Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi writer (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi writer (pexels.com/Karolina Grabowska)

Salah satu profesi yang sering jadi incaran para pecinta WFH, adalah penulis. Di antara keuntungan yang bisa diperoleh dengan menjadi penulis, yaitu bisa dijadikan pilihan pekerjaan tetap ataupun part time, dapat dikerjakan di mana saja yang penting tersedia laptop dan internet, serta waktu yang fleksibel.

Meski memiliki banyak kelebihan, bukan berarti profesi ini selalu dijalani dengan mulus. Ada banyak hal yang juga bisa bikin para penulis galau sehingga gak semangat untuk menulis. Berikut beberapa contohnya.

1. Viewers sedikit

ilustrasi browsing internet (pexels.com/Kaboompics .com)

Siapa sih yang gak bahagia jika karyanya diminati banyak orang? Penulis pun begitu. Mereka bakal senang banget ketika artikelnya mampu menggaet banyak viewers.

Sayangnya, kadang harapan gak sesuai realitas. Sudah menerapkan berbagai tips supaya artikel bisa viral, tapi nyatanya tetap saja viewers sedikit. Kondisi ini kerap jadi tekanan mental terutama bagi para penulis yang pendapatannya tergantung pada jumlah pembaca.

2. Komentar pedas dari netizen

ilustrasi melihat komentar netizen (pexels.com/Matilda Wormwood)

Gak hanya selebgram yang sering kena ujian mental dari netizen. Penulis pun gak luput dari komentar pedas para pembaca dan masalah ini pun sering jadi alasan demotivasi para penulis.

Sebenarnya wajar sih kalau kamu merasa sakit hati ataupun kecewa. Meski begitu, hendaknya jangan jadi alasan kamu berhenti menulis, ya. Ambil manfaatnya untuk perbaikan ke depan. Kalau pun memang komentar-komentar tersebut gak ada faedahnya sama sekali, maka anggap aja angin lalu.

3. Sulitnya menerapkan self-discipline

ilustrasi santai (unsplash.com/Drew Coffman)

Tantangan ini terutama berlaku bagi para freelance writer. Gak adanya tekanan dari atasan kadang bikin kamu jadi malas-malasan sehingga kurang produktif. Berbeda halnya para penulis yang memang diberikan target langsung dari perusahaan. Mau gak mau harus capai target.

Untuk mengatasinya, coba jadikan menulis sebagai habit, ya. Dengan begitu, kamu gak lagi memandang aktivitas menulis sebagai sebuah kewajiban yang kerap bikin jadi beban, melainkan sebuah aktivitas yang mengasyikkan.

4. Merasa gak cukup baik

ilustrasi wanita terlihat murung (pexels.com/Anna Tarazevich)

Sebagai seorang penulis tentunya kamu pun perlu sering-sering membaca, salah satunya membaca artikel dari penulis lain yang membahas bidang yang sama. Nah, kadang aktivitas ini bisa jadi bumerang. Bukannya menginspirasi, kamu jadi membanding-bandingkan. Akhirnya, kamu jadi merasa tulisan-tulisanmu ‘cupu’ dibanding writer lainnya.

Ingat, lho, tiap orang punya ciri khasnya masing-masing. Saat kamu menganggap writer lain lebih baik boleh jadi penulis lain justru merasa kagum dengan karyamu. Oleh sebab itu, upayakan selalu berprasangka baik terhadap diri sendiri, ya.

5. Overbearing clients 

ilustrasi frustrasi (pexels.com/Mikhail Nilov)

Awalnya senang ketika dapat orderan tulisan dari klien. Lama-lama jadi patah semangat gara-gara tuntutan klien yang banyak maunya. Kadang hal ini bikin kamu jadi kapok dan kehilangan motivasi untuk menulis.

Kamu mesti sadar lho bahwa tiap profesi tentu ada jatuh bangunnya. Overbearing clients gak hanya dihadapi kamu doang. Semua bidang yang bersinggungan dengan konsumen pasti pernah bertemu satu atau dua klien yang menguji kesabaran. Jadi, nikmati saja, ya. Toh, gak semua klien seperti itu, bukan?

6. Low payment

ilustrasi dompet kosong (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Hal selanjutnya yang sering bikin penulis jadi galau yaitu bayarannya yang sedikit. Sudah susah payah riset, menghabiskan kuota gak sedikit, tapi ternyata bayarannya bahkan gak cukup buat beli tahu bulat.

Untuk mengatasinya, kamu bisa cari platform yang memberikan pembayaran lebih. Kalau memang dirasa harga tulisan yang diberikan kurang manusiawi, maka jangan diambil. Kecuali kamu memang niatkan untuk membangun portofolio atau sekadar jadi wadah untuk belajar.

Banyak yang mengira jadi penulis itu enak. Tinggal cuap-cuap apa yang dipikirkan dan dituangkan dalam tulisan. Padahal, layaknya semua profesi, menjadi penulis pun punya banyak tantangannya.

Gimana menurutmu, dari yang sudah diuraikan tadi mana saja yang relate?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorL A L A .