TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Cara Atasi Impostor Syndrome dalam Bekerja, Jangan Insecure Terus!

Sadari bahwa kamu sudah melakukan yang terbaik

ilustrasi seorang wanita merenung (unsplash.com/Johnny Cohen)

Apakah kamu sering merasa tidak cukup baik dalam melakukan pekerjaan atau menganggap bahwa prestasi yang kamu raih semata-mata hanya sebuah keberuntungan? Jika iya, bisa jadi kamu mengalami impostor syndrome.

Dilansir Bustle, Dr. Andrea J. Marsden, seorang asisten profesor psikologi di Beacon College di Florida, mengatakan bahwa impostor syndrome adalah kondisi di mana seseorang mengalami perasaan negatif tentang keraguan dan ketidaklayakan dirinya terhadap sesuatu yang telah diraih. Biasanya, sindrom ini menampilkan pikiran negatif yang berulang kepada penderita.

Umumnya, pengidap impostor syndrome ditandai dengan sering merasa insecure, khawatir, dan bersalah jika tidak bisa mencapai target yang telah ditentukan. Maka dari itu, sindrom ini tidak boleh dibiarkan karena dapat menimbulkan berbagai masalah mental, seperti stres dan depresi.

Bagi kamu yang mengalami impostor syndrome dalam bekerja, berikut IDN Times telah merangkum beberapa tips untuk mengatasinya. Baca terus artikel ini sampai selesai, ya!

1. Validasi kemampuan yang kamu miliki

ilustrasi tim kerja sukses (unsplash.com/Windows)

Seseorang yang mengalami impostor syndrome cenderung berpikir bahwa dirinya tidak cukup baik, padahal sudah berjuang dan berusaha keras untuk mencapai sesuatu. Pikiran negatif itu bisa membuat seseorang menjadi kurang percaya diri dalam bekerja. Jadi, cara terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan memvalidasi kemampuan yang dimiliki.

Jangan terus menganggap dirimu kurang mampu atau merasa bahwa keberuntungan ada hubungannya dengan keberhasilan yang telah diraih. Sebaliknya, terimalah kenyataan dan akui bahwa ini memang murni atas usahamu.

Dalam bukunya yang berjudul ‘The Empress Has No Clothes: Conquering Self-Doubt to Embrace Sucess', Joyce Roche, selaku Wakil Presiden Pemasaran Global wanita Afrika-Amerika, mengatakan bahwa salah satu alat yang paling efektif ialah membuat daftar.

“Baik dengan pena dan kertas atau dengan seseorang yang kamu percayai, tuliskan inventaris pencapaianmu,” jelas Roche, dikutip The Muse.

“Ini akan membantu kamu memberi kemampuan untuk memvalidasi diri sendiri secara internal,” pungkasnya.

2. Berusaha untuk memahami dan melawan rasa takut

ilustrasi seorang wanita memakai payung penuh lampu (pexels.com/Matheus Bertelli)

Ketakutan merupakan tantangan utama yang dialami oleh penderita impostor syndrome. Ketakutan yang begitu besar akan kegagalan atau kesalahan bisa menganggu produktivitasmu dalam bekerja.

Hal tersebut juga dapat memicu kamu menjadi perfeksionis dengan menetapkan ekspektasi yang begitu tinggi terhadap diri sendiri, bahkan jika sudah hampir berhasil mencapai tujuan, kamu mungkin akan merasa gagal. Kesalahan sekecil apa pun mungkin bisa membuatmu mempertanyakan potensi diri sendiri.

Seorang psikolog berlisensi, Christopher L. Barnes, PsyD, dilansir Bustle, menyarankan untuk berupaya memahami dan melawan ketakutan tersebut. Menurutnya, orang-orang yang mengidap impostor syndrome akan merasa takut untuk memperlihatkan ketidakmampuan mereka. Meskipun tidak mudah dilakukan, tapi ini penting sekaligus untuk membuktikan kepada diri sendiri bahwa kamu memang layak dalam pekerjaan dan prestasimu.

Baca Juga: 5 Tips Mengatasi Impostor Syndrom dalam Hubungan, Ubah Cara Pandangmu!

3. Ubah pola pikir menjadi lebih positif

ilustrasi seorang wanita optimis (unsplash.com/airfocus)

Mengubah pola pikir menjadi lebih positif bisa menjadi salah satu cara untuk mengatasi impostor syndrome. Sebab, pikiran yang negatif akan membuatmu semakin cemas dalam melakukan pekerjaan.

Dilansir Time, Audrey Ervin, selaku psikolog menyebut jika pikiran negatif muncul, ada baiknya untuk cukup mengamati pikiran tersebut dan jangan melibatkannya. Selain itu, kamu bisa bertanya pada diri sendiri, apakah pikiran negatif itu dapat membantu atau justru menghalangimu untuk berkembang.

Dilansir dari laman yang sama, seorang pakar impostor syndrome, Valerie Young, menambahkan bahwa kamu juga bisa mengubah pola pikirmu menjadi lebih positif. Ini adalah cara yang tepat untuk merespons tantangan.

“Orang yang tidak mengalami impostor syndrome sama dengan kita semua. Ini kabar baik karena kita harus belajar berpikir seperti mereka,” ujar Young.

Belajar menghargai kritik yang membangun, memahami kekurangan diri sendiri, dan terus belajar bisa membantu kamu menerima diri sendiri. Jadi, berusahalah untuk menghentikan pikiran negatif dan mengubahnya menjadi lebih positif.

4. Berbicara dengan orang yang kamu percaya

ilustrasi berbicara dengan teman-teman (unsplash.com/LinkedIn Sales Solutions)

Terkadang, terus memendam pikiran dan emosi negatif dalam waktu yang lama dapat menjadi bumerang untuk diri sendiri. Jadi, daripada terus memendam emosi negatif, alangkah baiknya jika kamu mengutarakan apa yang mengganjal di hati kepada teman atau orang yang kamu percayai bisa diajak untuk berbagai keluh kesah.

Bila perlu, kamu dapat menemui seorang psikolog yang lebih berpengalaman untuk meyakinkan diri bahwa apa yang kamu rasakan adalah hal yang normal. Di sisi lain, kamu jadi bisa mengetahui bahwa orang lain juga pernah berada di posisi yang sama denganmu saat ini dan mereka dapat mengatasinya.

“Tujuannya bukan untuk tidak pernah merasa tidak mampu, tetapi memberi mereka alat, wawasan, dan informasi agar bisa membicarakan apa yang dirasakan,” ujar Ervin, dikutip Time.

“Meski masih dapat memiliki perasaan tersebut, tapi mereka masih bisa untuk tidak menghidupkan perasaan tersebut,” lanjutnya.

Baca Juga: 5 Tanda Kamu Alami Impostor Syndrome dalam Hubungan, Insecure?

Verified Writer

Delvi Ayuning

Menulis bukan hanya menuangkan kata-kata lewat tulisan, tapi lebih dari itu.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya