Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bully di kantor (pexels.com/ Yan Krukau)
ilustrasi bully di kantor (pexels.com/ Yan Krukau)

Bullying tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga bisa merambah hingga ke dunia kerja. Praktik perundungan dalam lingkungan profesional seringkali muncul dalam bentuk yang lebih halus, seperti komentar merendahkan, intimidasi, sabotase pekerjaan, atau isolasi sosial. Tindakan ini tentu akan sangat merugikan jika kita mengalaminya.

Selain membuat suasana kerja tak nyaman, kita juga bisa mengalami gangguan emosional bahkan kesehatan mental yang buruk. Untuk menghadapi situasi ini, kita perlu memahami langkah-langkah yang perlu dilakukan agar tidak terus-menerus terjebak dalam kondisi kerja yang tidak menyenangkan. Jangan diam, ayo cari jalan keluarnya dengan cara yang elegan dan profesional.

1. Kenali bentuk bullying yang terjadi

ilustrasi bully di kantor (pexels.com/ Yan Krukau)

Langkah pertama dalam menghadapi bullying adalah dengan mengenali apakah perilaku yang kita alami termasuk dalam kategori ini. Bullying di tempat kerja bisa berupa pelecehan verbal, penghinaan, atau upaya mendiskreditkan pekerjaan kita. Dengan memahami jenis perilaku yang dihadapi, kita bisa menentukan langkah terbaik untuk mengatasinya.

Selain itu, upayakan untuk mencatat setiap kejadian bullying dengan detail. Tuliskan tanggal, waktu, lokasi, apa yang dikatakan atau dilakukan, dan siapa saksi yang ada. Catatan ini akan menjadi bukti yang berguna jika kita memutuskan untuk melaporkan kejadian tersebut.

2. Tetap tenang dan profesional

ilustrasi bully di kantor (pexels.com/ Yan Krukau)

Menghadapi pelaku bullying dengan emosi hanya akan memperburuk situasi. Sebaliknya, usahakan untuk tetap tenang dan profesional dalam setiap interaksi. Sikap ini menunjukkan bahwa kita tidak mudah terprovokasi dan mampu menjaga kendali atas diri sendiri.

Fokuslah pada pekerjaan dan pastikan kualitas kerja kita tetap terjaga. Dengan demikian, kita bisa membuktikan bahwa perilaku pelaku tidak memengaruhi produktivitas. Cara ini juga bisa mempersempit ruang bagi pelaku untuk menyerang lebih jauh.

3. Komunikasikan secara langsung

ilustrasi bully di kantor (pexels.com/ Yan Krukau)

Jika memungkinkan, cobalah untuk berkomunikasi langsung dengan pelaku bullying. Sampaikan keberatan dan ketidak setujuan kita terhadap perilakunya dengan sikap tegas. Pelaku bullying perlu tahu bahwa kita tidak ingin terpengaruh oleh tindakannya dan bukan pribadi yang pasrah atau bahkan menyerah ketika diintimidasi atau dilecehkan.

Namun, sebelum mengambil langkah ini, pastikan situasinya aman dan tidak berisiko memperburuk keadaan. Jangan juga menunjukkan sikap defensif yang kasar, karena hal itu bisa berdampak sebaliknya pada diri sendiri. Jika pelaku tidak menanggapi dengan baik, kita bisa mencari cara lain untuk menyelesaikan masalah, seperti melibatkan pihak ketiga misalnya.

4. Laporkan ke atasan atau HRD

ilustrasi bully di kantor (pexels.com/ Yan Krukau)

Jika bullying terus berlanjut, jangan ragu untuk melaporkannya kepada atasan atau bagian HRD. Jelaskan situasi yang dihadapi dengan jelas dan sertakan bukti-bukti yang telah dikumpulkan. Laporan yang lengkap akan membantu perusahaan untuk menangani masalah ini secara profesional.

Perusahaan yang baik seharusnya memiliki kebijakan anti-bullying dan bertindak cepat untuk melindungi karyawannya. Jika tidak ada tindakan yang diambil, evaluasi kembali lingkungan kerja kita dan pertimbangkan langkah lebih lanjut. Yang terpenting adalah kesehatan mental diri sendiri. Jika ruang kerja tak cukup aman, tak ada salahnya untuk mempertimbangkan mencari pekerjaan lain.

5. Bangun dukungan di tempat kerja

ilustrasi bully di kantor (pexels.com/ Yan Krukau)

Jangan hadapi bullying sendirian. Jika memungkinkan, carilah rekan kerja yang bisa kita percayai untuk berbagi pengalaman. Dukungan dari rekan kerja bisa membantu kita merasa lebih kuat dan tidak terisolasi. Selain itu, mereka juga bisa menjadi saksi jika diperlukan.

Lingkungan kerja yang mendukung bisa menjadi benteng untuk menghadapi tekanan dari pelaku bullying. Dengan berbagi cerita, kita juga bisa menemukan solusi bersama atau belajar dari pengalaman orang lain yang pernah menghadapi situasi serupa. Dukungan ini juga membantu kita secara mental dan emosional untuk lebih berani menghadapi perilaku perundungan ini.

6. Pelajari kebijakan perusahaan

ilustrasi bully di kantor (pexels.com/ Yan Krukau)

Setiap perusahaan seharusnya memiliki panduan atau kebijakan terkait bullying di tempat kerja. Luangkan waktu untuk membaca dan memahami kebijakan ini, sehingga kita tahu hak-hak kita sebagai karyawan dan langkah-langkah apa yang bisa diambil. Jika kebijakan tersebut belum ada, sampaikan usulan kepada HRD untuk menyusunnya.

Pemahaman tentang kebijakan perusahaan juga memberikan rasa percaya diri saat menghadapi pelaku. Kita tahu bahwa ada sistem yang mendukung dan tempat untuk mencari perlindungan jika diperlukan. Intinya, bergeraklah sesuai batasan koridor yang ada.

7. Jaga kesehatan mental

ilustrasi bully di kantor (pexels.com/ Yan Krukau)

Dampak bullying terhadap kesehatan mental tidak boleh diabaikan. Jika kita merasa stres atau tertekan, cari bantuan profesional, seperti konselor atau psikolog. Dukungan ini bisa membantu kita mengatasi dampak emosional yang ditimbulkan. Selain itu, luangkan waktu untuk melakukan aktivitas yang dapat meredakan stres, seperti olahraga atau hobi yang kita nikmati. Dengan menjaga kesehatan mental, kita bisa menghadapi situasi dengan lebih baik dan tetap produktif di tempat kerja.

Menghadapi bullying di tempat kerja bukanlah hal yang mudah, tetapi dengan strategi yang tepat, kita bisa melindungi diri dan tetap bersikap profesional. Ingatlah bahwa kita tidak sendirian, dan ada langkah-langkah yang bisa diambil untuk menyelesaikan masalah ini. Prioritaskan kesejahteraan diri sendiri dan jangan ragu untuk mencari bantuan jika diperlukan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team