Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi fotografi (unsplash.com/reinhartjulian)
ilustrasi fotografi (unsplash.com/reinhartjulian)

Menjadi seorang fotografer atau videografer profesional tentu gak hanya bermodalkan kamera canggih atau skill editing yang keren. Dalam industri kreatif, kamu juga perlu memiliki portofolio yang menarik dan profesional untuk menunjukkan kemampuan serta gaya visualmu. Klien gak akan langsung percaya hanya dengan kata-kata, mereka ingin melihat hasil karyamu sebelum memutuskan untuk bekerja sama.

Sayangnya, banyak fotografer dan videografer berbakat yang kesulitan mendapatkan proyek atau pekerjaan karena portofolionya kurang terstruktur. Seringkali, portofolio hanya berisi foto atau video tanpa 'punya cerita' di baliknya. Padahal, portofolio yang baik bisa menjadi alat pemasaran paling efektif untuk menarik perhatian klien. Berikut lima tips membuat portofolio yang bisa kamu terapkan!

1. Pilih karya terbaik, bukan yang terbanyak

ilustrasi memegang foto (pexels.com/fauxels)

Jangan karena kamu fotografer, kamu memasukkan terlalu banyak karya. Ingat, kualitas itu lebih penting daripada kuantitas. Klien atau perekrut biasanya gak punya waktu untuk melihat semua hasil karyamu, jadi pastikan kamu hanya memasukkan foto atau video terbaik. Caranya cukup mudah, pilih 10-20 karya terbaik yang benar-benar mencerminkan skill dan gaya visualmu.

Lalu, sertakan berbagai jenis proyek jika kamu ingin menunjukkan pilihan, misalnya, wedding, fashion, komersial, proyek lanskap dan sebagainya. Jika ingin menargetkan klien di niche tertentu, fokuslah pada jenis karya yang sesuai dengan industri tersebut. Menampilkan terlalu banyak karya yang kurang kuat justru bisa membuat portofoliomu terlihat gak konsisten, lho!

2. Buat portofolio dalam format digital dan cetak

ilustrasi album foto (pexels.com/Leah Newhouse)

Portofolio digital adalah standar dalam industri kreatif saat ini, tapi memiliki versi cetak juga bisa memberikan kesan lebih profesional saat bertemu langsung dengan klien atau saat interview pekerjaan. Kamu bisa membuat beberapa format portofolio dengan website menggunakan platform seperti Wix, Squarespace, atau WordPress.

Kamu juga bisa mengirim PDF via email. Bisa juga dengan menampilkan Instagram sebagai galeri online yang selalu diperbarui. Cetak dalam bentuk photobook atau album portofolio untuk presentasi langsung. Portofolio digital memudahkan klien untuk mengakses dan membagikan karyamu, sementara portofolio cetak bisa memberikan kesan lebih eksklusif dan profesional saat pertemuan tatap muka.

3. Susun portofolio dengan struktur yang jelas

ilustrasi membuat portofolio (pexels.com/VAZHNIK)

Portofolio yang baik gak hanya menampilkan karya, tapi juga harus memiliki alur yang nyaman untuk dibaca. Pastikan susunannya gak berantakan dan setiap bagian memiliki kesan yang jelas. Idealnya sebuah portofolio fotografi dan videografi memuat cover dan perkenalan singkat tentang dirimu. Kemudian diikuti dengan galeri yang berisi karya terbaik yang dikurasi dengan baik.

Dilanjutkan dengan deskripsi proyek atau studi kasus. Jika ada proyek besar, sertakan detailnya seperti konsep, proses, dan hasil akhir. Bisa juga kamu cantumkan testimoni klien atau rekomendasi orang lain. Jangan lupa cantumkan informasi kontak dan call to action melalui email, website, media sosial, untuk bekerja sama. Portofolio yang terstruktur akan lebih mudah dipahami dan meninggalkan kesan profesional.

4. Tambahkan studi kasus dan cerita di balik karya

ilustrasi melihat foto (pexels.com/Annushka Ahuja)

Hanya menampilkan foto atau video tanpa konteks bisa membuat portofoliomu terasa datar. Klien pasti ingin tahu bagaimana kamu bekerja, bagaimana proses kreatifmu menghasilkan karya, dan bagaimana hasilnya berdampak pada proyek tersebut. Jadi, jangan lupa untuk mengikutsertakan latar belakang proyek tersebut.

Sertakan pula tujuan dan tantangan proyek, misalnya, tantangan pencahayaan di lokasi atau konsep storytelling yang digunakan. Proses kreatif dan teknik yang digunakan juga harus kamu beri tahu, seperti penggunaan lensa tertentu, lighting setup, atau metode editing-nya.
Hasil akhir dan feedback positif dari klien juga tak kalah penting, dan boleh kamu sertakan dalam portofoliomu, ya!

5. Perbarui portofolio secara berkala

ilustrasi portofolio fotografer (pexels.com/Ivan Samkov)

Portofolio itu bukan sesuatu yang dibuat sekali dan dibiarkan begitu saja selamanya. Seiring dengan perkembangan skill dan pengalamanmu, portofolio juga harus diperbarui agar tetap relevan dan menunjukkan kemampuan terbarumu. Jadi, kamu harus mengupayakan agar portofoliomu tetap fresh, ya!

Kamu bisa menghapus karya lama yang sudah gak mewakili kualitas terbaikmu. Tambahkan proyek terbaru yang lebih relevan dengan target klienmu saat ini. Sesuaikan portofolio dengan tren fotografi dan videografi terkini. Tak lupa, perbarui informasi kontak dan media sosial jika ada perubahan.

Menyusun portofolio yang menarik artinya kamu menyajikan hasil kerja dengan cara yang jelas, dan meyakinkan. Susun portofolio yang benar-benar bisa merepresentasikan dirimu sebagai fotografer atau videografer profesional dengan lima tips di atas, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorSire