TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Berteman Sama Siapa Saja, 5 Alasan Jadi Inklusif Itu Seru! 

Yuk jangan anti sosial!

ilustrasi inklusif dalam pergaulan (pexels.com/fauxels)

Kamu pernah gak sih merasa insecure dalam pertemanan? Misalnya jadi anti sosial atau bahkan pilih-pilih teman. Sebenarnya itu sah-sah saja, tapi punya sikap inklusif seseru itu lho! Intinya kamu bisa berteman dengan siapa saja dari banyak kalangan.

Dengan menjadi inklusif, kamu tidak membeda-bedakan siapa yang jadi temanmu. Baik latar belakang, suku, agama, pekerjaan atau apa pun itu. Coba bayangkan, seru banget kan kalau kamu seterbuka itu dalam bergaul.

Lebih dari itu, ternyata bicara inklusif itu bisa luas juga, bahkan sampai inklusivitas keuangan, lho. Gak percaya? Mending kamu lihat lima manfaat inklusif yang bakal kamu rasakan ini, bestie!

1. Gak bakal kesepian, auto rame! 

ilustrasi pertemanan inklusif (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Dari tadi dibahas tentang inklusif terus, sebetulnya apa, sih inklusif itu? Mengutip penjelasan dari Cambridge Dictionary, inklusif punya makna sekelompok orang yang berusaha untuk memperlakukan semua orang secara adil dan juga setara. Namun, inklusif juga dapat dimaknai sebagai sebuah sikap terbuka yang dimiliki seseorang untuk menerima keberagaman, mau untuk berinteraksi baik dengan orang maupun budaya lain serta punya toleransi yang tinggi.

Menerapkan sikap inklusif dalam kehidupan sehari-hari juga punya segudang manfaat, lho. Selain gak membeda-bedakan seseorang, punya sikap inklusif bikin kita jadi gampang berteman dengan siapa saja baik di kehidupan sehari-hari atau media sosial. Semakin banyak teman, dijamin hidup gak bakal kesepian. Setiap hari selalu auto rame terus.

2. Insight-mu makin bertambah

ilustrasi menambah insight baru dalam pergaulan (pexels.com/RODNAE Productions)

Dengan menjadi sosok yang inklusif itu artinya kita siap untuk menerima berbagai macam sudut pandang baru yang membuka wawasan kita akan sesuatu. Dalam hidup, emang gak semua berputar di sekitar kita aja, bestie! Berinteraksi dengan orang lain atau dari negara lain bikin insight yang kita punya jadi makin bertambah.

Pikiran kita juga makin terbuka pastinya. Kalau bahasa gaulnya, sih bikin kita jadi open minded. Gak hanya itu, sikap inklusif juga akan menambah wawasan yang kita miliki. Menjadi sosok yang inklusif membuat kita tersadar akan betapa indahnya sebuah keberagaman. Sembari bergaul kita juga memperoleh manfaat yang bermacam-macam. Jadi, inklusif itu seru banget kan?

3. Dapat akses lebih baik 

ilustrasi kartu atm sebagai alat pembayaran (pexels.com/energepic.com)

Berdasarkan survei World Bank dalam The Global Findex Database 2014 diperoleh data bahwa ada sekitar 36,1 persen penduduk usia dewasa (di atas 15 tahun) di Indonesia yang belum memiliki rekening. Padahal dewasa ini, dari belanja kebutuhan sehari-hari, bayar listrik, air, sekolah, dan sebagainya semua dilakukan serba online, dan salah satunya dipermudah dengan kepemilikan rekening.

Pemerintah bersama Kementerian Keuangan Republik Indonesia terus mengupayakan inklusivitas keuangan bagi masyarakat khususnya anak muda, perempuan, dan UMKM di seluruh Indonesia agar memperoleh pemerataan akses yang lebih baik dalam hal ini. Mengapa hal tersebut penting? Sebab, dengan sikap terbuka untuk menerima hal-hal baru akan mempercepat pula kesejahteraan ekonomi kita.

Disadari atau tidak, pandemi COVID-19 telah secara perlahan mengubah kebiasaan kita yang serba konvensional menjadi serba digital. Bila kita gak segera bangkit dengan menyesuaikan zaman, bisa-bisa kita semakin tertinggal. 

Gak hanya kemudahan dalam bertransaksi via online, kita juga bisa melakukan kegiatan jual beli yang lebih mudah dan menjangkau pasar yang lebih luas. Imbasnya, diharapkan agar kesadaran pemanfaatan teknologi dalam berbagai bidang termasuk keuangan ini, dapat secara perlahan mengentaskan kemiskinan di berbagai daerah di Indonesia. Kamu siap jadi agen perubahan?

4. Kalian bisa saling melengkapi 

Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menghadiri 1st G20 Joint Finance and Health Ministers’ Meeting (dok. G20 Presidency of Indonesia)

Kita gak bisa hidup sendirian, karenanya butuh orang lain untuk melengkapi kita. Sikap saling melengkapi inilah yang jadi salah satu manfaat insklusivitas. Layaknya Kementerian Keuangan dan Kesehatan Republik Indonesia yang baru saja menyelenggarkan 1st G20 Joint Finance and Health Ministers’ Meeting (JFHMM) pada 21 Juni 2022 yang lalu.

Salah satu hasil dari pertemuan tersebut ialah menyepakati perlunya mekanisme pembiayaan multilateral baru bagi banyak negara yang ditujukan untuk mengatasi kesenjangan pembiayaan Pandemic Prevention, Preparedness and Response (PPR) serta perkembangan dari pembentukan Financial Intermediary Fund (FIF) yang bertujuan untuk meningkatkan pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemik secara global.

Dalam kesempatan yang dihadiri para Menteri Keuangan dan Kesehatan dari masing-masing pewakilan anggota G20 tersebut, Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati, menyampaikan dalam pidatonya bahwa ia berharap agar tercipta inklusivitas antara Kementerian Keuangan dan Kesehatan serta antara negara maju dan berkembang sehingga secara bersama-sama lebih siap dalam menghadapi pandemi global berikutnya.

Terlebih lagi dua hal tersebut saling berkesinambungan dan menjadi dua dari tiga isu prioritas yang diusung dalam gelaran G20, November mendatang. Sehingga, besar harapan agar ke depannya ada sinergi yang lebih kuat dari sektor keuangan dan juga kesehatan untuk mencegah, mempersiapkan serta menghadapi pandemi dengan lebih baik lagi ke depannya.

Verified Writer

Annisa Nur Fitriani

Don't sleep on me

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya