Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi diskusi (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Dalam interaksi sehari-hari, kesepakatan menjadi salah satu cara untuk menciptakan kejelasan dalam komunikasi, baik di lingkungan kerja, keluarga, maupun pertemanan. Namun, tidak semua kesepakatan bersifat transparan atau konkret.

Ada individu yang cenderung memberikan kesepakatan yang tidak jelas, sehingga membuat pihak lain bingung tentang tanggung jawab, batasan, atau harapan yang sebenarnya. Kebiasaan ini sering kali menimbulkan frustrasi bagi pihak lain karena menghambat efektivitas kerja sama atau pencapaian tujuan bersama.

Meski terdengar seperti hal sepele, memberikan kesepakatan yang tidak jelas sering kali memiliki alasan yang mendasarinya, baik itu berasal dari faktor pribadi maupun situasional. Berikut adalah lima alasan utama mengapa seseorang suka memberikan kesepakatan yang tidak jelas.

1. Kurangnya pemahaman terhadap topik yang dibahas

ilustrasi diskusi (pexels.com/Anna Shvets)

Alasan lain yang sering terjadi adalah kurangnya pemahaman seseorang terhadap topik yang sedang dibahas. Ketika seseorang tidak memiliki informasi yang cukup atau merasa kurang percaya diri untuk memberikan pendapat, mereka cenderung memberikan kesepakatan yang tidak jelas untuk menutupi ketidaktahuan mereka.

Misalnya, dalam lingkungan kerja, seorang karyawan mungkin menyetujui jadwal proyek tanpa benar-benar memahami apa saja tanggung jawab mereka. Hal ini dilakukan untuk menghindari rasa malu atau anggapan bahwa mereka kurang kompeten.

Namun, pada akhirnya, kurangnya kejelasan dalam kesepakatan ini bisa menyebabkan masalah dalam pelaksanaan tugas.

2. Kurangnya keterampilan komunikasi yang baik

ilustrasi diskusi (pexels.com/Thirdman)

Komunikasi yang efektif membutuhkan kejelasan dalam menyampaikan maksud dan tujuan. Seseorang yang memiliki keterampilan komunikasi yang kurang baik mungkin secara tidak sengaja memberikan kesepakatan yang tidak jelas karena mereka kesulitan merumuskan pemikiran mereka menjadi pernyataan yang tegas dan dapat dipahami.

Misalnya, dalam percakapan kelompok, seseorang mungkin berkata, "Saya setuju dengan sebagian besar ide ini," tanpa menjelaskan bagian mana yang mereka setujui atau tidak setujui.

Ketidakjelasan seperti ini bisa menjadi penghalang dalam pengambilan keputusan yang efektif, karena pihak lain tidak mendapatkan informasi yang cukup untuk melanjutkan diskusi.

3. Kebiasaan menghindari konsekuensi jangka panjang

ilustrasi diskusi (pexels.com/Sora Shimazaki)

Beberapa orang cenderung fokus pada kenyamanan atau situasi saat ini tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang dari tindakan mereka. Dalam hal ini, memberikan kesepakatan yang tidak jelas menjadi cara untuk menghindari tekanan saat ini, meskipun mereka tahu bahwa ini bisa menimbulkan masalah di kemudian hari.

Sebagai contoh, seseorang yang diminta memberikan pendapat dalam rapat keluarga tentang rencana liburan mungkin berkata, "Terserah saja," meskipun mereka sebenarnya memiliki preferensi tertentu.

Sikap ini terlihat sederhana, tetapi di kemudian hari mereka bisa merasa tidak puas dengan keputusan yang diambil tanpa masukan mereka, yang akhirnya menimbulkan konflik baru.

4. Ingin menghindari tanggung jawab

ilustrasi diskusi (pexels.com/Tirachard Kumtanom)

Kesepakatan yang tidak jelas juga sering kali menjadi cara seseorang untuk menghindari tanggung jawab yang lebih besar. Dengan memberikan jawaban yang ambigu, mereka merasa memiliki ruang untuk berkilah jika hal yang disepakati tidak berjalan dengan baik. Ini adalah bentuk perlindungan diri agar mereka tidak sepenuhnya disalahkan dalam situasi tertentu.

Sebagai contoh, seseorang yang diminta untuk memimpin sebuah proyek mungkin hanya memberikan jawaban samar seperti "akan saya coba," tanpa memberikan komitmen yang pasti. Hal ini memungkinkan mereka untuk menghindari tekanan dari tanggung jawab yang besar, meskipun di sisi lain hal ini dapat menurunkan kepercayaan orang lain terhadap mereka.

5. Takut akan konflik yang timbul

ilustrasi diskusi (pexels.com/Christina Morillo)

Seseorang mungkin memberikan kesepakatan yang tidak jelas karena mereka takut akan potensi konflik yang bisa muncul jika mereka memberikan pernyataan yang terlalu tegas. Dalam upaya untuk menghindari konfrontasi, mereka memilih jawaban yang ambigu agar tidak menyakiti perasaan pihak lain atau memancing perdebatan.

Sebagai contoh, dalam sebuah diskusi tim, seseorang yang merasa kurang percaya diri mungkin akan menyetujui sebuah ide tanpa benar-benar memahami atau mendukungnya. Mereka lebih memilih menghindari situasi sulit daripada harus memberikan tanggapan yang jelas. Sayangnya, sikap seperti ini sering kali menciptakan kebingungan di kemudian hari, karena pihak lain tidak tahu apa yang sebenarnya diharapkan atau disepakati.

Memberikan kesepakatan yang tidak jelas mungkin terlihat sebagai solusi cepat dalam situasi tertentu, tetapi kebiasaan ini sering kali menciptakan masalah yang lebih besar di kemudian hari. Kejujuran dan keterbukaan dalam setiap kesepakatan tidak hanya membantu membangun kepercayaan, tetapi juga memastikan bahwa semua pihak memiliki pemahaman yang sama terhadap tujuan bersama.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team