Perjalanan karier tidak selalu berjalan lurus ke atas, meskipun dari luar terlihat stabil dan aman. Banyak orang tetap bekerja dengan baik, menyelesaikan tugas, dan memenuhi tanggung jawab tanpa merasa benar-benar terhubung secara emosional. Di titik inilah quiet quitting sering muncul, bukan sebagai bentuk kemalasan, melainkan sebagai respons terhadap dinamika karier yang pelan-pelan melelahkan dan menguras energi batin.
Fenomena ini tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan tumbuh perlahan dari fase-fase tertentu dalam perjalanan profesional seseorang. Quiet quitting sering kali terasa masuk akal ketika perkembangan karier tidak lagi sejalan dengan ekspektasi pribadi maupun kebutuhan emosional. Untuk memahami hal ini lebih jauh, ada beberapa tahap perkembangan karier yang paling rentan mengarah ke quiet quitting.
