5 Tips Menghilangkan Budaya Asal Bos Senang, Mulai dari Pimpinan

- Atasan harus menegaskan ingin laporan yang sesungguhnya
- Apresiasi anak buah yang berani jujur meski menyakitkan
- Tegur langsung karyawan yang kasih laporan palsu
Di mana-mana bawahan ingin membuat atasannya senang. Alasannya simpel. Kalau suasana hati bos baik, urusan-urusan di kantor berjalan lancar. Sebaliknya jika pimpinan kesal, sering kali anak buah kena getahnya.
Ini mendorong praktik asal bos senang. Artinya, karyawan kerap memanipulasi laporan hanya untuk menghindari bos marah. Untuk jangka pendek, tampaknya ini memang berhasil. Namun, tentu saja praktik begini sebetulnya berbahaya.
Atasan tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Kalau ada masalah disembunyikan, ia justru gak bisa membuat kebijakan yang tepat guna mengatasinya. Tahu-tahu situasi memburuk dan penyelamatan gagal dilakukan. Budaya asal menyenangkan bos bisa dihilangkan dengan beberapa cara berikut.
1. Atasan sendiri harus menegaskan ingin laporan yang sesungguhnya

Peran pimpinan sangat penting untuk menghentikan budaya asal bos senang. Sebab anak buah hanya bertujuan untuk menyenangkannya. Pada dasarnya, bawahan akan mengikuti perintah bosnya.
Kalau bos sudah berkata tegas ingin laporan yang tidak dibuat-buat, anak buah pasti menurut. Tanpa perintah sakti ini, karyawan bakal terus melestarikan budaya yang kurang baik tersebut. Bahkan meski telah terjadi pergantian pimpinan.
Anak buah berusaha memberikan yang terbaik menurut mereka. Terbaik dalam arti gak akan mengecewakan atasannya. Makna terbaik di sini menjadi amat dangkal. Namun, selama pimpinan memerintahkan mereka untuk melaporkan setiap situasi apa adanya, mereka tak terbebani buat melaksanakannya.
2. Apresiasi anak buah yang berani jujur meski menyakitkan

Permintaan atasan untuk mendapatkan informasi sesuai kenyataan di lapangan saja belum cukup. Kadang anak buah masih takut kalau-kalau kejujurannya justru menyebabkan bos marah. Hilangkan keraguan mereka dengan pemberian apresiasi.
Setiap pemberi laporan sesuai fakta harus dipuji. Atasan mesti menyampaikan betapa penting informasi dari mereka. Sekalipun mereka tak selalu membawa kabar baik, setidaknya setelah ini semua orang dapat berpikir bersama.
Bentuk apresiasi lain ialah bos memberikan kepercayaan lebih pada mereka yang tidak pernah memalsukan laporan. Jadikan mereka sebagai tangan kanan. Sebab pasti masih ada karyawan yang memilih kasih data palsu.
Bukan semata-mata agar atasan senang. Namun, juga untuk menguntungkan diri sendiri. Contohnya, laporan bahwa dana CSR telah tersampaikan dengan baik ke korban bencana. Padahal, faktanya sebagian uang masuk kantong pribadi.
3. Sebaliknya, tegur langsung karyawan yang kasih laporan palsu

Ada apresiasi berarti juga harus ada sanksi. Hukuman paling awal berupa teguran. Dengan bos menegur bawahan yang suka kasih laporan palsu diharapkan ia segera menghentikan tindakan tersebut.
Jangan malah atasan menutup mata. Pikirnya, salah siapa kasih informasi yang gak sesuai dengan aslinya? Bila terjadi sesuatu, berarti ia tinggal menyalahkan karyawan. Menjadi pemimpin tidak bisa asal melemparkan kesalahan.
Selama seorang atasan tahu adanya kemungkinan laporan yang tak apa adanya, ia wajib melakukan pembenahan. Seorang pimpinan tidak boleh cuci tangan. Tegur anak buah tersebut. Arahkan supaya dia menginformasikan apa pun sesuai realitas. Lalu awasi hingga instruksi itu betul-betul menjadi budaya kerjanya.
4. Sering terjun ke lapangan dan jangan cuma menunggu laporan

Pemimpin sehebat apa pun akan mudah dibohongi anak buah kalau tak rajin turun ke lapangan. Ia hanya menunggu laporan tertulis atau lisan dari anak buahnya. Semua yang ada dalam laporan tersebut dianggap sebagai kebenaran.
Seorang atasan gak bisa duduk di menara gading. Dia juga perlu memahami keadaan di lapangan tanpa menunggu laporan anak buah. Minimal setelah mereka melaporkan sesuatu, pimpinan coba mengeceknya secara langsung.
Jangan dia asal percaya saja. Dengan begitu, setiap informasi yang gak tepat seketika diketahui. Bahkan begitu seorang pemimpin mau turun sedikit ke anak buah di level yang lebih rendah dari orang kepercayaannya, informasi berbeda bisa muncul. Keduanya dapat dikonfrontasi.
5. Membangun semangat maju secara nyata, bukan cuma di atas kertas

Kemajuan perusahaan atau organisasi apa pun seperti bangunan yang terus bertumbuh. Dari satu lantai menjadi dua lantai dan seterusnya. Ini membutuhkan fondasi yang sangat kuat. Segala bentuk kebohongan jelas bukan penyusun fondasi yang kokoh.
Termasuk laporan-laporan yang dibikin cuma agar atasan senang. Malah informasi keliru begini bak rayap yang menggerogoti bagian dalam kayu. Perusahaan akan rapuh lalu runtuh. Atasan serta seluruh bawahannya harus sering berkoordinasi.
Di setiap kesempatan, bos perlu menyemangati anak buahnya agar maju bersama. Kemajuan itu tidak dibuat hanya di atas kertas dalam bentuk laporan yang seolah-olah segalanya beres. Laporkan dulu setiap hal apa adanya baru kemajuan tercipta dengan dibuatnya solusi-solusi yang efektif serta efisien.
Budaya asal bos senang gak bagus untuk organisasi apa saja. Pun seorang pemimpin wajib paham bahwa telah menjadi tugasnya untuk mengatasi segala masalah yang terjadi. Kalau seseorang cuma mau melihat dan mendengar informasi yang bagus-bagus saja, jangan menjadi pemimpin.


















