Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi perempuan merenung
Ilustrasi perempuan merenung (freepik.com/freepik)

Memasuki usia 30-an, banyak profesional mulai mempertimbangkan untuk reskill atau belajar keterampilan baru demi tetap relevan di dunia kerja. Alasannya beragam, mulai dari kejenuhan terhadap karier lama sampai dorongan untuk naik level. Tapi, di tengah semangat berubah, banyak yang justru salah langkah dan akhirnya menyesal karena gak punya arah yang jelas.

Padahal, reskill di usia 30 bukan sekadar belajar hal baru, tapi juga soal strategi dan pemahaman diri. Kalau dilakukan asal-asalan, hasilnya bisa bikin stres dan kehilangan arah karier. Nah, simak lima kesalahan fatal yang sering dilakukan saat reskill di usia 30-an berikut ini agar kamu bisa menghindarinya!

1. Belajar tanpa tujuan yang jelas

ilustrasi perempuan berpikir (pexels.com/Mikhail Nilov)

Banyak orang terburu-buru ikut kursus atau pelatihan tanpa tahu arah akhirnya. Mereka hanya ikut tren, padahal belum tentu bidang itu sesuai dengan minat atau potensi diri. Akibatnya, waktu dan uang terbuang sia-sia karena hasil belajarnya gak berujung pada peningkatan karier.

Sebelum mulai reskill, penting untuk tahu dulu tujuan yang ingin dicapai. Apakah kamu ingin pindah bidang, naik jabatan, atau memperdalam skill yang sudah ada? Menetapkan arah sejak awal bikin proses belajar jadi lebih fokus dan efisien.

2. Mengabaikan pengalaman kerja sebelumnya

ilustrasi menganalisis data(freepik.com/freepik)

Kesalahan umum lainnya adalah menganggap pengalaman sebelumnya gak lagi berguna. Padahal, pengalaman masa lalu bisa jadi fondasi kuat untuk transisi karier yang lebih mulus. Mengabaikannya justru bikin kamu kehilangan nilai tambah yang sudah dimiliki.

Coba evaluasi keterampilan yang sudah kamu punya dan cari cara menghubungkannya dengan skill baru. Misalnya, kalau kamu berasal dari dunia pemasaran, reskill di bidang data analytics bisa sangat relevan. Dengan begitu, kamu tetap punya nilai kompetitif tanpa harus memulai dari nol.

3. Terlalu fokus pada sertifikat, bukan kemampuan nyata

Ilustrasi membuat portofolio (freepik.com/rawpixel.com)

Banyak orang terjebak dalam keinginan mengoleksi sertifikat sebanyak mungkin. Mereka berpikir semakin banyak sertifikat berarti semakin ahli. Padahal, tanpa kemampuan nyata yang bisa diaplikasikan, sertifikat itu gak akan banyak membantu di dunia kerja.

Perusahaan saat ini lebih menghargai hasil kerja konkret dan problem solving skill dibanding gelar atau sertifikat semata. Jadi, daripada fokus menambah dokumen, lebih baik bangun portofolio nyata atau proyek kecil yang bisa menunjukkan kemampuanmu.

4. Gak membangun jaringan profesional baru

Ilustrasi networking (freepik.com/rawpixel.com)

Saat reskill, kamu gak hanya perlu belajar hal baru, tapi juga memperluas koneksi. Banyak yang lupa bahwa peluang karier sering datang dari jaringan yang tepat. Tanpa relasi baru, proses perubahan karier bisa berjalan lambat bahkan terhenti.

Mulailah aktif di komunitas profesional atau platform seperti LinkedIn. Bertukar pengalaman dengan orang yang sudah lebih dulu beralih karier bisa jadi inspirasi sekaligus membuka peluang kolaborasi. Dalam dunia kerja modern, koneksi sering kali lebih berharga dari sekadar kemampuan teknis.

5. Gak siap mental untuk memulai dari bawah lagi

ilustrasi perempuan sedih (freepik.com/freepik)

Ini kesalahan yang paling sering terjadi tapi jarang disadari. Banyak orang ingin cepat berhasil setelah reskill, padahal kenyataannya butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Rasa minder dan takut gagal sering bikin mereka berhenti di tengah jalan.

Mengubah arah karier berarti siap memulai lagi dari titik yang lebih rendah. Tapi bukan berarti kamu gagal, justru itu bagian dari proses tumbuh. Kalau mentalmu kuat, setiap kesulitan akan terasa sebagai langkah maju, bukan kemunduran.

Melakukan reskill di usia 30-an memang menantang, tapi bukan hal yang mustahil. Dengan strategi yang tepat dan mental yang siap, kamu bisa membuka peluang baru dalam karier tanpa kehilangan arah. Yuk, persiapkan langkah reskilling dengan matang biar setiap usaha yang kamu lakukan benar-benar membawa hasil nyata!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team