketidakpercayaan pada siapa pun di luar keluarga

Sang nenek membesarkan Cheon Gwang Jin dengan satu prinsip utama, jangan pernah sepenuhnya percaya pada orang lain. Dunia, menurutnya, adalah tempat berbahaya yang dipenuhi orang-orang yang siap memanfaatkan kelemahanmu.
Pola asuh ini membuat Cheon Gwang Jin tumbuh sebagai sosok yang tertutup dan penuh kecurigaan. Ia sulit membangun hubungan setara dan lebih memilih mengendalikan orang lain daripada bekerja sama. Bahkan ketika ia memimpin jaringan besar, ia tetap menyimpan semua rahasia di tangannya sendiri. Ketidakpercayaan ini menjadikannya licik, tetapi juga rapuh, karena ia selalu hidup dalam ketakutan akan pengkhianatan.
4. Mengabaikan empati demi logika keuntungan

Dalam didikan sang nenek, empati tidak pernah diajarkan sebagai nilai utama. Poin yang penting adalah hasil. Jika suatu tindakan menguntungkan, maka perasaan orang lain menjadi hal yang bisa diabaikan.
Akibatnya, Cheon Gwang Jin tumbuh tanpa kemampuan untuk benar-benar memahami penderitaan orang lain. Ia melihat manusia sebagai variabel dalam perhitungan untung rugi. Inilah yang membuatnya mampu merencanakan pembunuhan, menyingkirkan saksi, bahkan mencelakai orang tak bersalah tanpa konflik batin yang berarti. Absennya empati inilah yang membuatnya tampak begitu dingin dan berbahaya.
5. Membentuk rasa aman semu melalui kontrol absolut

Sang nenek memberi Cheon Gwang Jin rasa aman dengan cara yang keliru, yakni dengan kontrol. Ia diajarkan bahwa satu-satunya cara untuk tidak terluka adalah dengan mengendalikan situasi dan orang-orang di sekitarnya.
Pola ini berkembang menjadi obsesi terhadap kendali. Cheon Gwang Jin tidak tahan pada ketidakpastian. Setiap ancaman terhadap kontrolnya memicu reaksi ekstrem, termasuk kekerasan. Kepanikannya saat rahasia masa lalu mulai terkuak menunjukkan betapa rapuh rasa aman yang ia bangun. Kontrol absolut yang ia pegang sejak kecil justru menjadi sumber kehancurannya.
Kelima pola asuh sang nenek ini tidak menjadikan Cheon Gwang Jin sebagai korban semata, tetapi membantu penonton memahami akar kegelapan yang tumbuh dalam dirinya. Taxi Driver 3 dengan cerdas memperlihatkan bahwa kejahatan tidak selalu lahir dari satu keputusan besar, melainkan dari nilai-nilai kecil yang diajarkan berulang kali sejak masa kanak-kanak. Melalui karakter Cheon Gwang Jin, Taxi Driver 3 menegaskan bahwa pola asuh yang salah arah bisa menjadi benih tragedi yang dampaknya meluas jauh melampaui satu generasi.


















